Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir UMJ Mengadakan Workshop

usat Studi Perbatasan dan Pesisir PSPP FISIP UMJ

usat Studi Perbatasan dan Pesisir PSPP FISIP UMJ

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Peran Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir UMJ yang notabene berpenduduk miskin sungguh sangat dinantikan oleh penduduk kawasan dan mendesak untuk dilaksanakan. Kegiatan itu dalam kaitan penelitian mencari terobosan yang tepat dan berguna, aplikasinya akan memberdayakan rakyat setempat mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi, karena itu perlu didukung oleh semua pihak baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat luas.

Ungkapan itu disampaikan oleh Prof. Dr. Rokhmin Dahuri dalam makalahnya pada workshop Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir di ruang sidang Fakultas Ilmu sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah (UMJ) Cireundeu, Ciputat Jakarta 30 Maret 2021 yang dihadiri segenap civitas Fakultas Ilmu Sosial, rombongan tamu Universitas Pancasila, serta peserta lainnya.
Menurut Rokhmin yang juga guru besar Kelautan Insitut Pertanian Bogor (IPB) itu, wilayah perbatasan berkategori penduduk miskin, hidup sebagai petani dan nelayan. Mereka hidup dalam keadaan kurang berkecukupan, sementara di seberang perbatasan negara tetangga hidup warga dalam keadaan berkecukupan. “Sangat kontras perbandingannya,” kata mantan Menteri Perikanan dan Kelautan itu.

Bagi Doktor (PhD) lulusan Universitas Canada dalam ilmu Lingkungan, Pusat studi harus menjadi kegiatan riset terapan (applied research) bukan riset ilmu semata yang menjadi simpanan perpustakaan belaka. Dalam arti riset hanya menjadi lambang keilmuan, namun tak diaplikasikan, identik dengan menara gading. Konsep studi yang ideal menurutnya menghadirkan solusi, menjadikan masyarakat berdaya, membangun etos akhlak kerja, religius dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

Dalam pandangannya soal ekonomi adalah tantangan utama. Karena Itu PDPB ini selayaknya bergerak mencari solusi ekonomi, pendapatan per income percapita Indonesia masih seputar empat ribu US dollar. “Kita kalah dari Thailand sudah 7 ribu US dollar dan Malaysia sudah menyentuh 12 ribu US dollar,” ujarnya. Menurutnya ekonomi kita harus dibangun dan dipacu lebih tinggi secara berkelanjutan dan peranan studi ekonomi menjadi penting. Pusat kajian ini harus menjawab tantangan tersebut.

Sementara Dr Endang Rudiatin dari Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir FISIP UMJ ini menyarankan tekadnya untuk mengambil peran yang lebih besar lagi. Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya diajak untuk ikut bersinergi. “Kita sejak setahun yang lalu sudah punya binaan di Sebatik Nunukan Kalimantan Utara. Siap melebarkan sayap ke wilayah lain,” kata Endang Rudiatin dosen FISIP UMJ alumni Doktor Antropologi lulusan Universitas Indonesia.

PSPP dalam waktu dekat membangun ekonomi umat dengan koperasi Syariah, membangun unit ekonomi kecil dengan produk makanan halal, pemberdayaan petani dan nelayan berupa bantuan modal, serta pelatihan wiraswasta bekerjasama dengan Unit Usaha Kecil dan Menengah Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah. Temasuk kerjasama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perikanan dan Kelautan serta lembaga Perbankan Syariah.
Pada kesempatan itu Dekan FISIP UMJ Makmun Murad menyampaikan sambutannya dan penghargaan pada PSPP. Capaian PSPP ini merupakan bentuk sumbangan dan pengabdian Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan UMJ pada khususnya kepada masyarakat bidang pencerahan intelektual dan solusi masalah yang dihadapi. (Mas’ud Hmn)

Exit mobile version