Mengapa Engkau Lebih Memilih Yang Menyakitiku?: Pesan untuk Mengapai Amalan Maksimal pada Hari-Hari Terakhir Ramadhan
Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
Seandainya Ramadhan bisa berkata kepada orang yang berpuasa, “Mengapa engkau lebih memilih yang menyakitiku?” Kau berpuasa tetapi tidak meningkat imannya, kau berpuasa tetapi tidak mendapat ampunan, kau berpuasa tetapi tidak berprestasi, kau berpuasa tetapi suka mencaci, memfitnah, menyakiti, mengghibah, berdusta, dan mengalirkan darah permusuhan.
Para pembaca yang budiman! Ramadhan kian mengerutkan dahinya…sebentar lagi akan meninggalkan kita. Sementara kita belum berbuat banyak utk mempersembahkan segala cita dan cintanya demi Ramadhan tercinta. Justru yang kita lakukan lebih memilih sering menyakitinya dengan amalan yang merusak nilai-nilai Ramadhan. Ramadhan mencintai tapi dibalas dengan amalan yang tidak menjadikan Ramadhan semakin menebarkan cinta. Melalui tulisan ini kita berharap Allah memberi kekuatan untuk tetap semangat dan beramal yang terbaik di sisa-sisa Ramadhan.
Kalau kita mencintai karena Allah, cinta kita tak akan pernah mati dan berlanjut sampai di surga. Inilah yang harus kita bangun bagi sesama orang yang beriman saat ini untuk menggapai amalan maksimal pada hari-hari terakhir di bulan Ramadhan tahun ini. Menjalin bahagia di bulan Ramadhan itu ketika kita bisa membahagiakan bersama. Terlalu mencintai dunia, tahta, dan harta, serta hawa nafsu akan melemahkan cinta kita pada Allah terutama ketika kita akan mengakhiri Ramadhan dengan baik.
Orang kuat bukan berarti ia tidak pernah berduka dan menangis ketika ikhtiyar dalam mencari dunia, tahta, harta, dan sesuatu menyenangkan hawa nafsu tetapi orang yang kuat adalah orang yang terus istiqomah dalam aktifitas kehidupannya untuk terus menyandarkan diri kepada Allah SWT dengan menguatkan untuk berjuang mengaplikasikan nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah dalam mempelajarinya serta mengamalkannya.
Kekuatan cinta orang yang beriman adalah ketika ia lebih memilih mencintai Allah dan Rasulullah daripada mencintai yang sifatnya sementara dan menyakiti yaitu cinta dunia, tahta, harta, dan hawa nafsu. Cinta adalah perasaan kasih sayang yang sangat kuat muncul dari hati, Sulit untuk menyangkal perasaan jatuh cinta. Karena itu kita tidak perlu takut untuk jatuh cinta, karena perasaan inilah yang terkadang akan membuat kehidupan kita lebih berwarna. Ramadhan tahun Ini bisa menjadi momen yang unik dan selalu terkenang dalam hidup apabila tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membahagiakan orang lain atau bermanfaat untuk orang lain,. Kesempatan yang kita miliki saat ini untuk membahagaiakan kepada sesama manfaatkan dengan baik. Bisa jadi, kita tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama lagi di tahun-tahun mendatang.
Jika Anda mencintai tiga orang dalam waktu yang sama, maka pilihlah orang ketiga karena jika Anda benar-benar mencintai orang yang pertama dan kedua, Anda tidak mungkin jatuh cinta pada orang ketiga. Itulah gambaran ketika kita mencintai amalan-amalan pada sepuluh hari pertama, kedua, dan ketiga di bulan Ramadhan. Maksimalkan cinta kita pada hari ke-21 hingga ke-30 dengan i’tikaf.
Ada minimal 5 amalan untuk melengkapi dan mengakhiri dengan baik pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan., yaitu
- Shalat dan qiyamul lail
- Baca sampai khatam berkali-kali, pelajari dan amalkan Al-Qur’an
- Berdoa dan berzikir
- Sedekah
- Berkarya atau Menulis
Shalat terdiri dari shalat wajib dan sunnah. Shalat wajib adalah bila kita mengerjakannya mendapat pahala dan bila meninggalkannya mendapat dosa. Shalat Sunnah adalah bila kita mengerjakannya mendapat pahala dan bila meninggalkannya tidak berdosa. Di bulan Ramadhan utamakan shalat wajib dan kuatkan shlat sunnah karena pahala dan kebaikan akan berlipat ganda dibandingkan melakukan di luar Ramadhan. Lalu berapa rakaat shalatmu dalam sehari? Jaga 50 rakaat shalatmu dalam sehari semalam di sisa-sisa bulan Ramadhan. Apa sajakah itu? berikut urutannya..
