Menguatkan Integritas, Meneguhkan Khittah Pemuda Muhammadiyah
(Catatan Menyambut Musyawarah Pimpinan Daerah Pemuda Kota Depok ke-6)
Oleh: Dani Yanuar Eka Putra, S.E, A.k
2 Mei 1932 bertepatan dengan 26 Zulhijjah 1350 Hijriyah pada Kongres Muhammadiyah ke-21 Pemuda Muhammadiyah resmi didirikan. Berawal dari Siswo Proyo Priyo (SPP) sebagai cikal bakal dari gerakan Pemuda Muhammadiyah. Gerakan yang diidamkan oleh KH. Ahmad Dahlan ini adalah gerakan yang kegiatannya diawali oleh kegiatan kepanduan dan baris-berbaris. Lalu kemudian berkembanglah sehingga melahirkan begitu banyak karya dan kader. Entah sudah berapa banyak kader yang lahir melalui rahim Pemuda Muhammadiyah. Mulai dari kader persyarikatan, umat, dan bangsa.
Sebelum menjadi organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah pada awalnya menjadi bagian dari kepemimpinan di bawah Muhammadiyah. Mulai dari bagian Pemuda, kemudian berubah menjadi Majelis Pemuda, yaitu lembaga sebagai unsur pembantu pimpinan yang mengurusi gerakan kepemudaan.
Pada permulaan sejarah, Pemuda Muhammadiyah memiliki peran yang sangat vital dalam perluasan dakwah Muhammadiyah yang tersebar ke seluruh penjuru tanah air. Hampir dalam setiap pendirian Pimpinan Cabang dan Ranting selalu diawali oleh kegiatan Pemuda Muhammadiyah. Karena Pemuda Muhammadiyah saat itu begitu gigih dan progresif dalam mendakwahkan Islam melalui Muhammadiyah.
Musyda ke-6
Pada 10 April 2021 bertepatan dengan 27 Sya’ban 1442 H mendatang, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Depok akan menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musyda) yang ke-6. Dalam Musyda tersebut ada tiga agenda yang menjadi pokok kegiatan. Pertama, laporan dan evaluasi kinerja selama masa kepemimpinan. Kedua, merumuskan program dan rekomendasi dalam kepemimpinan berikutnya. Ketiga, musyawarah pergantian kepemimpinan.
Musyda Pemuda Muhammadiyah Kota Depok kali ini berbeda dengan Musyda sebelumnya. Untuk Musyda kali ini, para peserta Musyda memilih formatur dari calon formatur yang diusulkan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Depok dan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah se-Kota Depok yang telah melalui uji verifikasi calon formatur. Proses pemilihan ketua pada musyda kali ini akan dilalui dengan rapat formatur. Jumlah formatur yang dipilih sejumlah 9 orang. Sedangkan Musyda periode lalu memilih formatur dan ketua secara langsung.
Musyda PDPM akan diselenggarakan gedung SD Muhammadiyah 04 Kota Depok. Peserta dalam musyda kali ini terdiri dari Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Depok, wakil dari Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah se-Kota Depok, dan perwakilan dari Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah se-Kota Depok. Kurang lebih akan hadir lebih dari 70 peserta dalam perhelatan musyda kali ini. Tentu karena musyda kali ini adalah musyda di masa pandemi. Maka kami memformulasikan strategi untuk menghindari terjadinya kasus baru covid-19. Protokol kesehatan bagi Musya PDPM kali ini bersifat mutlak tidak memiliki ruang toleransi.
Filosofi Pemuda Muhammadiyah
Kalimat Fastabiqul Khairats di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat al-Baqarah ayat 148, dan kedua pada surat al-Maidah ayat 48. Jika merujuk pada tafsir al-Azhar karya buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), penafsiran kalimat Fastabiqul Khairats dalam surat al-Maidah ayat 48 nampaknya lebih tepat jika dikaitkan dengan Pemuda Muhammadiyah. Pada penggalan dari ayat tersebut Allah Swt berfirman, “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak meguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan”.
Buya Hamka dalam tafsirnya menjelaskan bahwa tidaklah Allah tidak kuasa untuk menjadikan manusia sejak Adam a.s sampai dengan Muhammad Saw untuk menjadikan satu umat, satu agama, satu adat, satu suku, dan satu bangsa saja. Bahkan Allah pun bisa saja berkehendak seluruh makhluk di bumi dijadikan satu makhluk saja. Namun Allah Swt berkehendak seluruhnya dijadikan beranekaragam makhluk hidup.
