YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Islam Berkemajuan melekat pada Muhammadiyah. Muhammadiyah memandang Islam sebagai din al-hadlarah, yaitu agama yang mengandung ajaran kemajuan untuk mewujudkan peradaban umat manusia yang utama. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Diskusi yang diselenggarakan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada dan Program Doktor Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (1/5/2021).
“Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek, baik dalam keagamaan maupun dalam seluruh dimensi kehidupan,” kata Haedar Nashir. Islam berkemajuan menghadirkan rahmatan lil-‘alamin di muka bumi. Menurutnya, Islam yang berkemajuan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi (QS Ali Imran: 104 & 110). Ayat ini juga menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah.
Dari rumusan itu, kata Haedar, dakwah Islam yang menjadi agenda Muhammadiyah adalah upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan yang diproyeksikan sebagai jalan perubahan (transformasi) ke arah terciptanya kemajuan, kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan kemaslahatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama, dan sekat-sekat sosial lainnya. Haedar menyatakan bahwa Islam secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.
Islam yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah adalah Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia tanpa diksriminasi. “Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan,” katanya.
Muhammadiyah juga dikenal sebagai gerakan pencerahan (tanwir). Gerakan pencerahan, ungkap Haedar, merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. “Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural,” ujarnya.
Gerakan pencerahan juga menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. “Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama,” ulas Haedar.
Haedar Nashir menyebut bahwa gerakan dakwah pencerahan Muhammadiyah menemui banyak tantangan. Di antara tantangannya adalah menguatnya arus sekularisme-materialisme yang mengglobal; munculnya kecenderungan radikal-ekstrem dalam gerakan sosial-politik dan keagamaan yang melahirkan konflik dan kekerasan; kuatnya cengkeraman kapitalisme global yang berdampak pada kehidupan yang serba profit, eksploitasi, materialistik, dan hedonistik. Tantangan lainnya dalam konteks Asia Tenggara adalah, “ASEAN Charter dan bergesernya kekuatan dunia ke Asia/China menjadi ancaman dan tantangan jika tidak ditanggapi secara strategis & konkret.”
Di saat bersamaan, ungkap Haedar, Islam Berkemajuan juga menemui tantangan baru seiring merebaknya era disrupsi. Tantangan itu antara lain berupa: kehadiran sistem online atau digitalisasi kehidupan; kehadiran media sosial sebagai realitas baru yang memunculkan dunia Simulacra; terjadi perubahan sistem nilai seperti proses dehumanisasi; terjadi komodifikasi kehidupan, termasuk di bidang keagaman; terjadi revolusi IT, dari metafisik ke praktis-teknologis. (ribas)