Utamakan shalat wajib yang 17 rakaat. Kuatkan dengan shalat sunnah Qiyamul lail 13 rakaat, yaitu diawali dengan shalat ifttah 2 rakaat, Tarawih 8 rakaat dan Sunnah Witir 3 rakaat. Lakukan juga shalat sunnah rawatib yang muakkad 12 rakaat, yaitu Sunnah Fajr atau sebelum subuh : 2 rakaat, sebelum zuhur 4 rakaat dan sesudah zuhur 4 rakaat, setelah maghrib 2 rakaat, dan setelah Isya 2 rakaat. Lengakapi shalat sunnah Dhuha 8 rakaat, Sunnah Rawatib Badiyah Maghrib : 2 rakaat dan sunnah Rawatib setalah Isya 2 rakaat.
Khatamkan Al-Qur’an tahun ini lebih baik dari tahun kemarin, berzikir dan berdoa untuk semua, sedekah dan berkaryalah dengan menulis untuk dakwah literasi sebagai amalan masa depan yang mencerahkan. Tulisan itu bermanfaat bukan hanya untuk sendiri tetapi akan bermanfaat untuk orang lain sebagai amalan yang akan mengalir terus pahalanya walaupun kita sudah wafat, apalagi tulisan itu mengandung motivasi dan kebaikan sehingga para pembaca mendapatkan pencerahan dan kebaikan seelah membacanya. Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah begitu pesan Imam Al-Ghazali
Beberapa dari kita kadan berpikir dengan bertahan akan membuat kita kuat. Tapi terkadang, dengan melepaskan yang kita cintai karena hanya melemahkan justru membuat kita jadi kuat. Itulah gambaran iman. Cinta di dunia tidak ada abadi sekuat apapun Akhirat..
Begitulah ketika kita mencintai akhir Ramadhan. Cintailah Ramadhan karena Ramadhan selalu setia bersama Puasa, Doa, Al-Qur’an, Qiyamul lail, Ilmu, Sedekah, berbagi, dan kebersamaan, serta amalan-amalan yang memberikan keberkahan.
Saat seseorang mencintaimu, mereka tak harus mengatakannya. Bahwa seseorang menyukaimu. Begitupun dengan Ramadhan, ketika Ramadhan menerima apa yang kita perbuat di dalamnya maka setelah Ramadhan pergi pengaruhnya akan menghunjam dalam hati kita sehingga kita akan dalam kebaikan sampai ajal menjemput kita.
. Maka teruslah berkarya dengan menulis sebagai bahasa cinta. Di dalam percintaan hanya permulaan yang menarik, Itulah yang terkadang Ramadhan dicintai pada awal-awal saja maka cintailah Ramadhan pada akhirnya jangan sampai kita kalah dengan kuda pacu yang telah mengencangkan langkahnya saat menyentuh garis finish. Akhiri Ramadhan dengan cinta yang menejukkan. Jangan sampai kita merugi karena 4 hal. Ramadhan tahun ini sama saja dengan Ramadhan tahun lalu. Ramadhan pergi tidak meningkat imannya, Ramadhan berlalu tidak mendapat ampunan dari Allah, dan Ramadhan diikuti perbuatan yang merusaknya.
Segala Amal itu tergantung cinta pada akhirnya. Bersungguh-sungguhlah dengan sisa-sisa cinta untuk kekuatan Ramadhan. Bangunlah kesabaran dalam 4 hal. Sabar ketika ada musibah, sabar dengan taat. Sabar untuk tidak tergoda dengan maksiat. Dan sabar ketika bergelimang harta. Maksimalkan terutama pada mMalam keduapuluh tujuh malam penuh cinta. Allah mengabadian jumlah huruf lailatul qadar dalam 27 huruf. Bersemangatlah untuk cinta i’tikaf untuk perjuangan hidup. Maksimalkan Al-Qur’an dan Qiyamul lai.
Berpuasalah seperti ulat yang dengan cintanya mampu mengubah diri menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni, bukan berpuasa seperti ular yang hanya karena pencitraan tidak mampu ada perubahan. Itulah makna puasa yang sesungguhnya yakni semangat untuk berubah menjadi lebih baik. Puasa adalah perubahan. Puasa adalah cinta. Puasa adalah Hijrah.
Kita terlahir dalam keadaan fithrah. Godaan menjadikan kita berubah mencintai nafsu
Hawa itu identik dengan pertentangan. Ghodob itu sama dengan kesombongan. Syahwat itu serupa dengan keserakahan. Saatnya kembali kepada kesucian . Kembali untuk berbuka menata cinta yang hilang. Menuju cinta yang lebih bermakna. Di akhir Ramadhan ini
Marilah kita berusaha mengganti baju kesombongan dengan cinta senyuman. Membuang jauh-jauh rasa saling benci dengan rasa saling menghargai.
