BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Umat Islam, di Indonesia khususnya, telah melewati dua kali puasa Ramadhan di tengah pandemi covid-19. Semua kegiatan bersifat mengundang orang banyak dan menimbulkan kerumunan dilarang oleh pemerintah karena takut menjadi lokasi penyebaran virus corona yang saat ini tengah melanda Indonesia.
Oleh karena itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat (PWM Jabar) dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat (PWA Jabar) mengadakan acara I’tikaf Inspiratif Ramadhan 1442 H pada 1-2 Mei 2021 secara terbatas.
Acara yang mengangkat tema ”Aktualisasi Tajdid di Era Perubahan untuk Muhammadiyah Berkemajuan” tersebut diselenggrakan secara luring di Universitas Aisyiyah Bandung (UNISA Bandung) dan daring. Berbagai pemateri dari tokoh dan kader Muhammadiyah Jawa Barat tampil dalam acara diskusi dan kajian ini dengan sudut pandang sesuai perspektif masing-masing.
Dalam sambutan pembuka, Sekretaris Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat Drs. H. Jamjam Erawan, yang mewakili Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, K.H. Suhada, mengatakan dirinya merasa bahagia atas digelarnya acara i’tikaf inspiratif ini.
Menurut Jamjam, secara perspektif fikih, i’tikaf memang diartikan sebagai kegiatan berdiam diri dan mengkusyukkan diri beribadah kepada Allah SWT di dalam masjid.
”Namun dalam konteks kegiatan ini, i’tikaf yang diselenggarakan oleh persyarikatan ini, yakni bagaimana kita sekarang harus lebih mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus menggali berbagai hikmah di akhir bulan Ramadhan yang bisa memberikan manfaat dan maslahat bagi peryarikatan,” ucap Jamjam.
Sebab pada intinya, menurut Jamjam, perubahan yang harus dilakukan, sejatinya mengacu kepada rumusan ”Ad-din”, rumusan Muhamammdiyah melalui Majelis Tarjih. Tujuannya yakni untuk kemaslahatan, kedamaian, kemajuan, serta untuk memberikan solusi di dunia ini yang nantinya bisa menjadi jalan mudah kita untuk mendapatkan kehidupan akhirat.
”I’tikaf kali ini yakni bagaimana kita sekarang ke depan melakukan pembaruan untuk gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah yang bisa lebih progresif, lebih beradab, dan juga memberikan maslahat,” lanjutnya.
Sementara itu, dalam pengantar materi pembuka, sebagai pembicara awal (iftitah), Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. mengatakan, acara I’tikaf Inspiratif Ramadhan 1442 H ini sebagai bentuk respons atas berbagai problem yang terjadi hari ini.
Menurut Prof. Dadang, ada satu ayat dalam Alquran (Surah An-Nisa: 19) yang cukup menarik yang bisa kita kaji dan renungkan, yakni …fa’asaa antakrahuu syai’an wayaj’allaahu fiihi khairan katsiiran (…karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya).
”Ketika ada musibah atau sesuatu yang tidak mengenakan, sebetulnya di balik itu ada hikmah luar biasa, termasuk dalam kasus covid-19 ini. Bagi saya, melihat dari ayat itu, ialah bertambahnya semangat kita dalam mengembangkan segala media alternatif, untuk kita tetap melangsungkan perjuangan di perserikatan. Ya termasuk ini, kita sekarang memakai media zoom. Kesadaran tentang media merupakan sesuatu hal yang sangat positif untuk kita,” ucap Prof. Dadang.
Oleh karena itu, lanjut Prof. Dadang, sekali lagi jangan memandangan sesuatu itu dari sisi negatifnya. Lebih baik kita mengambil hikmah besar yang terdapat di dalamnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiah Jawa Barat Dr. Ia Kurniati, M.Pd. sangat berterima kasih terhadap semua pihak yang menyelenggarakan acara I’tikaf Inspiratif Ramadhan 1442 H tersebut. Menurutnya, acara tersebut dapat memberikan rumusan solusi atas persoalan yang dihadapi saat ini.
”Ini adalah hasil dari kerja bareng kita yang selama ini alhamdullilah terjalin dengan baik antara Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat,” ucap Kurniati.
Kurniati mengatakan bahwa acara i’tikaf yang dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan yang tepat untuk bersama-sama menafakuri ataupun mengintrospeksi diri.
”Mari kita jadikan acara ini sebagai bahan intropeksi dan motivasi kita untuk lebih bergerak sebagai pemecah masalah, bukan menjadi bagian dari masalah,” lanjut Kurniati.
Ia juga mengatakan acara kajian dan diskusi tersebut dilakukan dalam keadaan perut kosong. Menurutnya, dalam keadaan demikian, hal itu justru sangat bagus karena kemampuan seseorang dalam menerima materi jauh lebih meningkat dari sebelumnya. ”Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Barat terus bergerak, terus membuat perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik lagi.” tutur Kurniati.
Kegitaan dua hari tersebut menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai bidang. Misalnya Co-Founder Peace Generation Irfan Amalee, Wakil Ketua Bidang penghimpunan Baznas Kota Bandung Arif Nurrakhman, Ketua MPI Muhammadiyah Jabar Kelik Nursetiyo Widiyanto, Komisioner KPI Jawa Barat Roni Tabroni, Dekan Fakultas Agama Islam UMBandung Hendar Riyadi, Dosen UIN Bandung Iu Rusliana, dan masih banyak lagi. (BM/Firman Katon)