Perpisahan dan Cinta:
Kisah Mengharukan Kakak-Beradik yang Cinta Al-Quran
Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
Saat itu bulan tersembunyi di balik malam. Bintang-bintang mulai kembali ke peraduannya setelah awal malam menampakkan senyumnya walaupun senyum kali ini tidak seperti malam-malam sebelumnya. Malam semakin larut, suara binatang malam pun hadir bersaut-sautan, burung malam mengucapkan salam untuk seluruh makhluk Allah yang sedang berzikir tak terkecuali insan yang sedang berduka. Angin sepoi-sepoi menyentuh tubuh rumah kakak-beradik Zulfa dan Nida. Saat itu harapan mempunyai impian untuk saling berlomba dalam cinta Al-Qur’an pelangsung amal tertunda karena Allah lebih menyayangi adiknya, Nida. Cinta dan kasih sayang hamba Allah di dunia ini terbatas, tidak ada cinta yang abadi di dunia fana.
Nida yang manis dan senyumnya menawan itu, telah melambaikan tangan perpisahan, yah…kakak mana yang tak akan sedih saat adiknya yang sangat dicintainya telah pergi selama-lamanya. Semangat mulai tercabik-cabik dengan kepergian adik tercinta yang cerdas dan manis, Nida. Dengan segala suka dan dukanya, senyum adik itu selalu menginspirasi dan menyadarkan dirinya bahwa semua makhluk yang bernyawa pasti ada ajalnya.
Perpisahan adalah cermin, itulah pelajaran dalam kehidupan kita terutama ketika kakak berpisah dengan adiknya yang sangat dicintainya. Sang adik pergi dengan senyumnya yang indah, melambaikan tangan, dan kini sedang menunggu di alam cinta abadi untuk dipersatukan dalam cinta keluarga. Seakan adik ini berkata kepada kakaknya, “Kak…. Nida pergi dulu ya! nanti kakak, ayah dan ibu setelah selesai tugas di dunia, segera susul Nida ya!” Sebelum meninggalnya, Nida pernah bercita-cita mondok untuk menjadi penghafal Al-Qur’an seperti kakaknya yang telah mondok lebih dulu. Saat sakit di rumah sakit, Zulfa sedang ada kegiatan sehingga tidak menyaksikan saat adiknya yang tercinta melambaikan tangan perpisahan dan meninggalkan selama-lamanya.
PERPISAHAN ADALAH DUKA
Ketika Cahaya pagi menembus kaca jendela,
Semerbak mawar merah merekah merana,
Kini senyum itu telah layu dan haru
Saat cinta kakak-beradik terpisahkan oleh waktu
Sang kakak berkata,
Adikku, kau hirup udara segar di sini setiap pagi bersamaku
bersama mentari pagi yang kini sinarnya pergi dan sendu
Hari-hari itu kini telah berakhir tak kan kembali
Hari-hari itu hanya kenangan berarti
Kau pergi meninggalkan kakak di sini sendiri
Hujan pun seakan tak membasahi
Kicauan burung indah terdengar di telinga itu pun hanya kenangan
Angin terhembus halus menembus kulit hanya sebatas angan
Di sini sering kau lihat bersama kakak penuh keindahan
Taman kecil di samping rumah yang mulai berubah kau tinggalkan
Kini kau tinggalkan tak lagi kau pedulikan
Hanya kata-kata ini yang bisa dipersembahkan saat berduka
Puisi dan doa dilantunkan di atas pusara Nida tercinta
Itulah kata-kata yang tersusun melepas kepergian adiknya. Setelah duka menghampiri dalam masa sekitar tiga bulan. Zulfa dengan tegar pergi meninggalkan ayah dan ibunya untuk melanjutkan cintanya terhadap Al-Qur’an. Berbekal 2 juz hafalannya yakni juz 29 dan 30 ia tinggalkan ibunya yang sedang sakit untuk pamit melanjutkan cita-citanya sebagai Hafizah.
