YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kasus eksploitasi seksual terhadap anak melalui media sosial (grooming online), pelecehan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dan perkawinan anak kondisinya semakin memprihatinkan. Merespon kondisi tersebut, tim dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melakukan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan serangkaian pelatihan bersama ibu-ibu dan remaja tentang pentingnya ibu sebagai agen dalam perubahan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi (kespro).
PKM ini mengusung Tagline Ibu Sahabat Remaja. Para ibu sebagai champion diharapkan memiliki kompetensi komunikasi interpersonal berbicara dengan putra-putrinya tentang kespro. Tim PKM mengajak Ibu sebagai lingkaran terdekat anak untuk melakukan literasi sebagai langkah awal pencegahan sekaligus dukungan (support system) untuk menguatkan remaja sebagai kelompok rentan dalam isu kespro.
Tri Hastuti Nur Rochimah, Ketua Tim PKM menyampaikan bahwa usia remaja dapat diibaratkan semacam investasi jangka panjang untuk kelanjutan keturunan dan kehidupan mereka yang sehat. “Upaya peningkatan kespro remaja dapat dilakukan dengan memberikan informasi, edukasi dan konseling (literasi) baik dilakukan secara langsung kepada remaja ataupun kepada orangtua. Penyampaian pesan sesuai dengan gaya komunikasi milenial, tidak bersifat menggurui tetapi lebih menekankan diskusi”, jelasnya.
“Kesibukan orangtua bekerja berangkat pagi pulang sore, pandangan orang tua membicarakan kesehatan reproduksi itu tabu, keterbatasan pengetahuan orangtua tentang kespro dan kurangnya keterbukaan antara orangtua dengan anak menyebabkan sebagian besar orangtua jarang melakukan diskusi tentang kesehatan reproduksi bersama putra-putrinya,” ungkap Nur, peserta PKM (1/4/2021). Tidak sedikit juga orangtua yang memandang bahwa anaknya sudah besar, sudah tau dengan perkembangan kesehatan reproduksi yang dialami,” imbuhnya.
Sedangkan dari sisi remaja (Nasyiatul Asyiyah) menyampaikan jika remaja lebih nyaman untuk mencari informasi sendiri melalui internet. Hal ini karena merasa malu untuk bertanya mengenai isu kespro, “gek-gek saru”. Remaja menawarkan penyelesaiannya yaitu dengan mengedukasi isu-isu kesehatan reproduksi sejak kecil. Dari kecil dibiasakan untuk membahas hal-hal yang selama ini dianggap tabu, sehingga nyaman untuk dibicarakan tatkala sudah memasuki masa pubertas.
Pada akhir sesi, Siti Setyaningsih, pengurus PCA Gamping menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini memberikan ilmu yang sangat berharga mengenai pentingnya berkomunikasi dua arah antara anak dengan orangtua. Orang tua harus pintar dan berani mengajak anaknya berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi,demikian sebaliknya. Dirinya mengajak semua menjadi Sahabat Literasi Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja, dengan melakukan literasi mulai lingkungan terdekat yaitu keluarga, kemudian tetangga dan warga Aisyiyah di wilayah PCA Gamping.
“Mitra PKM dengan tema Penguatan Kapasitas Komunikasi Interpersonal Ibu sebagai Sahabat Remaja untuk Literasi Kesehatan Reproduksi adalah Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Gamping,” tutur Wuri Rahmawati. Jumlah peserta 30 orang yang berasal dari 6 ranting dan perwakilan dari Nasyiatul ‘Aisyiyah Cabang Gamping. Hadir sebagai pemantik diskusi dalam PKM ini yaitu Dede Dwi Kurniasih dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah. (Riz)