Konsisten dengan Amalan Puasa Agar Happy Ending dengan Piala Lailatul Qodar

Konsisten dengan Amalan Puasa Agar Happy Ending dengan Piala Lailatul Qodar

Oleh : H. M. Sunan Miskan, Lc

Ketaatan itu ada dua macam, pertama Ketaatan fisik yaitu ketaatan hukum syar’I yang mengatur pergaulan dengan sesama. Kedua, Ketaatan moral yaitu ketaatan pada hukum yang telah ditetapkan Allah dalam fithrah manusia, seperti tidak dengki, tidak sombong. Ia penuh kasih, merendahkan diri namun pemberani kepada hal yang benar, optimis, menolong sesama sampai akhir hayatnya, maka ia menjadi husnul khatimah. Ia happy ending.

Happy ending ialah fitrah manusia. Seorang pelajar ingin lulus dengan nilai istimewa. Seorang olah ragawan, pemain sepak bola kepingin ditutup dengan mendapatkan gol sebanyak-banyaknya. Seorang politisi ia ingin happy ending dengan menduduki jabatan teratas di suatu pemerintahan, Pasangan suami istri ingin happy ending sampai kelak menjadi kiki dan nini.

Di dalam ibadah puasa mengajarkan ketaatan pada kedua hal tersebut diatas, taat pisik tidak makan dan minum dan hubungan suami istri di siang hari dan moral tidak marah marah, tidak bikin gaduh terutama malam hari dan tidak mau diajak bertengkar.

Namun  ketaatan moral lebih menonjol karena ia landasan ketaatan pisik. Konsisten dengannya akan happy ending dengan mendapatkan piala Lailatul Qodar. Lailatul Qodar oleh Nabi saw  dijelaskan bahwa itu adalah persoalan maknawi, persoalan moral. Ia di cari sejak awal Ramadlan tetapi Nabi mendapatkannya di akhir Ramamadlon di endingnya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh sahabat beliau Said Al Khudriy dalam hadist riwayat Bukhory dan Muslim, Rasulullah saw disaat subuh, di akhir Ramadlon setelah sebulan mencari Lailatul Qodar, seperti arahan Jibril,  beliau bersabda : Siapa yang tadi malam ber I’tikaf denganku, maka sesungguhnya tadi malam aku diperlihatkan Lailatul Qodar dalam mimpi, di akhir Ramadlon yang ganjil, Saya diperlihatkan seperti  sujud diatas air dan tanah lumpur. Berbahagialah kalian dan kembalilah.

Para ahli hadist menakwilkan bahwa Piala Lailatul Qodar itu adalah masalah maknawi, dalam bentuk mimpi sebagaimana yang dialami  Rasul SAW .  Beliau lalu menyadari akan kembali ke tanah, tidak boleh sombong dan harus berbekal dengan amal soleh. Diantara amal soleh yang ada di penutup Ramadlan ialah zakat fitrah untuk peduli kaum fuqoro dan miskin dilanjutkan dengan silaturrahim dan saling memaafkan terutama kalau  melakukan kesalahan terhadap sesama kapan saja dan si mana saja.

Mari kita konsisten dengan amalan puasa Ramadlan agar happy ending dengan mendapatkan piala Lailatul Qodar.

H. M. Sunan Miskan, Lc, Ketua PWM DKI Jakarta

Exit mobile version