Catatan Kinerja Rumah Sakit Muhammadiyah – ‘Aisyiyah

rumah sakit

Catatan Kinerja Rumah Sakit Muhammadiyah – ‘Aisyiyah

Oleh: Agus Samsudin

Saat ini pimpinan Pusat MPKU setiap minggu mengadakan kunjungan virtual. Biasanya 4-5 rumah sakit di lokasi yang berdekatan kami minta untuk melakukan presentasi kinerja RS tahun 2020 dan rencana 2021. Kita semua memahami beratnya beban rumah sakit di tahun 2020 dimana badai covid 19 menurunkan jumlah kunjungan bervariasi hingga 60%. Tahun lalu MPKU melakukan workshop virtual business continuity plan sebagai antisipasi atas pandemi. Memasuki putaran ke 7 MPKU melakukan kunjungan virtual ke Kediri dan Blitar. Ada 4 RS yaitu PKU Gurah dan Surya Melati dari Kediri dan PKU dan RSI Blitar.

Ada beberapa catatan atas kinerja RS PKU di tahun 2020 yang bisa saya bagikan:

  1. Pentingnya nilai-nilai Islam-Kemuhammadiyahan. Teologi al-Ma’uun sebagai dasar berdiri dan perilaku di rumah sakit menjadi salah satu “booster” menghadapi pandemi. Seruan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahwa tenaga kesehatan yang merawat covid19 sebagai jihad kemanusiaan menjadi salah satu kekuatan. RSMA seluruh Indonesia berkontribusi 5% dari seluruh tempat tidur covid rumah sakit seluruh Indonesia dengan total 1879 tempat tidur di 85 rumah sakit. Bahkan ada beberapa rumah sakit yang jumlah tempat tidur covid lebih dari 50% kapasitas. Ijinkan saya untuk menyampaikan terima kasih atas dedikasi seluruh insan hospitalia rumah sakit yang telah berjuang untuk pelayanan selama pandemi.
  2. RSMA masih bisa survive secara finansial. Sekalipun turunnya pendapatan terjadi sejak bulan Maret 2020 sampai sekarang, sisa hasil usaha sebagian besar rumah sakit masih ada alias tidak mengalami kerugian. Beberapa rumah sakit malah menjadi anomali, yaitu mengalami pertumbuhan yang tinggi dari sisi finansial. Bisa disebut misalnya RS Sekapuk Gresik, RS Blitar dan RS Wonosobo. Keberhasilan sebagian besar rumah sakit berbanding lurus dengan agilitas. Yaitu kemampuan dan kecepatan organisasi untuk merespon perubahan lingkungan secara produktif dengan pembiayaan yang efektif. Artinya kemampuan para Direksi-Manajer-karyawan untuk melakukan perubahan dengan cepat menjadi kunci keberhasilan.
  3. Digitalisasi dan Inovasi. Tekanan yang berat secara bisnis dan proses digitalisasi memaksa RSMA membuat perubahan dari sisi upaya menaikkan pendapatan dan efisiensi serta penggunaan teknoogi informasi. Disinilah munculnya berbagai inovasi penggunaan IT secara massif mulai dari cara promosi kepada pelanggan melalui media sosial, pendaftaran online, layanan antar obat, penggunaan rekam medis elektronik sampai kepada cara rapat, telemedicine, komunikasi internal, pembinaan karyawan dan pengajian. Sesuatu yang tidak terpikirkan setahun lalu.

Disrupsi pandemi covid19 dan digitalisasi memang tidak bisa dan tidak boleh dilawan akan tetapi perlu disikapi secara arif dan berpikir positif dengan memberikan respon yang jelas dan terukur. Seluruh insan hospitalia RSMA perlu melatih agilitas pribadi dan organisasi agar siap menghadapi disrupsi lain yang akan terjadi di masa datang.

Kembali ke kunjungan Blitar dan Kediri. Saya ingin memberian apresiasi kepada 4 RS yang sudah disebutkan diatas. Secara finansial sehat, analisa data mantap dan bersinergi melakukan kerjasama dengan mengembangkan klinik binaan bersama pimpinan Muhammadiyah setempat.  Lebih Bahagia lagi  tiga dari empat RS tersebut dipimpin oleh wanita, generasi muda Aisyiyah di masa depan.

Agus Samsudin, Ketua MPKU PP Muhammadiyah

Exit mobile version