Refleksi Hari Pendidikan Nasional di Masa Pandemi

hari pendidikan

Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Hardiknas Adalah Hari Mengukur Dunia Pendidikan Kita dalam Mengedukasi Diri Melawan Pandemi Covid-19

Oleh: Jasra Putra

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei para entitas pendidikan Indonesia. Membaktikan diri dalam dunia pendidikan maya, menjadi isu besar dunia. Dalam menjawab tantangan Covid. Bukannya kenapa? Kita masih ingat awal Covid terjadi, dan seketika itu sudah tersebar ke seluruh dunia. Lalu bagaimana tantangan dunia di tahun kedua, setelah melihat fenomena India. Inilah yang sedang menjadi kegelisahan termasuk dunia pendidikan kita.

Begitu juga dunia belajar atau dunia pendidikan. Merupakan dunia yang dibawa sampai ke liang lahat. Setiap orang diberi kesempatan seluas luasnya menjadi terdidik, dididik dan kesempatan memperoleh pendidikan. Tidak memandang umur atau usia, selama memiliki niat akan bisa menempuh diri melalui jalur pendidikan.

Namun tantangan dunia pendidikan kita menghadapi dampak global pandemic Covid. Yang menuntut pendidikan berubah dan bertransformasi diri, bahkan cenderung merevolusi diri, karena langsung memutus kebiasaan lama, dan dipaksa masuk dalam dunia digital. Yang sampai saat ini masih dianggap tidak ideal, padahal umumnya kita melihat film futuristic yang memainkan dunia digital, kita sering berdecak kagum. Namun sayangnya penguasaan dunia teknologi digital, dibatasi kemampuan untuk mendapatkannya. Karena masih sangat mahal. Hanya sebagian orang yang mampu mengatasi hambatan dunia pendidikan digital dan menikmatinya. Lalu pengembangan dunia pendidikan digital dalam konsep merdeka belajar kita akankah terus memperbaiki diri? Atau tenggelam dalam keluhan tidak idealnya belajar di dunia digital.

Di sisi lain, dunia pendidikan di hantui ancaman penularan Covid 19. Yang tidak bisa dipungkiri memang setelah sekolah membuka belajar tatap muka, ada pemberitaan kluster sekolah yang menghiasi media. Kita masih ingat di awal Maret ketika Indonesia mengumumkan Covid pertamanya, seketika itu kata kluster menjadi suatu sinyal bahaya yang sangat di takuti. Semua orang yang masuk dalam kluster itu kita tuntut di tracing. Dengan kata lain, kalau bisa kluster itu jangan sampai ke menghampiri kita atau tempat lingkungan kita. Lalu bagaimana dengan persiapan sekolah, jelang kebijakan Pembelajaran Tatap Muka?

Mari kita menarik mundur 2 tahun masa pandemi. Di awal Covid ketika dunia mengkampanyekan semua aktifitas luar di hentikan dan dijalankan dari rumah, dunia nampak berhasil, tapi dampaknya pengembangan kluster dari rumah. Namun memperkecil ruang gerak penularan, sangat efektif ketika semua di terapkan dari rumah.

Namun apa boleh buat, manusia tidak bisa bertahan lebih lama untuk tetap di rumah saja. Kebijakan mulai bergeser memperbolehkan manusia mulai bekerja, dengan beberapa aturan protocol kesehatan, namun yang menghiasi berita hari hari ini adalah kluster perkantoran yang dianggap meningkat.

Paralel dengan dunia kerja, aktifitas sosial juga kembali hidup, yang menyebabkan bermunculan kluster di berbagai tempat. Seperti lokasi wisata, acara budaya, dan berbagai pesta atau undangan. Rasanya semua kluster sudah berkembang dan tidak bisa di tahan. Bahwa semua kluster ada di berbagai tempat.

Disinilah tantangan dunia pendidikan hari ini, mampukan pendidikan menjadi usaha sadar manusia dalam mengedukasi diri ditengah pandemi Covid 19, dimana pengurangan dan pembatasan menjadi kata kuncinya. Kalau lebih dalam lagi, sejauhmana keberhasilan dunia pendidikan mengedukasi peserta didik dalam kondisi pandemic. Saya kira ini yang perlu di jawab entitas pendidikan, praktisi pendidikan, ahli pendidikan dalam memasuki Hari Pendidikan Nasional ke dua di dalam era pandemi.

Bahwa pendidikan sebagai usaha sadar, seberapa mampu menyadarkan manusia dalam mengerti arti pengurangan dan pembatasan. Karena toh nyatanya, saat ini, disadari atau tidak, sebagai insan terdidik kita lebih banyak tuntutan keluar. Dibanding sebagai manusia terdidik, siap dengan kesadaran penuh, dalam memasukkan kata pengurangan dan pembatasan itu kedalam dirinya.

Disinilah PR besar dunia pendidikan kita, melakukan penyadaran dalam pengurangan dan pembatasan diri di masa pandemic Covid, yang akan menjadi ruh dalam setiap aktifitas pendidikan dan keberhasilan pendidikan di masa pandemic yang akan segera dimulai. Hak hidup dan kesadaran penuh itulah yang menempatkan kita sebagai bangsa terdidik.

Selamat Hari Pendidikan Nasional,

Jasra Putra, Komisioner KPAI Kadivwasmonev

Exit mobile version