Allah Memperkenalkan (44) Allah Akan Beri Petunjuk

Allah Memperkenalkan (44) Allah Akan Beri Petunjuk

Oleh: Lutfi Effendi

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini, masih  ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 38:

قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

qulnahbiṭụ min-hā jamī’ā, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa man tabi’a hudāya fa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Qs Al Baqarah 38).

Dari ayat ini, Allah SwT melepas Adam dan istrinya dan juga Iblis untuk turun ke bumi menjalankan kehidupan yang baru. Allah juga berjanji akan memberi petunjuk dalam menempuh kehidupan baru itu agar tidak sesat jalan. Ibarat perjalanan pengembaraan dalam kepanduan, maka akan diberikan petunjuk pada setiap simpang jalan agar peserta tidak tersesat.

Untuk melihat respons manusia terhadap petunjuk Allah ini, bisa dilihat dalam tulisan yang lalu “Allah Memperkenalkan Diri (17) Respon Manusia Tentang Petunjuk Allah” dalam website Suara Muhammadiyah ini. Meski demikian dalam tulisan ini sebagian akan disinggung.

Dalam menempuh perjalanan hidup ini, memang ada yang sudah siap menerima petunjuk. Ia memang betul-betul mencari petunjuk Allah SwT agar perjalanannya tetap ada di jalan lurus dan tidak disesatkan oleh iblis beserta pengikutnya.

Orang yang sudah siap itu setiap saat berdoa agar diberi petunjuk jalan yang lurus. Orang tersebut mengamalkan Qs Al Fatihah ayat 6:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (Qs Al Fatihah 6)

Bagi orang yang berdoa dengan tulus ikhlas, ketika mendapat petunjuk ini langsung diamalkan seuai arahan yang ada. Tetapi ada juga yang menerima petunjuk kemudian tidak dipakai dan malahan dipakai nembeli kesesatan, sebagaimana tergambar dalam Qs Al Baqarah ayat 16:

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ

ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā fa mā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānụ muhtadīn

Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk. (Qs Al Baqarah 16).

Orang yang demikian, jelas akan tersesat dalam menempuh kehidupan. Orang tersebut akan tidak sampai jalan yang harusnya dituju, karena sesat jalan.

Lalu bagaimana Allah memberikan petunjuk, apakah langsung kepada masing-masing manusia atau lewar perantara. Kesiapan menerima petunjuk atau hidayah memang ditetapkan atau dipatrikan oleh Allah lewat hati masing-masing individu, tetapi petunjuknya sendiri perantaranya para Nabi dan Rasul. Dan bagi kita umat Muhammad saw, petunjuk itu lewat kitab Al-Qur’an yang diwahyukan Allah SwT kepada Rasulullah sebagaimana terlihat dalam Qs Al Baqarah ayat 2:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Qs Al Baqarah 2)

Namun kita tetap mengimani kitab-kitab yang lain yang diwahyukan Allah SwT kepada Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Tetapi iman di sini bukan untuk memakainya sebagai petunjuk, namun kitab itu betul ada sebagai petunjuk umat yang hidup pada waktu kitab itu diturunkan. Dan sebaliknya  keimanan kepada Al-Qur’an yang ditirunkan kepada Nabi Muhammad saw haruslah kita turuti petunjuknya agar tidak tersesat.

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn

dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. (Qs Al Baqarah 4).

Mereka yang mengikuti petunjuk Allah itu, bagi kita umat Muhammad adalah petunjuk Al-Qur’an, maka digambarkan pada Qs Al Baqarah 38 sebagai seseorang yang tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Dan selain itu, oleh Allah SwT dalam Qs Al Baqarah ayat lima dikatakan sebagai orang yang beruntung:

اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

ulā`ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn

Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs Al Baqarah 5).

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Bagi kita yang menempuh kehidupan di dunia ini, amat penting petunjuk Allah SwT agar kita tidak sesat jalan, baik karena tidak mendapat petunjuk atau menerima petunjuk yang disesatkan oleh setan. Karenanya kita harus menyiapkan diri untuk menerima dan mengamlakannya sehingga rute perjalanan hidup kita betul-betul kembali ke surge Allah SwT. Waallahu a’lam bisshawab

Exit mobile version