Milad Pemuda Muhammadiyah ke-89 Negarawan dan Panggilan Kemanusiaan
Oleh : Machnun Uzni
Perjalanan Pemuda Muhammadiyah memasuki tahun ke-89, 2 Mei 1932 – 2 Mei 2021 sebuah perjalanan panjang yang tentu sarat dengan dinamika didalamnya dan jejak kontribusi kebangsaan yang akan dicatat oleh sejarah.
Pemuda Negarawan menjadi tema besar milad tahun ini. Mengambil penjelasan dari Adam Muhammad, sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur, “Kalau berangkat dari terminologi Buya Syafi’i Ma’arif, pemuda negarawan adalah sosok pemuda dengan visi kebangsaan yang luas, sikapnya genuine, terbuka dengan berbagai kelompok, inklusif, berfikir visioner, dan selalu memberikan solusi atas semua permasalahan.”
Dari dasar terminologi itu, turunannya ialah kader pemuda Muhammadiyah dengan berbagai macam profesi yang digelutinya, baik pengusaha, intelektual, aktivis masyarakat sipil, pejabat negara, dan politisi harus memiliki jiwa negarawan.
Milad Pemuda Muhammadiyah tahun ke-89 berada di hari puasa, bulan suci tempat membangun kesadaran esensi dan jati diri untuk melihat kiprah kesalahen spiritual dan kesalehan sosial. Manusia, menjadi satu-satunya makhluk yang Tuhan ajarkan pengetahuan, “Wa allama adamal asma’a kullaha” (QS:1:31). Seluruh aktifitas pemuda seharusnya mengandung pesan esensi kebaikan, cinta dan pengetahuan, terpendam dalam eksistensi kemanusiaan sebagai ahsani taqwim (QS:95:4).
Milad yang hadir dalam bulan suci, menjadi waktu refleksi yang cukup untuk melepas segala atribut ego dan kemudian tersemangati hadir dalam lini kontribusi karena-Nya dan Untuk-Nya.
Salahsatu nilai negarawan adalah kepedulian. Bagaimana sikap menyelesaikan dan keterlibatan masalah kemanusiaan terjaga dengan kahadiran dan kiprah Pemuda Muhammadiyah. Ada sikap proaktif dalam mensikapi masalah kemanusiaan, bergegas turun ke gelanggang meringankan beban penderitaan. Proaktif sebagai spirit dengan unsur responsibility atau sense of responbility.
Dalam hasanah bahasa Arab, responbility disebut dengan istilah al-mas’uliyah. Yang terbagi dari dua kata; response dan ability. Response adalah kemampuan untuk memberikan umpan balik, sedangkan ability adalah kemampuan. Response ability adalah kemampuan untuk merespon terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah merespon masalah kemanusiaan.
Ada yang menarik ketika panggilan kemanusiaan ini dihubungkan dengan angka kedermawanan sosial. Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia, tepatnya ditahun 2018, menurut survey yang dikeluarkan oleh lembaga charity di Inggris yaitu Charrities Aid Foundation (CAF). Dalam laporannya tentang CAF World Giving Index per-oktober 2018, Indonesia menempati posisi teratas dari 144 negara yang disurvei oleh lembaga ini.
Dalam survey terakhir, kita masih bisa berbangga hati dari 10 negara teratas kluster Negara dermawan, Indonesia termasuk didalamnya. Negara Amerika Serikat, Myanmar, Selandia Baru, Australia, Irlandia, Kanada, Inggris, Belanda, Srilanka, dan Indonesia.
Dalam jurnal antropologi (Etnovisi, 2005), kedermawanan atau tradisi filantropi sudah menjadi sifat masyarakat Indonesia melalui sikap saling bantu atau gotong royong. Penyebutan voulenterism, filantropi, Altruisme, ta’awun saling menolong menjadi panggilan hidup.
Sangat membanggakan kita bisa melihat bahawa survei dilakukan terhadap lebih dari 1,3 juta orang di 144 negara, dan disusun berdasarkan data yang dianalisis selama 10 tahun terakhir. Tren perilaku dermawan dilihat selama masa krisis ekonomi, pemulihan, sampai ketidakstabilan gepolitik di suatu negara tersebut. Tiga aspek yang dinilai dari perilaku dermawan dari masyarakat suatu negara, yaitu membantu orang asing, menyumbangkan uang ke lembaga amal, dan mengikuti kegiatan amal secara sukarela.
Pemuda Muhammadiyah Kaltim dan Jejak Panggilan Kemanusiaan
Dalam kapasitas pernah terlibat didalam pergerakan ormas kepemudaan ini saya mencatat ada jejak panggilan kemanusian yang harus diteruskan, dirawat dan dijadikan sebagai karakter perjuangan Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Timur. Apalagi dalam posisi sebagai penyangga dan penghubung relawan di Indonesia bagian timur terutama.
Gempa di Lombok Nusa Tenggara Barat , Gempa dan likuifaksi di Palu Sulawesi Tengah, Gempa Mamuju Sulawesi Barat dan banjir bandang di Kalimantan Selatan mengokohkan panggilan kemanusian yang dijawab oleh Pemuda Muhammadiyah dalam hal ini Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhamamdiyah (KOKAM) Kalimantan Timur.
Hal ini tentu sejalan dengan trilogy Pelayanan Kokam, dengan paradigm barunya yang tertuang dalam Buku Peraturan dan Pedoman KOKMA 2020, yang menjadi pengganti PO KOKAM 2003. Trilogi yang mendasar dan menjadi penyemangat itu adalah keseriusan dalam urusan kemanusiaan dan kebencanaan (Kemanusian, kebencanaan & ekologi KOKAM, hal 22).
Wakaf waktu, keikhlasan bergerak dan melayani dengan gembira akan menjadi sebuah karakter pada diri Pemuda Muhammadiyah khususnya KOKAM, tentu dibarengi dengan sinergi internal dalam hal ini One Muhammadiyah One Respon (OMOR) bersama elemen organisasi otonom lainnya dan sinergi dengan pihak eksternal. Teruslah bergerak Pemuda Muhammadiyah, Negarawan dan panggilan kemanusiaan tidak mungkin terpisahkan.
Selamat Milad ke-89.
Machnun Uzni, Ketua Majelis Pustaka & Informasi PW. Muhammadiyah Kaltim