Allah Memperkenalkan (51) Kebajikan

Kebajikan

Ilustrasi Dok NZ Management

Allah Memperkenalkan (51) Kebajikan

Oleh: Lutfi Effendi

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini, masih  ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 44:

اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

a ta`murụnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlụnal-kitāb, a fa lā ta’qilụn

Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? (Qs Al Baqarah 44)

Kalau pada tulisan lalu fokus pada orang yang menyuruh kebajikan, pada tulisan ini fokus pada kebajikannya itu sendiri. Dalam ayat ini kebajikan disebut dengan   اَلْبِرُّ  (al-birru).  Dalam hal ini Rasulullah saw memberi pengertian kebajikan sebagai akhlak yang baik:

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانِ اْلأََنْصَارِيِّ  ، قَالَ : سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْبِرِّ وَاْلإِثْمِ ، فَقَالَ : اَلْبِرُّ حُسْنُ الْـخُلُقِ ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِـيْ صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari an-Nawwâs bin Sam’ân al-Anshari, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab, “Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang membuat bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh manusia.” [HR. Muslim]

Tetapi di kesempatan yang lain, Rasulullah Muhammad memberi pengertian Kebajikan ialah  apa saja yang menjadikan jiwa tenang dan hati menjadi tenteram.

وَعَنْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَخْبِرْنِـيْ بِمَـا يَـحِلُّ لِـيْ وَ يَـحْرُمُ عَلَيَّ ؟ قَالَ : فَصَعَّدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَوَّبَ فِيَّ النَّظَرَ ، فَقَالَ : اَلْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَاْلإِثْمُ مَا  لَـمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلاَ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَإِنْ أَفْتَاكَ الْـمُفْتُوْنَ

Dan dari Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullâh! Jelaskan apa saja yang halal dan haram bagiku.” Beliau bersabda, “Kebajikan ialah apa saja yang apa saja yang menjadikan jiwa tenang dan hati menjadi tenteram. Dan dosa ialah apa saja yang menjadikan jiwa tidak tenang dan hati tidak tenteram kendati para pemberi fatwa berfatwa kepadamu.” [HR. Ahmad]

Dua arti di atas, tidaklah berlawanan. Akhlak Mulia sebagai sebutan sebuah kebajikan (al-birru), sedangkan akhlak mulia menjadikan jiwa tenang dan hati menjadi tenteram. Menariknya di kedua hadits itu kebajikan (al birru) disandingkan dengan dosa (اْلإِثْمُ). Dosa yang menjadi lawan akhlak mulia adalah  apa yang membuat bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh manusia. Sedangkan arti dosa yang satunya dosa ialah apa saja yang menjadikan jiwa tidak tenang dan hati tidak tenteram kendati para pemberi fatwa berfatwa kepadamu.

Sedangkan ayat yang menyebut tentang kebajikan adalah Qs Al Baqarah ayat 25. Kebajikan yang dimaksud di sini adalah amal shalih. Kebajikan yang berarti amal shalih ini biasa disandingkan dengan amanu (beriman), sedangkan kebajikan (al-birru) biasa disandingkan dengan takwa.

وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ

تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

wa basysyirillażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hār, kullamā ruziqụ min-hā min ṡamaratir rizqang qālụ hāżallażī ruziqnā ming qablu wa utụ bihī mutasyābihā, wa lahum fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā khālidụn

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya. (Qs Al Baqarah 25)

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Kebajikan apapun bentuknya, yang dalam bahasa Arab mempunyai istilah beraneka macam akan bersifat positif bagi siapa pun. Karenanya, melakukan kebajikan janganlah bosan-bosan. Karena efek kebaikan yang didapat, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat jika berdasrkan iman dan ikhlas lillahi ta’ala. Waallahu a’lam bisshawab 

Exit mobile version