Keistimewaan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan dalam Perspektif as-Sunnah

al-qur'an

Foto Ilustrasi

Keistimewaan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan dalam Perspektif as-Sunnah

Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag

Secara kemanusiaan sulit diprediksi kapan pandemi covid-19 berakhir di Indonesia. Dampak penyebaran virus dalam kehidupan manusia, bukan saja terhadap sisi kesehatannya, tetapi hampir semua segi kehidupan manusia terkena imbasnya, baik kehidupan sosial, ekonomi, politik bahkan agama. Berdasarkan ini, umat Islam diingatkan untuk waspada, dan ikutilah protokol kesehatan secara ketat, memakai masker ketika keluar rumah, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak antar sesamanya. Bagi umat Islam, tidak asing lagi jika disebut Al-Qur’an , karena sebagai pedoman hidupnya. Hanya saja, umat Islam belum maksimal melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga umat Islam belum menjadi umat terdepan dalam segala bidang. Oleh karenanya, perlunya disegarkan dan diingatkan kembali bagaimana istimewanya Al-Qur’an terutama di bulan Ramadhan, tulisan ini mengulas tentang hal itu, semoga bermanfaat.

Al-Qur’an artinya bacaan (lihat; Q.S.al-Qiyamah/75 :17-18). Adapun menurut istilah adalah Kalam Allah swt yang merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat dan membacanya adalah ibadah. Alqur an terdiri dari 30 juz; 114 surat; 6236 ayat; 77.439 kosa ka ta; dan 323.015 huruf.

Istimewanya Al-Qur’an di Bulan Ramadan

Mengapa Ramadan disebut dengan Syahrulquran? Karena Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadan, perhatikan Q.S.al-Baqarah/2;185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ…

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (per mulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pen jelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (an tara yang hak dan yang bathil).

Al-Qur’an diturunkan juga diturunkan pada suatu ma lam yang disebut dengan lailatul qadar (Q.S.al-Qadar/97 :1-3), dan malam lailatul qadar itu juga di bulan Ramadan.

اِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an ) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemu liaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bu lan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala uru san. Malam itu (penuh) kesejahtera an/kedamaian sampai terbit fajar.

Kemudian Al-Qur’an diturunkan pada suatu malam yang diberkati (lailah mubarakah), malam yang diberkati itu juga di bulan Ramadan, perhatikan (Q.S.ad-Dukhan/ 44:2).

اِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

Terminologi Membaca dalam Al-Qur’an

  1. Qira’ah= qara’ah-yaqra’u-qira’atan-qar’an-qur’anan
  2. Tartil= rattala-yurattilu-tartilan
  3. Tilawayah= tala-yatlu-tilawatan

Penjelasannya :

  1. Qira’ah= qara’ah-yaqra’u-qira’atan-qar’an-qur’anan

قِرَاءَةً= قَرَأَ- يَقْرَأُ- قِرَاءَةً- قَرْءًا-قُرْآناً

Artinya: membaca (kitab).

Qira’ah adalah masdar dari qara’ah yang bermakna mengumpulkan (al-jam’u), artinya mengumpulkan huruf-huruf dalam sebuah untaian kata dan kalimat.

Derivat atau bentuk turunan kata dasar ini memiliki beberapa makna di antaranya:

1)            Tafahhama, berusaha memahami.

2)            Daarasa, terus-menerus mempelajari.

3)            Tafaqqaha, berusaha mengerti secara mendalam, dan

4)            Hafizha, menghaffal, karena menghafal juga berarti me ngumpulkan (jama’a) dan menyatukan (dhamma).

Karena itu qira’ah, biasa mengandung unsur mempe lajari, memahami dan menghafalkannya. Maksudnya ketika seseorang itu melakukan qira’ah, maka penekanannya pada aspek intelektual, pemikiran dan menelaah (knowledge).

Istilah qira’ah bersifat umum, artinya bisa untuk membaca kitab suci, bisa juga untk selainnya.

Dalam Alqur’an disebutkan dalam Q.S.al-’Alaq/96:1-5.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang mencip takan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

  1. Tartil= rattala-yurattilu-tartilan

رَتَّلَ- يُرَتِّلُ- تَرْتِيْلاً

Artinya : Membaca

Istilah Tartil, berasal dari rattala, arti dasar tartil ada lah sesuatu yang terpadu (ittisaq) dan tersistem (intizham) secara konsisten (istiqamah), yakni melepaskaan kata-kata dari mulut secara baik, teratur dan konsisten. Penekanannya ada pada pengucapan secara lisan atau pembacaan verbal dan bersuara. Dalam bahasa Inggeris padanan katanya yang tepat adalah “to recite” = mengucapkan, melafalkan dengan lisan. Tepatnya, slow recitation, membaca dengan bersuara secarea perlahan-lehan.