Berurai air mata memisahkan perpisahan antara Zulfa dan Ibunya yang sedang sakit serius karena duka yang masih menyelimuti sang ibu setelah kepergian adiknya. Tiga bulan itu tidak cukup untuk melupakan senyum Nida tercinta. Dengan tekad yang kuat zulfa meminta izin kepada ibunya yang sedang sakit untuk melanjutkan cintanya terhadap Al-Quran ke Pondok Pesantren Nurus Sunnah Semarang dengan diantar ayahnya.
Dalam hari-hari bersama Al-Qur’an, wajah Nida sering hadir menyemangati hafalannya. Air mata kerinduan kadang menetes apalagi teringat juga ibunya yang masih sakit tak kunjung sembuh. Hafalan zulfa dari dua Juz mulai bertambah menjadi tiga, empat, lima hingga sepuluh Juz.
Setiap hafalan bertambah satu Juz, zulfa tak lupa terus memohon kepada Allah agar ibunya yang sakit segera disembuhkan dan kelak bisa bertemu dengan adiknya di surga. Karena kerinduan kepada adiknya, zulfa terkadang sakit hingga harus dijemput ayahnya dan dirawat di tempat kelahirannya. Hari belalu, pekan menyentuh waktu, satu tahun lebih tepatnya selama 20 bulan pun berlalu. Setelah satu bulan menguatkan dalam daurah untuk menyempurnakan hafalannya kini terus menguntai dalam murajaahnya.
Kamis malam Jumat, tepatnya 18 Maret 2021 atau 5 Rajab 1442 H. pengasuh dan pembimbing Al-Qur’an dari Pondok Pesantren Nurus Sunnah Semarang mengabarkan kepada ibu dan ayahnya di Tegal, bahwa hafalan zulfa telah sempurna menjadi 30 Juz. Bintang-bintang di langitpun semakin terang cahayanya mengiringi sempurnanya hafalan Al-Qur’an Zulfa. Gelap menjadi terang. Angin pun semilir menyentuh senyum ibunya yang kini sakitnya mulai berangsur pulih. Ibu zulfa sujud syukur dan air mata membasahi wajahnya yang semakin cantik karena sinar Al-Qur’an dari hafalan zulfa telah menyentuhnya.
Satu juta dua puluh tujuh huruf telah menyentuh kalbu zulfa setelah selama 20 bulan perpisahan dengan adiknya. Duka yang panjang bersama Al-Quran, kini menjadi secercah harapan untuk dipersembahkan kepada adiknya Nida yang telah pergi lebih dahulu dan juga untuk hadiah terindah ibu dan ayahnya agar bisa memberikan mahkota cinta Al-Quran kelak di surga.
Perjuangan dan sakit yang selama ini diderita telah menghasilkan buah keindahan tersendiri. Kerinduan terhadap adiknya telah membimbing untuk lebih mencintai Al-Qur’an dan kini cita-citanya akan terus merawat hafalan Al-Quran bersama indahnya waktu menjadikan semangat untuk berkarya. Murajaah selalu dilantunkan apalagi saat memasuki Ramadhan 1442 H. Al-Qur’an telah menemaninya dalam shalat yang terkadang satu juz mulai hadir untuk dibaca dalam shalatnya mengimami bersama sahabat-sahabatnya.
Cinta Al-Qur’an telah memberikan semangat zulfa disaat badai perpisahan menerpa. Al-Quran telah memberikan bahagia dalam hidupnya. Al-Qur’an telah mengabadikan cinta dan semangat untuk hidup lebih bermakna. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hijr ayat 9,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ [١٥:٩]
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Rasulullah SAW sangat mendorong sahabat dan umatnya untuk menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an. Orang-orang yang menghafalnya akan mendapat posisi yang istimewa di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW. Mereka yang menjaga Al-Qur’an lewat hafalan akan mendapat posisi yang terhormat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Nabi Muhammad SAW mengibaratkan orang yang tak memiliki hafalan Al-Qur’an sebagai gubuk kumuh yang nyaris roboh. “Orang yang tidak mempunyai hafalan Alquran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR Tirmidzi).
