Nabi Muhammad SAW (24), Keluar dari Makkah
Oleh : Yunahar Ilyas
Usul yang terakhir yaitu membunuh Muhammad sebenarnya semula juga ditolak karena khawatir akan ada pembalasan dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Tetapi kemudian mereka dapat solusinya yaitu eksekusi dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh kabilah. Setiap kabilah mengirim seorang pemuda yang kuat untuk melaksanakannya, sehingga Bani Hasyim dan Bani Muthalib tentu tidak akan sanggup membalaskan kematian Muhammad dengan memerangi semua kabilah Quraisy. Mereka sepakat malam itu juga Muhammad harus dibinasakan.
Konon Iblis hadir dalam rapat penting di Darun Nadwah tersebut dengan mennyamar sebagai lelaki tua dari Najd yang tampak terhormat dengan baju tebalnya. Dia diizinkan masuk karena berjanji akan memberikan nasehat-nasehat yang barangkali berguna bagi peserta rapat. Lelaki tua penyamaran Iblis itulah yang menilai kelemahan usulan pemenjaraan dan pengusiran Muhammad dari Makkah. Terakhir ide yang dilontarkan oleh Abu Jahal ibn Hisyam yang diterima. Abu Jahal menyatakan: “Demi Allah, aku punya satu ide yang kelihatannya belum terpikirkan oleh kalian.” Mereka bertanya dengan antusias: “Ide apa itu Abu Hakam?” Abu Jahal menjelaskan idenya: “Kita ambil dari setiap kabilah seorang pemuda gagah dari nasab yang mulia sebagai wakil kita. Kita persenjatai masing-masing dengan sebilah pedang yang tajam. Dengan pedang itu, mereka memenggalnya bersama-sama seperti tebasan satu orang. Maka darahnya terpencar di semua kabilah sehingga Bani Abdul Manaf tidak sanggup memerangi semua kaumnya. Mereka akan menerima tebusan dari kita berupa harta. Lalu Qurasy terbebas dari si pemecah belah itu”. Lelaki tua dari Najd berkata:”Aku setuju dengan ide ini. Langkah macam ini belum pernah terpikirkan oleh yang lain. “ Akhirnya ide itulah yang disepakati secara aklamasi. (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 198)
Tentang rencana jahat tersebut Allah SWT berfirman:
وَإِذۡ يَمۡكُرُ بِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثۡبِتُوكَ أَوۡ يَقۡتُلُوكَ أَوۡ يُخۡرِجُوكَۚ وَيَمۡكُرُونَ وَيَمۡكُرُ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (Q. S. Al-Anfal 8: 30)
Sementara itu Allah SWT menugaskan Jibril AS memberitahu Nabi tentang rencana tersebut. Nabi diizinkan untuk hijrah. Tengah hari itu juga Nabi segera menemui Abu Bakar memberitahunya bahwa waktu hijrah sudah datang. Seperti yang sudah dijanjikan, Abu Bakar diminta mendampingi Nabi. Nabi kemudian kembali ke rumah beliau beraktivitas seperti biasa sehingga tidak ada yang menyadari bahwa beliau sedang bersiap untuk hijrah. Sementara itu Abu Bakar mempersiapkan segala sesesuatu untuk keperluan hijrah tersebut termasuk taktik yang akan dipakai untuk bisa meninggalkan Makkah dengan selamat.
Pengepungan Rumah Nabi
Kebiaasan Rasulullah SAW tidur pada awal malam setelah selesai shalat Isya. Setelah lewat tengah malam beliau keluar ke Masjid Haram untuk mendirikan shalat malam atau qiyamul lail. Waktu Nabi keluar tengah malam itulah rencananya beliau akan disergap dan dibunuh.