Tartil, adalah tehnis membaca yang benar. Jadi, tartil, ditekankan untuk membaca Al-Qur’an secara benar.

Perhatikan Q.S.al-Muzzammil/73:4:

…وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً (4)

Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

  1. Tilawayah= tala-yatlu-tilawatan

تَلاَ-يَتْلُو-تِلاَوَةً

Artinya : membaca

Istilah tilawah, yang berasal dari kata tala-yatlu-tilawah, makna awalnya adalah mengikuti (tabi’a atau ittiba’a) secara langsung dengan tanpa pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik membaca secara intelektual (qira’ah) atau menjalankan apa yang terkandung di dalamnya (ittiba’).

Dengan demikian, kata tilawah dapat diartikan seba gai membaca yang bersifat spiritual atau aktifitas membaca yang diikuti komitmen untuk mengamalkannya. Tilawah adalah khusus kepada kitab suci, maka ada istila MTQ (Musabaqah Tilatil Qur’an, bukan Musabaqah Qira’atil Qur’an). Membaca secara tilawah inilah yang dimaksud dalam Q.S.Fathir/35:29-30;

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur’an ) dan mendirikan salat dan menafkahkan (menginfakkan) sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Q.S.Fathir/35:29-30)

Ayat-ayat di atas (Q.S.Fathir/35:29-30) lebih populer dengan sebutan 3 kebiasaan emas (The Three Golden Habits), yaitu:

  1. Senantiasa membaca Al-Qur’an .
  2. Mendirikan salat
  3. Berinfaq (secara diam-diam atau terang-terangan)

Orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an , me miliki arti, ia senantiasa mempelajari kata dan maknanya, meyakini kandungannya, mengikuti perintah dan menjauhi larangannya. Mereka ini benar-benar mengamalkan Alqur an secara utuh (kaffah). Setelah itu mendirikan salat secara benar, dengan mengikuti sesuai dengan tatacara (kaifiyat) yang diajarkan oleh Rasul saw dan memperhatikan waktu-waktunya secara disiplin. Kemudian setelah membaca Al quran dan mendirikan salat, adalah menginfakkan sebagian rezeki yang telah diberikan Allah kepadanya, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

Ketiga hal di atas, jika sudah dilakukan secara istiqa mah, maka Allah menjanjikan akan memberikan seolah-olah suatu perniagaan yang tidak pernah merugi, artinya untung terus dalam kehidupannya, juga Allah swt akan menambah bonus, dengan menyempurnakan karunia-Nya. Karunia Allah swt, sangat banyak, tidak bisa kita hitung. Untuk memahami tentang hal ini secara mendalami, sila kan baca makalah penulis yang lain, yang berjudul 3 kebia saan emas (The Three Golden Habits). Dalam makalah ini penulis tuangkan bagaimana 3 kebiasaan ini dapat berman faat dan efektif dalam kehidupan kita, dan juga apa saja syaratnya (SOP) dan kriteria-kriterianya penulis tuliskan secara luas dan mendalam.

Tadarus al-Quran

Rasul saw mengadakan tadarus Al-Qur’an dengan Malaikat Jibril, pada setiap malam bulan Ramadan, perhati kan hadis berikut ini.

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Syihab dari ‘Ubaidallah bin ‘Uqbah bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata: “Nabi saw. adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebai kan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril as. datang menemui Beliau. Dan Jibril as.datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al-Qur’an ) hingga Al quran selesai dibacakan untuk Nabi saw. Apabila Jibril as. datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang pa ling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus”.H.R.al-Bukhari.Nomor hadis:1769.

Tadarus Al-Qur’an , wujudnya terdiri dari:

  1. Membetulkan bacaan Al-Qur’an (Qira’atahu).
  2. Membetulkan hafalan Al-Qur’an (Hifzhahu).
  3. Memahami dan menjelaskan Al-Qur’an (Bayanahu).

