Aktualisasi Islam untuk Perdamaian dan Kemanusiaan
Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Umat manusia sedunia kini memasuki era baru globalisasi, suatu proses dan keadaan di mana hubungan antarmanusia dan antarbangsa tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat formalitas batas negara, tetapi bersifat membuana secara lintas. Melalui teknologi informasi yang canggih, termasuk media sosial digital, hubungan kemanusiaan itu semakin mencair dan melintasi. Tidak ada orang atau golongan bangsa yang mengisolasi diri dan hidup secara ekslusif. Dalam kehidupan yang mengglobal meniscayakan relasi-relasi sosial kemanusiaan yang inklusif.
Dalam kondisi dan perkembangan dunia yang melintas-batas itu umat beragama juga tidak akan mampu hidup tertutup atau ekslusif, semua menuntut relasi kehidupan yang inklusif atau terbuka dengan tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip keagamaan yang dipedomani. Bagi umat Islam tentu saja lebih terbuka untuk hidup bersama dalam semangat kemanusiaan yang melintasi untuk mengembangkan kehidupan yang damai, harmoni, dan memajukan peradaban. Di sinilah pentingnya memahami dan mengaktualisasikan Islam sebagai ajaran Ilahi untuk membangun kehidupan bersama antar umat manusia semesta.
Ajaran Damai
Islam mengajarkan agar setiap manusia hidup bersama dalam kebaikan dan perdamaian. Allah SWT dan para Nabi utusan-Nya mencintai manusia yang mau hidup bersama dalam suasana saling menyayangi, menghormati, dan bekerjasama untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan di planet ini. Bumi dan alam semesta dengan seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya diperuntukkan bagi semua umat manusia dan makhluk ciptaan Tuhan, bukan untuk satu golongan atau bangsa tertentu.
Dalam pandangan Islam, agama tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (habl min Allah) melalui berbagai ritual ibadah. Agama juga mengatur hubungan antar umat manusia (habl min al-nas) dalam membangun peradaban hidup yang utama di muka bumi. Selain itu Islam sebagaimana agama lain bahkan mengajarkan agar manusia mencintai makhluk Tuhan lainnya seperti tumbuhan, hewan, dan lingkungan di mana mereka hidup bersama di alam semesta ini. Manusia tidak boleh melakukan fasad fil-ardl, yakni berbuat kerusakan di muka bumi seperti membunuh, mengekspolitasi alam, dan segala tindakan yang merugikan kehidupan bersama.
Islam menjunjung-tinggi nilai kemanusiaan universal agar seluruh manusia mau hidup bersama (living together) secara damai. Bahwa setiap orang harus berinteraksi dalam suasana saling menghormati, bertoleransi, dan bekerjasama menuju keselamatan, kemuliaan, kesejahteraan, kemajuan, dan kebahagiaan hidup seluruh makhluk Tuhan di alam raya ini. Dengan spirit hidup bersama yang tulus, damai, dan moralitas yang luhur maka bumi yang sarat beban ini akan dapat diselamatkan sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi seluruh bangsa-bangsa.
Dalam agama Islam ajaran untuk hidup bersama kuncinya pada sprit “ta’aruf” atau saling mengenal secara mendalam dilandasi kasih sayang dan kesamaan sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujarat/ 49: 13).
Perbedaan agama, ras, etnik, bangsa, dan negara tidak boleh menghalangi satu sama lain untuk hidup bersama dalam kedamaian, keselamatan, dan kebahagiaan yang sejati. Demikian pula kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, dan penguasaan sumbedaya alam sebagai kebutuhan hidup setiap bangsa semestinya tetap memperhatikan kepentingan dan kelangsungan hidup bersama seluruh umat manusia di alam raya ini. Satu sama lain tidak boleh saling menjajah, mengeksploitasi, menzalimi, dan menguasai yang dapat berakibat hancurnya peradaban dunia milik bersama. Di sinilah pentingnya Islam dihadirkan sebagai agama yang mencerahkan dan memajukan kehidupan bersama umat manusia.
