Allah Memperkenalkan (55) Internalisasi Ajaran Al-Qur’an

Allah Memperkenalkan (55) Internalisasi Ajaran Al-Qur’an

Oleh: Lutfi Effendi

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini,   ditampilkan ikhtisar seruan kepada Bani Israil yang terdapat pada Qs Al Baqarah ayat 40-46. Ikhtisar di sini akan  mengulas  serangkaian seruan pada Bani Israil yang terkait dengan internalisasi ajaran (Al-Qur’an):

Pertama, untuk bisa menginternalisasi ajaran apapun dengan baik, termasuk Al Qur’an, kita harus yakin terhadap ajaran tersebut Dalam hal ini, yakin terhadao kitab suci Al Qur’an. Karenanya, Allah meminta kepada Bani Israil dan juga kita untuk mengimani Al-Qur’an dalam Qs Al Baqarah ayat 41:

وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ

wa āminụ bimā anzaltu muṣaddiqal limā ma’akum wa lā takụnū awwala kāfirim bihī wa lā tasytarụ bi`āyātī ṡamanang qalīlaw wa iyyāya fattaqụn

Dan berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-Ku. (Qs Al Baqarah 41)

Iman kepada Al-Qur’an ini harus dipegangi betul-betul. Karena jika kita tidak beriman, maka ajaran sebaik apapun akan ia tolak. Istilah di dalam ayat 45 disebut dengan kafir. Demikian pula jika hanya setengah-setengah dalam beriman, maka ajaran yang menurut dia menguntungkan ia pakai tetapi jika tidak menguntungkan ia tolak. Dalam ayat 45 ini disebut sebagai jual ayat-ayat dengan harga murah.

Kedua,  proses selanjutnya mengetahui betul ajaran tersebut. Dengan demikian kita tidak akan mencampuradukkan ajarannya, dalam hal ini yang haq dengan yang bathil. Selain itu juga tidak akan menyembunyikan kebenaran tersbut sebagaimana pesan Qs   Al Baqarah ayat 42.:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

wa lā talbisul-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumul-ḥaqqa wa antum ta’lamụn

Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. (Qs Al Baqarah 42)

Proses yang kedua ini, tidak terlepas dari keimanan kita kepada Al Qur’an. Sebab jika kita tidak beriman (kafir), maka ajaran yang ada akan tercampur antara yang haq dengan yang bathil. Demikian pula jika setengah-setengah, maka ajaran yang benar atau yang haq bisa disembunyikan karena dirasa akan merugikannya.

Ketiga,, pengertian (tidaklah kamu mengerti). Dalam hal ini, mengerti betul apa yang diajarkan Al Qur’an, termasuk didalamnya mengerti bagaimana mengamalkan ajaran tersebut dan menjadikannya sebagai amalan dalam kehidupan sehari-hari, Proses ini busa kita lihat dalam Qs Al Baqarah ayat 44:

اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

a ta`murụnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlụnal-kitāb, a fa lā ta’qilụn

Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? (Qs Al Baqarah 44)

Langkah ini, tetap juga dilandasi langkah-langkah sebelumnya, mengimani dan memahami Al Qur’an, Jika tidak, kita mengerti, maka sekedar hanya bisa menyuruh orang lain untuk melaksanakan ajaran Al Qur’an sedangkan dirinya tidak melakukannya. Kalau demikian gagallah kita untuk menginternalisasikan Al Qur’an pada diri kita. Jika kita berhasil maka Al Qur’an menjadi akhlak kita. Sebagaimana akhlak Rasulullah saw yang disampaikan oleh Aisyah sang Chumairo ketika ditanya tentang Akhlak Rasulullah:

كاَنَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Perlunya menginternalisasi Al Qur’an pada diri kita, sehingga Al Qur’an menjadi akhlak kita. Memang berat untuk melakukannya, tetapi harus dilatihkan pada diri kita agar berhasil. Dengan tiga langkah yang diuraikan di atas, akan mencukupi langkah kita untuk menginternalisasi Al Quran. Langkah ini, mengingatkan langkah KHA Dahlan dalam mempelajari Al Qur’an sehingga mampu membuat gerakan yang pengaruhnya cukup signifikan di negeri ini. Dalam hal metode ini, Kiai Dahlan pernah menerangkan bagaimana cara mempelajari Al-Qur’an, yaitu ambillah satu, dua atau tiga ayat, dibaca dengan tartil dan tadabbur (dipikirkan). Pertama, bagaimana artinya? Kedua, bagaimanakah tafsir keterangannya? Ketiga, bagaimana maksudnya? Keempat, apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan itu? Kelima, apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? Sudahkah kita menjalankannya.

 Waallahu a’lam bisshawab 

Exit mobile version