Tradisi para sahabat Rasul saw dalam Bulan Rama dan: mengkhatamkan Al-Qur’an , dalam salat atau di luar sa lat, membetulkan bacaan dan hafalan pada orang yang le bih ahli sesama mereka. Selanjutnya tentu mengamalkan kandungan Al-Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari. De ngan adanya Ramadan Syahrulquran, akan mewujudkan apa yang disebut dengan sosok Al-Qur’an (syakhshiyyah Qur ’aniyah) atau pribadi yang mempresentasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Al-Qur’an Mudah Dihafal dan dipelajari?

1.Al-Qur’an Dipelihara oleh Allah Kemurniannya

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an , dan sesungguh nya Kami benar-benar memeliharanya.(Q.S.al-Hijr/15:9)

Ayat tersebut di atas menginformasikan bahwa Allah memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al quran selama-lamanya. Karena Al-Qur’an merupakan Kalam Allah swt, makanya mudah dihafal oleh hamba-Nya. De ngan demikian, tidak ada satu kitab di dunia ini yang dija min kemurnian dan kesuciannya kecuali Al-Qur’an , jadi wa jar umat mempelajari dan mengamalkannya. Selain, kitab suci Al-Qur’an mengandung nilai-nilai universal yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai pedoman hidupnya (way of life).

  1. Al-Qur’an Mengandung Kebenaran Ditinjau dari Berbagai disiplin Ilmu dan Terhindar dari kesalahan dan kebatilan(Q.S.Fushilat/41:41-42).

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ (42)

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an keti ka Al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti a kan celaka), dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya(Al-Qur’an ) kebati lan baik dari depan maupun dari belakangnya, diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Tampak dengan jelas bahwa Al-Qur’an mengandung kebenaran, dan dijamin dan terpelihara dari kebatilan, bah kan orang yang mengingkarinya akan mengalami kerugian dan kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab, orang yang terbiasa melakukan tidak sesuai dengan kebe naran, maka kehidupannya akan mengalami kesengsaraan batin, jiwanya tidak akan mengalami ketenangan dan keba hagiaan. Hanya dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an -lah jiwa akan tenang dan bahagia.

Keistimewaan Al-Qur’an dalam As-Sunnah

  1. Mempelajari dan Mengamalkan Al-Qur’an

المستدرك على الصحيحين للحاكم مع تعليقات الذهبي في التلخيص – (1 / 756)

2086 – أَخْبَرَنَا بكر بْن مُحَمَّد الصيرفِي بمرو ثَنَا عَبْد الصَّمَد بْن الفضل البلخي ثنا مكي بن إبراهيم ثنا بشير بن مهاجر عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةِ اْلأَسْلَمِيْ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ قَرَأَ اْلقُرآنَ وَتَعَلَّمَهُ وَعَمِلَ بِهِ أُلْبِسَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ تَاجًا مِنْ نُوْرٍضَوْؤُهُ مِثْلُ ضَوْءِ الشَّمْسِ وَيُكْسَى وَالِدَيْهِ حُلَّتَانِ لاَ يَقُوْمُ بِهِمَا الدُّنْيَا فَيَقُوْلاَنِ ِبمَا كُسَيْنَا فَيُقَالُ بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا اْلقُرْآنَ. هذا حديث صحيح على شرط مسلم و لم يخرجاه

‘Abdullah bin Buraidah al-Aslami dari ayahnya r.a.. meri wayatkan bahwa Rasul saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an , mempelajari dan mengamalkan isinya, kelak di hari Kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang sinarnya bagaikan cahaya matahari. dan kedua orang tuanya diberi dua pakaian yang belum pernah mereka lihat di dunia. keduanya bertanya, “Mengapa kami diberi pakai an ini? kemudian dijawab, “Ini adalah imbalan dari apa yang telah dilakukan anak kalian terhadap Al-Qur’an . H.R. al-Hakim, dalam al-Mustadrak).

Hadis di atas memberikan gambaran keistimewaan para orang tua yang telah mewujudkan anak-anaknya mam pu membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya. Pertanyaan nya, mengapa orang tua diberikan keistimewaan dengan pemberian hadiah berupa pakaian yang belum pernah dili hatnya ketika di dunia? Orang tua diberikan hadiah oleh Allah swt, karena mereka memiliki saham terhadap anak-anaknya, sehingga sampai bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar serta mengamalkannya.jadi, hal yang sangat wajar orang yang memiliki saham mendapat keutungan dari sa ham yang telah diusahakannya ketika di dunia.

