SAMARINDA, Suara Muhammadiyah – Semarak syiar Ramadhan 1442 hijriyah tahun ini semakin semarak bagi warga Muhammadiyah Kalimantan Timur. Meskipun dalam kondisi pandemic covid-19, beragam kegiatan digelar terutama melalui webinar.
Salah satu acara syiar Ramadan yang digelar adalah webinar literasi pada Ahad (25/4/2021) mengambil tema menulis sebagai terapi jiwa dengan menghadirkan narasumber nasional, Dr. Iu Rusliana, M.Si dosen UIN Sunan Gunung Dajti Bandung yang sekaligus salah satu ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.
Dalam sambutan pembukaan, Abdul Hadi Wakil ketua PW. Muhammadiyah Kaltim mengatakan literasi memiliki cakupan yang luas. “Literasi saat ini bukan sekedar membaca dan menulis, namun juga berkembang pada penyampaian segala hal yang berkait dengan pesan penulisan seperti penelitian, yang disampaikan bukan sekedar pada buku cetakan namun juga melalui media sosial.”
Program yang diadakan oleh Majelis Pustaka dan Informasi Muhamamadiyah Kaltim ini bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan dan Penelitian Aisyiyah Kaltim.
Peserta sangat antusias, terlihat durasi waktu 120 menit penyampaian materi dan tanya jawab dijejali dengan banyak pertanyaan dari peserta.
Pertanyaan sekitar bagaimana cara memulai menulis, menghilangkan ketidak pedean mengirim naskah ke media menjadi diantara sekian pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber yang akrab dipanggil dengan Kang Iu Rusliana.
Menulis itu memeriksa dan mengikat ilmu pengetahuan untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang. Menulis sebagai terapy jiwa menjadi sangat menarik ketika narasumber mengangkat kisah nyata saat kehilangan putra usia 9 tahun yang sangat disayanginya. Dalam rasa duka cita yang mendalam, ungkapan hati yang terpendam, rasa sedih mendalam dan ungkapan kegundahan dituangkan melalui tulisan.
Literasi adalah mediasi untuk mengenal diri dan Allah Maharahman ungkap kang Iu Rusliana. Barangsiapa tak bisa menuliskan tentang dirinya, maka dia tak mengenal dirinya. Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Sebuah pembuka narasi yang menggugah semangat untuk menulis tentunya.
Definisi menulis yang menjadi sederhana dikatakan Kang Iu rusliana, bahwa menulis itu curhat; mengungkapkan apa yang dirasakan, diinginkan, diharapkan, menyampaikan unek-unek.
Kita terbiasa menulis status di media sosial seperti whatshapp, facebook sebagai curhatan diri. Menulis juga dapat dikatakan sebagai penyampaian pendapat (opini) melalui kerangka pemikiran yang terstruktur.
Kang Iu menandaskan semangat menulis harus tumbuh dalam diri karena bisa menjadi terapi diri, menjadi perintah Tuhan, dapat mencerahkan orang lain, menjadi pemantik revolusi dan menjadi msalah dan kewajiban ilmiah. Maka diperlukan target diri dan terkadang perlu ruang privat yang menguatkan keheningan reflektif diri kita ketika menganalisa atau meres pon sesuatu untuk dituliskan.
Ketua Aisyiyah Kaltim Hj. Noor Hurriyati dalam kata penutup acara menyampaikan apresiasi dengan diselenggarakannya acara literasi untuk merajut ilmu ini. Budaya literasi dalam hal kepenulisan diharapkan menjadi gerakan yang terus tumbuh terutama bagi warga Aisyiyah dan Muhammadiyah. (Bon/Mch)