Pada akhir tafsirnya beliau menjelaskan pentingnya mengoptimalkan akal yang dimiliki oleh manusia untuk membuktikan kesempurnaan manusia sebagai makhluk sebaik-baik bentuk. Selain itu sekaligus sebagai khalifah atau wakil Allah untuk menghadirkan rahmat bagi seluruh alam. Orang beriman wajib berlomba-lomba berijtihad atau bersungguh-sungguh mengoptimalkan akal untuk membumikan kesempurnaan Islam.
Inilah potongan ayat yang sakral yang seharusnya menjadi dasar filosofis dalam menggerakkan Pemuda Muhammadiyah. Karena Pemuda Muhammadiyah adalah gerakan Pemuda Islam dengan potongan kalimat Fastabiqul Khairats yang berasal dari firman Allah Swt, maka seluruh langkah, sikap, dan perilaku berlomba-lomba dalam kebajikan idealnya adalah berdasarkan norma Islam. Itulah mengapa kalimat Fastabiqul Khairats disematkan pada pita dalam lambang Pemuda Muhammadiyah.
Integritas dan Khittah Pemuda Muhammadiyah
Bagi Pemuda Muhammadiyah, makna integritas adalah makna yang sama dengan yang dimaknai oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah. Integritas adalah beriman, bertakwa, kuat moral, dan kuat intelektual. Hal inilah sebenarnya yang menjadi modal dasar Pemuda Muhammadiyah untuk membumikan kalimat Fastabiqul Khairats.
Dalam kamus Oxford, kata integrity itu diterjemahkan dengan “the quality of being honest and having strong moral priciples”. Pemaknaan secara etimologis dari kata integritas salah satunya adalah memiliki prinsip moral yang begitu kuat. Sebagian ilmuan memaknai moralitas dengan sesuatu yang baik didasarkan atas dasar kebiasaan masyarakat. Namun jika dimaknai lebih luas, moralitas itu memiliki substansi yang sama dengan etika dalam filsafat moral atau akhlak dalam Islam.
Moralitas bagi Pemuda Muhammadiyah adalah moralitas yang bersendikan dari norma-norma agama. Berpijak atas Aqidah, Syariah, dan Akhlak yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah al-Maqbulah. Bukan moralitas yang bersendikan dari nilai-nilai manusia yang bersifat relatif dan temporer. Mengapa demikian, karena moralitas yang bersumber dari langit adalah moralitas yang bersifat kekal dan melampaui. Kekal hingga akhir kehidupan semesta dan melampaui keterbatasan akal dan zaman.
Moralitas dalam bentuk ketulusan, kejujuran, dan keadilan adalah mutlak bagi Pemuda Muhammadiyah. Jika Pemuda Muhamadiyah sudah kehilangan moralitasnya, lalu dimana lagi Pemuda mencari gerakan yang gigih dan kuat memegang teguh morlitas layaknya sepenggal lirik dalam Mars Pemuda Muhammadiyah, “Teguhkan sikap hidup kita, amar ma’ruf nahi munkar”. Pemuda Muhammadiyah harus menjadi rumah untuk lahirnya gerakan yang melawan imoralitas. Imoralitas dalam bentuk ketamakan atau eksploitasi, korupsi, dan berbagai kezaliman lainnya.
Setelah Iman, Takwa, dan Moralitas, Pemuda Muhammadiyah harus kuat secara intelektualitas. Literasi Pemuda Muhammadiyah harus tinggi melampaui gerakan kepemudaan yang lainnya. Pemuda Muhammadiyah harus menjadi bagian yang satu dibanding sembilan ratus sembilan puluh sembilan dalam minat baca atau literasi. Jangan sampai Pemuda Muhammadiyah tidak bersemangat untuk menjalankan ayat pertama yang diturunkan Allah Swt melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw berupa surat al-Alaq ayat ke 1-5. Ayat-ayat tersebut adalah ayat yang memerintahkan kepada manusia untuk membuka cakrawala, menguatkan intelektualitas yang berbasis Ketauhidan yang tinggi. Dimensi Iman dan kesemestaan menjadi satu bagian dalam ayat tersebut.