Berdasarkan pelajaran di atas, mestinya para orang tua menyadari bahwa semua usaha yang baik untuk mewu judkan sanak-anaknya agar menjadi ana-anak yang salih dan salihah, akan mendapat balasan dari Allah swt, artinya usahanya tidak pernah disia-siakan oleh Allah swt.

  1. Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ.

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu’bah ia berkata, Telah me ngabarkan kepadaku ‘Alqamah bin Marsad Aku mendengar Sa’d bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As-Sulami dari Usman ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sebaik-baik di antara kalian adalah seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” H.R.al-Bukhari.No. 4639.

Hadis di atas memberikan motivasi bahwa yang ter golong sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempela jari Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Nilai sunnah yang dapat diambil adalah bahwa Al-Qur’an sangat penting dipelajari karena ia pedoman hidup (way of life) manusia, dengan merujuk kepadanya dalam segala akti vitas, maka kehidupan manusia akan dijamin tidak akan se sat baik di dunia maupun di akhirat, bahkan akan selamat, sejahtera dan bahagia. Penjaminan dan garansi itu diberikan langsung oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Garansi ini tidak akan ditemukan di Kitab Suci manapun di dunia, sebagai bukti awal, kitab suci selain Al-Qur’an , tidak ada seorangpun yang sanggup menghafalnya.

  1. Balasan Orang yang Membaca Al-Qur’an

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ جَمِيعًا عَنْ أَبِي عَوَانَةَ قَالَ ابْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Muhammad bin Ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu ‘Awanah-Ibnu Ubaid-berkata, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa’d bin Hisyam dari ‘Aisyah ia berkata; Rasul saw.bersab da:”Orang mukmin yang mahir membaca Alqur an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” H.R.Muslim. No. 1329.

Hadis di atas memberikan pelajaran betapa dahsyat nya balasan bagi orang-orang yang mahir dan pandai mem baca Al-Qur’an . Balasan mereka yang mahir membaca Alqur an adalah surganya ditemani bersama para malaikat. Pelajaran berikutnya adalah, demikian dahsyatnya Al-Qur’an , bagi mereka yang hanya pandai membaca terbata-bata pun mendapat ganjaran berupa dua pahala.

  1. Umat Paling Mulia: Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an

2447-وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ، وَأَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ الْفَارِسِيُّ، قَالا: حدثنا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُرَيْشٍ، حدثنا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حدثنا أَبُو إِبْرَاهِيْم التَّرْجُمَانِيُّ، حدثنا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْجُرْجَانِيُّ، حدثنا نَهْشَلُ أبو عَبْدِ اللهِ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَشْرَافُ أُمَّتِي حَمَلَةُ الْقُرْآنِ وَأَصْحَابُ اللَّيْلِ ” شعب الإيمان – (4 / 233).

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman as-Sula miy dan Abu al-Hasan Muhammad bin al-Qasim dal Fari siy, berkata keduanya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Abdillah bin Quraisy: Telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin Sufyan, Telah men ceritakan kepada kami Abu Ibrahim at-Tarjumaniy, Telah menceritakan kepada kami Sa’ad bin Sa’id al-Jurjaniy, Te lah menceritakan kepada kami Nahsyal Abu Abdillah, dari ad-Dahhak dari Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasul saw bersabda: “Umatku yang paling mulia adalah pengemban (pembaca dan penghafal) Al-Qur’an dan terutama pada waktu malam.(H.R.al-Baihaqi, Tabrani dan lainnya).

Informasi hadis di atas dapat dipetik pelajaran bahwa prinsipnya pembaca dan penghafal Al-Qur’an adalah tergolong orang yang sangat mulia. Dengan demikian, marilah kita lestarikan untuk senantiasa membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan melatihnya ketika salat fardu dan salat sunnah. Sebab, apa yang sudah dihafal akan mudah hilang, jika tidak dilatih dan dibiasakan membacanya.

  1. Anjuran Istiqamah kepada para pembaca Al-Qur’an

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ اسْتَقِيمُوا فَقَدْ سَبَقْتُمْ سَبْقًا بَعِيدًا فَإِنْ أَخَذْتُمْ يَمِينًا وَشِمَالا لَقَدْ ضَلَلْتُمْ ضَلالا بَعِيدًا.

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah men ceritakan kepada kami Sufyan dari Al A’masy dari Ibrahim dari Hammam dari Khudzaifah berkata,”Wahai ahli Alqur an, bersikap istiqamahlah kalian, dengan demikian kalian telah menjadi pemenang yang jauh, sebaliknya jika kalian oleng kanan kiri, kalian telah sesat sesesat-sesatnya.” H.R. al-Bukhari. No. hadis : 6739.