Malam itu Ali ibn Abi Thalib ditugasi oleh Nabi untuk tidur di tempat tidur beliau dengan memakai selimut Nabi berwarna hijau buatan Hadhramaut yang biasa beliau pakai. Malam semakin larut, satu persatu pemuda kafir Quraisy mengendap-endap mengepung rumah Nabi. Mereka berjaga di depan pintu rumah dan berusaha mengintai ke dalam, mereka menyangka Nabi masih tidur. Lewat tengah malam, begitu Nabi keluar mereka akan segera menyergap dan membunuh Nabi. Allah SWT menggagalkan rencana mereka. Para pengepung itu semuanya terlelap. Nabi keluar rumah, mengambil segenggam debu dan menaburkannya di kepala mereka masing-masing. Allah SWT mengelabui penglihatan mereka sehingga tidak bisa melihat beliau. Beliau membaca:
وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ
“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Q.S. Yasin 36: 9)
Dengan leluasa Nabi berangkat meninggalkan rumah beliau langsung menuju rumah Abu Bakar, lalu keduanya pergi menuju Gua Tsur dan bersembunyi di sana. Para pengepung masih menunggu-nunggu Nabi keluar rumah. Kemudian lewat seseorang di luar kelompok itu. Melihat mereka berjaga di depan pintu Rasulullah, dia bertanya: “Apa yang kalian tunggu?” Mereka menjawab: “Muhammad.” Orang itu berkata: “Kalian benar-benar pecundang! DemiAllah, dia sudah lewat di depan kalian. Dia menaburkan debu atas kepala kalian lalu pergi untuk menyelesaikan keperluannya.”Mereka berkata: “Demi Allah kami tidak melihatnya.” Mereka bangkit seraya mengibaskan debu di kepala, lalu mencoba mengintip di celah-celah pintu. Terlihatlah sosok Ali di pembaringan Rasulullah. Mereka berkata:”Demi Allah, itu betul-betul Muhammad. Dia sedang tidur berselubung selimutnya.” Mereka meyakini hal itu hingga pagi harinya. Saat Ali bangkit dari pembaringan barulah mereka tersadar dan menyesal. Kepada Ali mereka mananyakan perihal Rasulullah. Dia menjawab: “Aku tidak tahu sama sekali.” (ar-Rahiq al-Makhtum 202-203)
Hari-hari di Gua Tsur
Setelah keluar rumah, Nabi langsung menuju rumah Abu Bakar. Lalu lewat pintu belakang mereka berdua keluar dari Makkah sebelum fajar menyingsing. Nabi sadar betul pihak kafir Quraisy pasti akan mati-matian mencari beliau. Beliau memilih untuk pergi meninggalkan Makkah melalui jalur selatan, padahal Yatsrib berada sebelah utara. Dan mereka berdua tidak langsung pergi meninggalkan Makkah tapi bersembunyi di suatu tempat yang jauh tersembunyi di balik dua bukit, yaitu Gua Tsur.
Abu Bakar RA sudah menyiapkan segala macam persiapan untuk persembunyian itu. Abdullah putera Abu Bakar diberi tugas siang hari berada di tengah Qurasy mendengarkan permufakatan mereka tentang Muhammad dan malam harinya menyampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Amir ibn Fuhaira pembantu Abu Bakar, ditugaskan mengembalakan kambing milik Abu Bakar. Sorenya diistirahatkan, lalu dibantu oleh Aisyah dan Asma’ dua orang puteri Abu Bakar, Amir memerah susu kambing dan menyiapkan daging untuk diantarkan ke dalam gua. Begitu Abdullah ibn Abu Bakar keluar dai gua, Amir ibn Fuhaira mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.
Nabi dan Abu Bakar berada dalam gua selama tiga hari. Sementara itu pemuda-pemuda Qurasy dengan membawa pedang dan tongkat mencari Muhammad kian kemari. Tidak jauh dari gua Tsur mereka melihat seorang pengembala, yang lalu ditanya. “Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang menuju ke sana.” Dari dalam gua Abu Bakar mendengar percakapan itu. Abu Bakar menahan napas tidak bergerak. Kuatir mereka menyerbu ke dalam gua. Lalu pemuda-pemuda Qurasy itu datang menaiki gua. Abu Bakar semakin takut, hanya menyerahkan nasibnya kepada Allah SWT. Jika mereka mengintip saja sedikit dari mulut gua niscaya mereka akan menemukan Nabi dan Abu Bakar. Nabi kemudian berbisik kepada Abu Bakar: “Jangan bersedih hati. Sesungguhnya Allah bersama kita”. Lalu Abu Bakar berkata dengan berbisik.”Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat kita.” Nabi menjawab, “Wahai Abu Bakar, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya adalah Allah.” (Sejarah Hidup Muhammad, 181) (bersambung)
Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 12 Tahun 2019