Untuk melengkapi cinta kita terhadap hafalan Al-Qur’an, Berikut ada beberapa keistimewaan para penghafalnya.
- Golongan Manusia Terbaik
Berdasarkan hadits riwayat Bukhari, dari Ustman, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baiknya manusia di antara kamu adalah yang mempelajari al-Quran dan mengamalkannya.”
- Lebih Utama Jadi Imam Salat
Keutamaan menghafal Al-Qur’an adalah lebih utama menjadi imam salat. Hal itu diriwayatkan Rasulullah dari Ibnu Mas’id. Al- Ansari dalam hadist riwayat Bukhari, “Yang lebih berhak memimpin kamu adalah yang paling bagus bacaan Al-Qurannya di antara kamu.”
- Kedudukan Penghafal Al Quran Berada di Akhir Ayat yang Dibaca
Menjadi penghafal Al Quran memiliki kedudukan seperti pada akhir ayat yang dibaca. Dalam hadist riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda “Dikatakan kepada pemilik (penghafal-penghafal) Al-Quran akan diperintahkan baca lah dan bangkit lah! Baca lah sebagaimana kamu membaca di dunia! Maka sesungguhnya kedudukanmu berada pada akhir ayat yang kamu baca.”
- Mendapatkan Syafaat
Menjadi penghafal Al Quran juga memberikan keutamaan di akhirat. Sebab, dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah bersabda Al Quran bisa memberikan syafa’atnya atau pertolongan kepada pemilknya. “Baca lah Al-Quran, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat kepada pemilknya. Baca lah az-Zarawain (dua surat cahaya) yakni surat Al-Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca kedua surat tersebut.
- Satu-satunya Sifat Hasud (positif) yang Diperbolehkan
Dalam hadist riwayat Bukhari, dari Ibnu Umar Ra, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak diperbolehkan hasud kecuali pada dua hal: seseorang yang diberi Allah Al-Quran, dan menyibukkan diri siang dan malam dan seseorang yang diberi harta, kemudian, dari harta itu ia infakkan pada siang dan malam hari.”
- Pahala Berlipat Ganda
Membaca Al Quran merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Namun, dalam ibadah ini Allah berjanji akan melipat gandakan pahalanya menjadi 10 kali lipat. Dalam hadist riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya sepuluh pahala dan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, dan aku tidak mengatakan alif-lam-mim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf tersendiri.” Apalagi dibaca saat di bulan Ramadhan akan menjadi lipatan tak terhingga.
- Akan Disematkan Mahkota dan Jubah
Keutamaan menghafal Al Quran adalah disematkannya mahkota dan jubah keridhaan Allah kepadanya. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kepada penghafal Al Qur’an. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda “Penghafal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian akan berkata, ‘Ya Tuhanku, berikanlah perhiasan (kepada orang yang membaca Al-Qur’an), kemudian orang itu dipakaikan mahkota (kemuliaan). Sesudah itu Al-Qur’an memohon kembali, ‘Ya Tuhanku ridhailah dia’, kemudian Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah (Al-Quran) dan teruslah naik (ke surga). Sehingga derajatnya (di surga) pun terus bertambah. pada setiap ayat (yang dibacanya) terdapat satu kebaikan.”
Akhirnya penulis berpesan kepada sendiri dan pembaca, akhiri segala perjalan hidup ini dengan cinta Al-Qur’an. Dengan cinta Al-Qur’an hidup akan menjadi indah dan bahagia. Isilah sisa-sisa usia ini dengan saling mencintai sesama orang beriman yang diilhami cinta Al-Qur’an. Sempurnakan ibadah di bulan suci Ramadhan tahun ini dengan menguatkan untuk meraih syafaat Al-Qur’an. Semoga tulisan ini bisa bernilai ibadah dan bermanfaat. Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb Wa Bashshiril Mukminin.
Alif Sarifudin Ahmad, PDM Kota Tegal