Rasul saw memperingatkan kepada para ahli Al-Qur’an untuk bersikap istiqamah dalam kehidupan ini. jika itu dila kukan, maka orang tersebut akan senantiasa menjadi peme nang yang terdepan, yang lain ketinggalan. Sebab, dengan membaca Al-Qur’an , mengahayatinya serta mengamalkan isi nya, kita akan senatiasa ditolong oleh Allah swt, yang Ma ha Kaya, Maha Berkuasa dan Maha Agung. Siapa yang memberikan kekayaan, kekuasaan dan keistimewaan kepa da kita, tidak lain hanya Allah swt. oleh karenanya, semua Kalam-Nya, atau ucapanNya yang ada di dalam Al-Qur’an kita amalkan, maka kita akan menjadi pemenang yang ung gul dan terdepan.

  1. Istimewanya Tadarus Al-Qur’an di Masjid

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا وقَالَ اْلآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ اْلأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At-Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al-‘Ala Al-Hamdani-dan lafal ini milik Yahya-dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al-A’masy dari Abu Salih dari Abu Hurai rah dia berkata; Rasul saw. telah bersabda: ‘Barang siapa membe baskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat.

Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk men cari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al-Qur’an , melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.’ H.R.Muslim. No Hadis : 4867.

  1. Baca Al-Qur’an : Perbandingannya dengan Sedekah

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ.

Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Arafah te lah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ayyasy dari Bahir bin Sa’d dari Khalid bin Ma’dan dari Kasir bin Mu rrah Al-Hadrami dari ‘Uqbah bin Amir ia berka ta; Aku mendengar Rasul saw. bersabda: “Seseorang yang memba ca Al-Qur’an dengan suara keras seperti orang yang menam pak-nampakkan sedekah, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara lirih, seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.” H.R.at-Tirmizi.No 2843.

  1. Orang yang tidak ada hapalan Al-Qur’an di dadanya, Bagaikan Rumah yang Tidak Berpenghuni

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ قَابُوسَ بْنِ أَبِي ظَبْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ.قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami Jarir dari Qabus bin Abu Da byan dari Ayahnya dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasul saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya ti dak ada sedikit pun Al-Qur’an ibarat rumah yang runtuh (ti dak berpenghuni).” Abu Isa berkata; Hadis ini hasan sha hih. H.R.at-Tirmizi. No. hadis : 2837.

Sunnah di atas memberikan pelajaran bahwa orang-orang yang tidak memiliki hapalan Al-Qur’an , bagaikan rumah yang tidak memiliki penghuninya, dalam pengertian lain orang yang yang tidak hapalan Al-Qur’an nya, seperti orang yang kehilangan ruhnya. Oleh karena itu, bagi orang yang berakal sehat agar sedapat mungkin menghafal Al-Qur’an setidaknya juz terkahir dari Al-Qur’an (Juz ‘Amma).

  1. Setan Tidak akan mendekat, Jika Dibaca 2 ayat Terakhir dari surat Al-Baqarah

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْجَرْمِيِّ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الْجَرْمِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَلا يُقْرَأَانِ فِي دَارٍ ثَلاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ.قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ,

Telah menceritakan kepada kami Muham mad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abdurrah man bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Asy’ats bin Abdurrahman Al-Jarmi dari Abu Qilabah dari Abu Al-Asy’as Al-Jarmi dari Nu’man bin Basyir dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab (Al-Qur’an ) sejak dua ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah menurunkan dua ayat darinya seba gai penutup surat Al-Baqarah, tidaklah keduanya dibaca dalam rumah selama tiga malam setan tidak akan mendeka tinya.”.H.R.at-Tirmizi. No Hadis : 2807.

Sabda Rasul saw di atas memberikan informasi bahwa kemuliaan Al-Qur’an demikian besar, sehingga hal-hal yang ghaib pun diberikan keamanan bagi mereka yang membaca khusus 2 ayat terakhir surat Albaqarah.

  1. Meminta Balasan Pahala Membaca Al-Qur’an kepada Allah swt, Bukan kepada Manusia

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلانَ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ خَيْثَمَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّهُ مَرَّ عَلَى قَاصٍّ يَقْرَأُ ثُمَّ سَأَلَ فَاسْتَرْجَعَ ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَلْيَسْأَلْ اللهَ بِهِ فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَسْأَلُونَ بِهِ النَّاسَ.

