FRANKFURT AM MAIN, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah PCIM Jerman Raya telah sukses menyelenggarakan forum perkaderan Baitul Arqam dengan tema “Peneguhan Ideologi Muhammadiyah untuk Peningkatan Kualitas Kader”.
Acara Baitul Arqam ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Internasional yang digagas oleh dosen UMY, yaitu Dr. phil. Ridho Al-Hamdi dan Indar Surahmat, ST., MT., IPM. Acara ini diselenggarakan secara virtual melalui Zoom platform dalam dua tahap waktu: tahap pertama terjadi pada hari Sabtu, 20 Maret 2021 dan tahap kedua terjadi pada hari Ahad, 28 Maret 2021. Adapun peserta yang hadir kurang lebih 50-an peserta terdiri dari mayoritas anggota dan pengurus PCIM Jerman Raya serta tamu undangan dari PCIM Hongaria, PCIM Spanyol, dan PCIM Turki.
Tahap pertama (20 Maret 2021) terdiri dari dua sesi materi. Materi pertama yaitu tentang pengenalan ideologi Muhammadiyah yang disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Haedar menjelaskan kerangka ideologi Muhammadiyah sebagai mata rantai yang panjang serta posisinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan peradaban dunia. Ideologi Muhammadiyah, lanjut Haedar, ketika dibawa ke ranah global harus melihat urgensi dan relevansi yang bersifat inklusif.
Disamping itu, Haedar mengatakan, bahwa anggota PCIM harus memahami terlebih dahulu wawasan tentang Islam alternatif, berkemajuan, bagaimana wajah Islam yang ramah tidak seperti wacana Islamopobia yang dihembuskan oleh kalangan lain sebelum mendialogkannya dengan komunitas Barat.
Pada sesi kedua, materi tentang “tujuh falsafah ajaran Kyai Dahlan”, disampaikan oleh Dr. Ahmad Muttaqin, Wakil Bendahara Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Dalam materi tersebut, pembicara menegaskan, bahwa salah satu implementasi dari falsafah ajaran kyai Ahmad Dahlan adalah kemunculan amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan yang meliputi ratusan universitas dan ribuan sekolah serta dalam bidang kesehatan meliputi ratusan rumah sakit dan poliklinik.
Tahap kedua (28 Maret 2021) juga terdiri dari dua sesi materi. Materi pertama tentang paham keagamaan dalam pandangan Muhammadiyah, disampaikan oleh Dr. H. Hamim Ilyas, wakil ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam kesempatan tersebut, Dr. Hamim menegaskan bahwa pandangan keagamaan Muhammadiyah sebenarnya dapat tercermin pada Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH), Kepribadian Muhammadiyah, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Sementara itu, materi sesi terakhir bertema “Tata Kelola Keorganisasian di Muhammadiyah” dengan pembicara Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Materi terakhir ini lebih menegaskan tentang sejumlah managerial keorganisasian yang berlaku di Muhammadiyah termasuk juga di dalamnya terkait tentang hubungan kerja antar struktur organisasi yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah.
Selaku koordinator acara ini, Dr. phil. Ridho Al-Hamdi menyampaikan, bahwa dengan diselenggarakannya acara ini, diharapkan para pengurus baru PCIM Jerman Raya termasuk warga Muhammadiyah yang tinggal di Eropa semakin bisa memahami tentang Muhammadiyah secara komprehensif baik itu meliputi ideologi, paham Keislaman ala Muhammadiyah, dan tata kelola organisasi yang ada di Muhammadiyah. “Dengan begitu, semangat berdakwah warga Muhammadiyah di Eropa semakin kuat untuk menggerakkan roda organisasi PCIM,” tambah Ridho. Ketua PCIM Jerman Raya, Muhammad Rokib, MA., juga menyatakan, bahwa diharapkan setelah acara Baitul Arqam ini, para pengurus PCIM Jerman Raya semakin semangat dalam membuat program dan kegiatan-kegiatan selanjutnya. “Apalagi PCIM Jerman Raya akan segera menjadi e.V atau organisasi resmi yang diakui oleh pemerintah, maka para pengurus harus lebih bersemangat lagi untuk bekerjasama dengan pemerintah Jerman,” terang Rokib yang juga mahasiswa doktor di Universitas Goethe Frankfurt.
Selain pemaparan materi dari para pembicara, antusiasme para peserta terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta baik melalui suara maupun teks di chat room. Selain itu, ada juga break session di mana para peserta dibagi per kelompok sehingga ada diskusi virtual kecil setelah penyampaian materi dan sesi tanya jawab dengan pembicara selesai. Indar Surahmat, salah satu panitia acara ini, menyampaikan, bahwa break session sangat membantu peserta dalam menyampaikan unek-unek yang tidak sempat diluapkan saat tanya jawab dengan pembicara karena keterbatasan waktu.
Di akhir acara, diadakan sesi penyampaian kesan dan pesan dari para peserta. Hampir mayoritas peserta menyampaikan kepuasan mereka terhadap materi Baitul Arqam yang sangat menambah wawasan mereka tentang Muhammadiyah dan tentunya semakin meningkatkan semangat mereka dalam berdakwah di PCIM. Bahkan ada sejumlah usulan untuk diadakan kajian detail setiap satu bulan sekali pasca-BA tersebut. Semangat berdakwah, para aktivis PCIM di Jerman Raya dan sekitarnya. (RAH)