Hal ini mengkonfirmasi khittah Pemuda Muhammadiyah yang dikenal dengan Khittah Yogyakarta pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-17 pada nilai dasar satu dan enam dari enam nilai dasar. Pada nilai dasar yang pertama, disebutkan bahwa Khittah Pemuda Muhammadiyah adalah Berwawasan, Profesional, Berintegritas, dan Berkemajuan. Pemuda Muhammadiyah dalam peran kebangsaan harus berdasarkan atas wawasan dan berbasis keilmuan. Pengetahuan sebagai pijakan untuk melahirkan berbagai kebijakan dan pelaksanaanya. Sehingga kader Pemuda Muhammadiyah dalam kebangsaan adalah kader yang professional dengan kapasitas yang mumpuni. Selain itu, dalam profesionalnya Pemuda Muhammadiyah harus dipandu dengan nilai-nilai integritas dan moralitas.
Pada nilai dasar yang keenam bahwa dalam peran kebangsaan Pemuda Muhammadiyah juga harus menghindari money politik. Dalam Islam hal tersebut disebut dengan Risywah. Meninggalkan money politik adalah bagian dari upaya untuk menjalankan ajaran Islam dalam hal menegakkan kejujuran yang melahirkan keadilan. Kejujuran dalam Islam disebut dengan as-shidqu. Dalam hadist Nabi Saw pernah memberikan sinyal bahwa tidak ada ruang bagi orang yang tidak jujur atau berbuat dusta. Bahkan dianggap lepas keimanannya jika berbuat dusta. Selain itu suap dan menyuap adalah perilaku yang dilaknat oleh Rasulullah Saw.
Namun entah mengapa dalam khittah Pemuda Muhammadiyah hasil Muktamar yang lalu hanya dirumuskan tentang dimensi kebangsaan saja. Padahal pada Khittah sebelumnya Pemuda Muhammadiyah telah merumuskan begitu komprehensif tentang Khittah Perjuangan Pemuda Muhammadiyah. Dimulai dari definisi khittah, Doktrin Perjuangan, dan Dimensi-Dimensi Perjuangan. Dalam dimensi perjuangan terbagi menjadi enam dimensi peran Pemuda Muhammadiyah. Dimulai dari Dimensi Keagamaan, Dimensi Sosial, Dimensi Ekonomi, Dimensi Politik, dan Dimensi Kebudayaan dan Peradaban. Dimana semua dimensi dijabarkan dengan begitu komprehensif sebagai bagian dari upaya menerjemahkan kerangka filosofis berbasis historis dan teologis Pemuda Muhammadiyah.
Untuk itu Pemuda Muhammadiyah kota Depok masa mendatang dituntut untuk bisa mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki. Potensi dalam bentuk kapasitas akan lahir jika Pemuda Muhammadiyah mau membuka diri dan gigih dalam literasi. Literasi pertama adalah penguatan dalam pemahaman keagamaan. Hal ini menjadi modal dasar dalam penguatan Iman dan Takwa. Pemahaman keagamaan harus didasarkan atas dasar Paham Agama dalam Muhammadiyah.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah juga harus gigih untuk mencukupkan pengetahuannya dengan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan. Biasakan membaca tulisan yang panjang dibandingkan dengan membaca status-status yang ada di media sosial. Biasakan membaca buku yang berkualitas dibandingkan dengan membaca komik atau kisah mistis yang bersifat khayalan atau hanya hiburan semata.
Dari modal utama tersebut bangunlah relasi. Bangun hubungan yang baik dengan semua pihak, mulai dari sesama organisasi kepemudaan Islam, organisasi kepemudaan lintas agama, pemangku amanah (eksekutif, legislative, dan yudikatif), para pengusaha, dan tentu tidak lupa memiliki komunikasi yang baik dengan induk persyarikatan (Muhammadiyah dan Aisyiyah), serta seluruh organisasi otonom yang ada. Insya Allah, dengan modal-modal tersebut Pemuda Muhammadiyah akan mampu bergerak di semua dimensi sebagaimana yang disebutkan dalam Khittahnya. Semoga Allah meridhoi seluruh ikhtiar kita untuk menggerakkan Islam melalui Pemuda Muhammadiyah.
Wallahu a’lam
Dani Yanuar Eka Putra, S.E, A.k, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Depok 2017-2021