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad telah men ceritakan kepada kami Sufyan dari Al-A’ masy dari Khai samah dari Al-Hasan dari Imran bin Hushain ia melewati tukang cerita tengah membaca Al-Qur’an , setelah itu ia me minta, lalu Imran kembali kemudian ber kata;”Aku pernah mendengar Rasul saw. bersabda: “Barang siapa membaca Al-Qur’an , hendaklah meminta kepada Allah dengannya, karena sungguh akan datang suatu kaum yang membaca Al-Qur’an , lalu dengannya mereka meminta-minta kepada orang.”H.R.at-Tirmizi. No. Hadis : 2841.

Sunnah di atas menekankan agar, orang yang memba ca Al-Qur’an hanya mengharap dan meminta balasan kepada Allah swt, bukan kepada manusia, sebab yang Maha Kaya hanya Allah swt. Dengan pengertian lain, mesti ikhlas hanya mengharap Allah swt, tidak diiringi dengan riya’.

  1. Allah swt Mengutus Malaikat untuk Mengawal Orang yang Membaca salah satu Surat Al-Qur’an

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا أَبُو مَسْعُودٍ الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي الْعَلَاءِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنِ الْحَنْظَلِيِّ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَأْوِي إِلَى فِرَاشِهِ فَيَقْرَأُ سُورَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَعَثَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِ مَلَكًا يَحْفَظُهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيهِ حَتَّى يَهُبَّ مَتَى هَبَّ.

Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami Abu Mas’ud Al Jurairi dari Abu Al-‘Ala`bin Asy-Syikhir dari Al-Handlali dari Syaddad bin Aus berkata; Rasul saw. bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki yang menuju ke tempat tidurnya, lalu membaca satu surat dari kitab Allah Azzawajalla kecuali Allah Azzawa jalla akan mengutus Malaikat kepadanya dan menjaganya dari sesuatu yang mengganggunya sampai dia bangun.” H.R. Ahmad. No. 16509.

Sunnah di atas, memberikan motivasi kepada umat Is lam agar membaca salah satu surat Al-Qur’an , ketika hendak tidur, sebab Allah swt akan mengutus malaikat untuk mengawal mereka yang membaca salah satu surat Al-Qur’an . Ini membuktikan bahwa Kalam Allah memiliki kemualiaan bagi siapa saja yang membacanya dengan dasar iman kepadanya.

  1. Pahala Membaca Al-Qur’an Diberikan Per-Huruf

2835-حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى قَال سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ الْقُرَظِيَّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami Adl dlahhak bin Usman dari Ayyub bin Musa ia berkata; Aku mendengar Muhammad bin Ka’ab Al-Quradi berkata; Aku mendengar Abdullah bin Mas’ud berkata; Rasul saw. bersabda: “Barangsiapa memba ca satu huruf dari Kitabullah (Alqur an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipatgan dakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan teta pi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” H.R.at-Tirmizi. No 2835.

Sunnah di atas memberikan motivasi agar kita senan tiasa membaca Al-Qur’an , sebab balasan membaca Al-Qur’an , bukan kata perkata, tetapi setiap huruf diberikan balasan oleh Allah swt. namun, yang paling penting dari semua itu adalah mengamalkan kandungan isi Al-Qur’an dalam kehidu pan kita, agar kehidupan kita senantiasa mendapat keberka han, rahmat dan ma’unah dari Allah swt.

Istimewanya Al-Qur’an di bulan Ramadan karena ia disebut dengan Syahrulquran. Lalu mengapa disebut Syahrulquran adalah sebab di bulan inilah Al-Qur’an diturun kan, juga Rasul saw mengadakan tadarusan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril adalah di bulan Ramadan. Oleh karenanya, bulan Ramadan mestinya menjadi bulan di mana seseorang lebih termotivasi untuk memperhatikan Al-Qur’an , dengan giat membacanya, menghafal, menghayati serta mengamalkan isi kandungannya.

Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang demikian dah syat. Dengan membaca dan mengamalkan Al-Qur’an , dapat sebagai solusi masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat zaman modern sekarang ini, yang semakin tidak menentu. Oleh karenanya marilah membaca dan me ngamalkan kandungan Al-Qur’an , maka kita akan meraih kesuksesan hidup serta bahagia, di dunia maupun di akhirat. Wallahu A’lam bissawab.

Dr. Sulidar, M.Ag, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara

Exit mobile version