Menjemput Lailatul Qadar
Oleh: Jamjam Erawan
In sya Allah mulai hari Ahad ini ummat Islam telah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan 1442 Hijriyyah. Ini pertanda ummat Islam dimanapun berada dituntut untuk memaksimalkan ibadahnya untuk menjemput lailatul qadar, yaitu malam penetapan bagi perjalanan hidup manusia yang mendapatkan kemuliaan dan keberkahan yang lebih baik dari seribu bulan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran Surat Al Qadar ayat 2-5: Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan, pada malam itu turun para Malaikat dan ruh (Jibril) dengan idzin Tuhannya untuk mengatur semua urusan, sejahteralah malam itu sampai terbit fajar.
Nabi Muhammad saw memberikan petunjuk dalam beberapa sabdanya kapan lailatul qadar itu akan turun supaya ummatnya bersemangat untuk menjemput malam kemuliaan itu. Dari Siti Aisyah ra, bahwasannya Nabi Muhammad saw telah bersabda; beri’tikaflah sepuluh hari terakhir bulan ramadhan dan carilah lailatur qadar itu di malam ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. (HR Bukhar-Muslim).
Para sahabat Nabi Muhammad saw pun pernah memberikan kesaksian tentang lailatul qadar ini. Dari Abi Salamah bahwasannya ia pernah bercerita, aku bertanya kepada Abi Sa’id, ia adalah sahabatku, lalu ia berkata; kami beri’tikaf bersama Nabi saw dalam sepuluh hari pertengahan dari bulan ramadhan, lalu beliau keluar dari rumah di pagi hari pada tanggal dua puluh ramadhan. Beliau lalu berkhutbah dihadapan kami; Aku diperintahkan untuk menjemput lailatul qadar lalu aku lupa tepat waktunya, maka carilah ia di sepuluh hari terakhir, di hari ganjil.
Sahabat Ibnu ‘Umar ra, pernah bercerita bahwa dari beberapa orang dari sahabat Nabi saw diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi pada tujuh malam terakhir di bulan Ramadhan. Kemudian Rasulullah saw bersabda, aku melihat bahwa mimpi kalian tentang lailatul qadar itu terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir itu. (HR. Muslim).
Dari Ubadah bin Shamit berkata; Rasulullah saw keluar untuk memberitahukan tentang datangnya lailatul qadar, lalu diantara dua orang kamu muslimin bertengkar. Nabi bersabda; Aku keluar untuk memberitahukan kalaian tentang lailatul qadar dan sesungguhnya si fulan bertengkar dengan si fulan, maka hilanglah kepastian lailatul qadar itu dari ingatanku, dan barangkali itu lebih baik bagimu, carilah malam itu dalam tujuh, sembilan serta lima malam sebelum akhir ramadhan. (HR Bukhari).
Para ulama memiliki kesimpulan yang berbeda-beda tentang tanggal ganjil terjadinya lailatul qadar sesuai riwayat hadits atau pemahaman yang mereka miliki, namun mereka sepakat bahwa lailatul qadar itu akan terjadi setiap tahunnya dalam tanggal yang ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan.
Dengan demikian, ummat Islam saat ini tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan terbaik ini, bisa jadi Allah masih menetapkan wabah pandemi covid ini bertepatan dengan bulan ramadhan dengan harapan hamba-hamba-Nya tetap ada di rumah agar bisa lebih khusyu beribadah, tertib membaca quran, beramal shalih sambil menyadari dosa dan kelemahan diri yang harus dilakukan sebagai jalan untuk mendapatkan lailatul qadar, yang berdampak pada wasilah Allah menghilangkan pandemi covid 19 dari muka bumi sehingga kehidupan kembali menjadi damai dan sejahtera.
Jamjam Erawan, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat, Ketua BPH Stikes Muhammadiyah Ciamis dan Anggota BPH Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi