Allah Memperkenalkan (42) Usia Manusia dan Iblis

Allah Memperkenalkan (42) Usia Manusia dan Iblis

Oleh: Lutfi Effendi

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini, masih  ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 36:

فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

fa azallahumasy-syaiṭānu ‘an-hā fa akhrajahumā mimmā kānā fīhi wa qulnahbiṭụ ba’ḍukum liba’ḍin ‘aduww, wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā’un ilā ḥīn

Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (Qs Al Baqarah 36).

Kalau pada tulisan sebelumnya telah diulas tentang Adam Diberdaya Setan dan Setan Musuh Manusia maka pada tulisan ini fokus pada: wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā’un ilā ḥīn (Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan).

Baik Adam dan anak turunnya maupun Iblis dan anak turunnya mereka tinggal di bumi. Mereka tinggal di bumi sampai waktu yang telah ditentukan, Demikian pula kesenangan-kesenangan yang diperoleh di bumi dengan waktu yang terbatas.

Waktu hidup secara keseluruhan memang dibatasi sampai kiamat. Tetapi secara perorangan tidak akan sepanjang itu, hanya iblis saja usianya yang panjang sampai hari kiamat, Sedangkan yang lain mempunyai waktu yang terbatas sesuai usia masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari Hadits Nabi:

Dalam Shahih Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengucapkan do’a,

أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ

“Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Mu dan Engkau tidak mati, sementara jin dan manusia itu mati.” (HR. Bukhari no. 7383 dan Muslim no. 2717). Ini menunjukkan bahwa jin pun bisa mati, termasuk di dalamnya setan.

Usia Nabi sebelum Nabi Muhammad saw dan umatnya bisa ratusan tahun, tetapi untuk umat Nabi Nuhammad rata-rata 60-70 tahun. Rasulullah SAW sendiri pernah mengabarkan usia kebanyakan umatnya dalam hadits sebagai berikutL:

عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ رواه الترمذي

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).

Meski jarang, tetapi umur sahabat ada yang sanpai ratusan tahun, seperti dialami  Salman Al Farisi. Tetapi tentu juga ada yang belum sampai 60 tahun usianya sudah meninggal dunia. Untuk yang usia panjang ini, Rasulullah menyebutkan jika amalnya banyak akan menjadi manusia yang terbaik. Ini tergambar dalam Hadits sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ  قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Al-Albâni rahimahullah dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb, 3/313, no. 3363, Maktabul Ma’arif, cet. 1, th 1421 H / 2000 M]

Dengan umur yang panjang dan amal yang banyak ini, bisa sebagai modal untuk mendapatkan kesenangan yang tak terbatas di akhirat. Tentu ini lebih baik ketimbang kesenangan di dunia yang terbatas.

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Pandai-pandailah kita memanfaatkan usia yang terbatas, jangan asyik memburu kesenangan yang terbatas tetapi melupakan kesenangan yang tak terbatas. Kita boleh dan harus menikmati kesenangan yang terbatas itu, teyapi semuanya harus dilakukan lewat jalan yang lurus, melakukan amal shalih berdasarkan keimanan kita kepada Allah SwT dengan menjauhi laranganNya.  Bukankah kehidupan kita di dunia ini merupakan penentu kehidupan kita di akhirat kelak? Waallahu a’lam bisshawab

Exit mobile version