Menghapus prasangka buruk yang hanya menjadikan kita semakin terpuruk. Jabat erat untuk menyongsong pelangi pagi yang muncul setelah hujan semalam untuk kemenangan hati. Tetes air mata kini tak terbendung lagi karena cinta dan kasih Ramadahan telah menjauh dan pergi
Harapan dan asa untuk bisa bertemu di tahun yang akan datang bersama hitungan waktu
Lengkapi cinta kepada orang tua kita sudah meninggal dengan 7 hal.
- Terus mendoakan kedua orangtua
- Bersilaturahmi ke kerabat serta teman orangtua
- Bersedekah mengatasnamakan orang tua
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَطْـيَبَ مَـا أَكَـلَ الرَّجُلُ مِـنْ كَـسْبِهِ ، وَإِنَّ وَلَـدَهُ مِنْ كَسْبِـهِ.
Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya anaknya adalah hasil usahanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ أَبِـيْ مَاتَ وَتَـرَكَ مَالًا، وَلَـمْ يُـوْصِ، فَهَلْ يُـكَـفّـِرُ عَنْـهُ أَنْ أَتـَصَدَّقَ عَنْـهُ؟ قَالَ: نَـعَمْ.
“Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi ia tidak berwasiat. Apakah (Allâh) akan menghapuskan (kesalahan)nya karena sedekahku atas namanya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.”[5] Imam asy-Syaukani t berkata, “Hadits-hadits bab ini menunjukkan bahwa sedekah dari anak itu bisa sampai kepada kedua orang tuanya setelah kematian keduanya meski tanpa adanya wasiat dari keduanya, pahalanya pun bisa sampai kepada kedua-nya.
Dengan hadits-hadits ini, keumuman firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikut ini dikhususkan:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. [an-Najm/53:39].
Tetapi, di dalam hadits tersebut hanya menjelaskan sampainya sedekah anak kepada kedua orang tuanya. Dan telah ditetapkan pula bahwa seorang anak itu merupakan hasil usahanya sehingga tidak perlu lagi mendakwa ayat di atas dikhususkan oleh hadits-hadits tersebut. Sedangkan yang selain dari anak sendiri, maka menurut zahir ayat-ayat al-Qur`ân, pahalanya tidak akan sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia. Maka hal tersebut tidak perlu diteruskan hingga ada dalil yang mengkhususkannya.
Syaikh al-Albani rahimahullah mengomentari pernyataan di atas dengan berkata, “Inilah pemahaman yang benar yang sesuai dengan tuntutan kaidah-kaidah ilmiah, yaitu bahwa ayat Al-Qur`ân di atas tetap dengan keumumannya, sedangkan pahala sedekah dan lain-lainnya tetap sampai dari seorang anak kepada kedua orang tuanya, karena ia (anak) hasil dari usahanya, berbeda dengan selain anak…”
4. Menyebarkan ilmu bermanfaat
- Melunasi hutang orangtua
Jika orangtua meninggal sebelum melunasi hutangnya, maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai anak untuk melunasinya. Melunasi hutang juga merupakan wujud bakti kita kepada orangtua. Jangan sampai hutang menjadi pemberat bagi orangtua yang sudah meninggal.
- Menjaga persaudaraan sesama saudara
- Menjaga nama baik orangtua
Akhirnya penulis berpesan kepada sendiri dan pembaca, cintailah di dunia apa yang kita cinta sewajar-wajarnya saja. Cinta di dunia itu tidak ada yang abadi. Saatnya melakukan cinta yang hakiki yaitu cinta seorang hamba kepada Al-Khalik. Mengapa kita lebih memilih yang tidak abadi bahkan akan terus menyakiti yaitu dunia, tahta, harta, dan hawa nafsu.
Dengan cinta dan kasih sayang karena Allah semua akan menjadi indah dan bahagia. Isilah sisa-sisa Ramadhan ini dengan saling mencintai sesama orang beriman. Mengakhiri dengan yang baik dan semangat yang menggelorakan cinta untuk mendapatkan Ramadhan tahun ini yang terbaik. Rapatkan barisan di antara kita untuk mengokohkan persatuan dengan cinta. Ada lima kekuatan yang semestinya kita bangun untuk saling mencintai di antara kita. Kelima kekuatan itu menghunjam karena nilai-nilai Ramadhan telah mengakar kepada kita, yaitu Sabar, Syukur, Ikhlas, Antusias, dan Cinta. Semoga bermanfaat. Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb Wa Bashshiril Mukminin.
Alif Sarifudin Ahmad, Ketua PDM Kota Tegal