Peran Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern terbesar di Indonesia telah lama hadir untuk mewujudkan Islam sebagai agama untuk kemajuan peradaban bersama (Islam sebagai Din al-Hadlarah) sebagaimana terkandung dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tahun 2010. Muhammadiyah selain membangun akidah, ibadah, dan akhlak umat Islam secara kokoh; bersama dengan itu menghadirkan fungsi muamalah-dunyawiyah melalui dakwahnya untuk kemajuan hidup bersama. Dalam bahasa Muqaddimah Anggaran Dasar, disebutkan Islam sebagai agama yang mengandung ajaran “Ibadah kepada Allah” dan “Ihsan kepada kemanusiaan”.
Muhammadiyah dalam mewujudkan dakwahnya untuk membangun kehidupan bersama yang damai, harmoni, dan saling memajukan bagi seluruh rakyat Indonesia melakukannya melalui usaha-usaha menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai agama (dakwah) yang mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan kemajuan bagi bersama. Dakwah Muhammadiyah bersifat inklusif (Dakwah Jamaah) untuk kemajuan semua anggota masyarakat tanpa diskriminasi.
Gerakan Muhammadiyah untuk mayarakat juga dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan usaha-usaha lainnya sejatinya merupakan wujud dari orientasi gerakan “Muhammadiyah untuk Semua” (Muhammadiyah for All). Termasuk yang dilakukan oleh organisasi perempuan Muhammadiyah yakni Aisyiyah, yang mengembangkan program-program inklusif di seluruh daerah dan kawasan Indonesia melalui praksis-sosial pemberdayaan masyarakat dan gerakan philantropy Islam.
Di Indonesia bagian Timur seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur di mana umat Islam minoritas, Muhammadiyah melakukan usaha-usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Di Papua Muhammadiyah mendirikan Perguruan Tinggi dan Sekolah-Sekolah, pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial bagi penduduk setempat yang mayoritas Kristen-Katholik, sebagai tempat integrasi sosial. Muhammadiyah juga melaksanakan program pemberdayaan masyarakat untuk etnik Kokoda, tanpa terhalang oleh perbedaan agama.
Program-program Muhammadiyah untuk kemanusiaan dan kemasyarakatan seperti penanggulangan bencana dan pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah terjauh dan terpencil secara inklusif telah diakui publik secara luas. Muhammadiyah termasuk di dalamnya Aisyiyah peoaktif dalam menjalankan program penanggulangan bencana seperti di Aceh, Jogjakarta, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat, dan saat ini di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang tengah berduka melalui MDMC, Lazismu, MPKU, MPKS, dan seluruh bagian dari jaringan organisasinya di Indonesia.
Muhammadiyah juga memainkan peranan resolusi konflik di Philipina Selatan, Thailand Selatan, dan kawasan lain untuk perdamaian dan rekonsliasi. Selain itu Muhammadiyah juga melaksanakan peran-peran dan program-program kemanusiaan di Rohingya dan Cox’s Bazar Bangladesh melalui “Muhammadiyah Aid”. Program kemanusiaan juga dilakukan untuk pembelaan terhadap bangsa Palestina yang masih mengalami penindasan dan perlakuan tidak adil di Timur Tengah, yang semestinya tidak terjadi di era dunia modern abad ke-21 yang menjujung-tinggi hak-hak asasi manusia dan demokrasi untuk menikmati hidup bersama sedara bebas dan damai sebagaimana layaknya bangsa dan negara merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan Muhammadiyah untuk program perdamaian, kemanusiaan, dan kemasyarakatan tersebut merupakan aktualisasi dari spirit menghadirkan ajaran Islam sebagai “Din al-‘Amal wa Tanwir” nyakni agama sebagai seperangkat amaliah yang mencerahkan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan sekaligus mengaktualisasikan Islam sebagai “Din al-Salam” yaitu agama untuk perdamaian dan keselamatan hidup bersama. Dalam konteks universal, Muhammadiyah berusaha tidak kenal lelah untuk menghadirkan Islam sebagai “rahmatan lil-‘alamin” (QS Al-Anbiya: 107) melalui aktualisai pemikiran dan amaliah nyata. Jadi, Muhammadiyah tanpa menggmbor-gemborkan ke ruang publik secara hilerbolis, dalam praksis nyata melalui berbagai usaha dakwahnya sesungguhnya telah menghadirkan Islam sebagai agama rahmatan lil-‘alamin yang menyebarkan hidup damai dan kemanusiaan yang autentik bagi semua!
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2018