Jaga Hatimu Untukku: Pesan Akhir Ramadhan Menjelang di Hari Fithri

ramadhan

Ilustrasi

Jaga Hatimu Untukku: Pesan Akhir Ramadhan Menjelang di Hari Fithri

Oleh: Alif Sarifudin

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Para pembaca Suara Muhammadiyah Online yang Insya Allah dimuliakan Allah. Tak terasa Ramadhan akan segera berakhir dan akan pergi meninggalkan kita. Kita akan mengakhirinya dengan sedikit karya yang telah ditorehkan dalam lembaran amal yang mudah-mudahan Allah SWT menerimanya. Mungkinkah ini Ramadhan yang terbaik? Untuk meraih itu saatnya kita sempurnakan dengan semaksimal mungkin. Sesungguhnya segala amal tergantung akhirnya.

Layaknya bagi orang beriman saat Ramadhan pergi dan berganti dengan bulan baru, mengisinya dengan nilai-nilai Ramadhan. Doa yang sangat indah yang dilantunkan oleh orang-orang shaleh dahulu, di antaranya sebagai berikut.

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِى اِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِىْ رَمَضَانَ وَتُسَلِّمُهُ مِنِّى مُتَقَبَّلًا
Ya Allah serahkanlah aku kepada Ramadhan, serahkanlah Ramadhan kepadaku, Engkau menerimanya (Ibadahku di bulan Ramadhan) dariku  dengan ridha.

Segala amal itu tergantung akhirnya. Kualitas puasa Ramadhan itu ada pada penutup Ramadhan atau sepuluh hari terakhir. Para Alim memberikan pesan berkenaan dengan sisa-sisa Ramadhan, “Akhirilah  Ramadhan dengan amalan yang terbaik.” Pesan-pesan itu di antaranya:

Pertama, Ibnu rojab. Ibnu Rajab berkata,

يَا عَبدَ الله اِنَّ الشَّهرَ رَمَضَانَ قَد عَزمُ عَلَى الرَّحِيلِ وَلَم يَبْقَ مِنهُ اِلاَّ قَلِيلٌ فَمَن مِنكُم اَحسَنُ فِيهِ فَعَلَيهِ التَّمَامْ وَمَن فَرَطَ فَلْيَحْتِمْهُ بِا الْحُسْنَى

Wahai hamba Allah sungguh bulan Ramadhan akan segera pergi dan tidaklah tersisa kecuali sedikit, maka siapa  saja yang sudah berbuat baik di dalamnya hendaklah ia sempurnakan dan siapa saja yang telah menyia-nyiakan hendaklah ia menyudahinya dengan yang terbaik.

Kalau awal Ramadhan atau sepuluh hari pertama kita lakukan kurang semangat dan dilakukan dengan penyambutan amal  yang kurang baik,  di tengahpun atau sepuluh hari kedua kadang  amaliah  dilakukan dengan menyepelekan, maka akhiri di sisa-sisa Ramadhan (sepuluh hari ketiga) ini dengan amalan yang baik. Akhir yang baik merupakan amalan Husnul Khotimah.

Kita rata-rata kurang semangat dalam beribadah di bulan Ramadhan. Alasannya bermacam-macam di antaranya sibuk bekerja, mementingkan duniawi, dan sebagainya. Jadi di bulan Ramadhan semangatnya hanya pada sisi ibadah rutinitas saja. Untuk menyempurnakan Ramadhan tahun ini, melalui tulisan ini penulis mengajak bagaimana para ahli ilmu dalam menyikapi Ramadhan. Sebagai contoh, Imam Syafi’i (204 H), beliau dalam bulan Ramadhan biasa menghatamkan Al Qur’an dua kali dalam semalam, sehingga dalam bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al Qur`an enam puluh kali dalam sebulan (Tahdzib Al Asma’ wa Al Lughat, 1/ 45). Al Qazwini (590 H).

Ada juga seorang ulama mazhab Syafi’i yang masuk golongan ahli bermujahadah dalam bulan Ramadhan, akan tetapi aktifitas beliau agak berbeda dengan amalan-amalan para ulama lain. Setelah shalat tarawih, beliau membuka majelis tafsir yang dihadiri banyak orang. Beliau menafsirkan surat demi surat semalam suntuk, hingga datang waktu shubuh. Kemudian beliau melakukan salat subuh bersama para jama’ah dengan wudhu isya’. Seakan karena antusiasnya dalam beribadah tidak memiliki rasa lelah, setelah itu beliau mengajar di madrasah Nidhamiyah sebagaimana biasanya. (Thabaqat As Syafi’iah Al Kubra, 6/10).

Selain itu, adapula Khatib As Syarbini (977 H), ulama besar Mesir penulis Mughni Al Muhtaj, juga memiliki cara tersendiri agar bisa konsentrasi melakukan ibadah ketika Ramadhan tiba. Yakni, tatkala terlihat hilal Ramadhan, beliau bergegas dengan perbekalan yang cukup untuk ber’itikaf di masjid Al Azhar, dan tidak pulang, kecuali setelah selesai menunaikan salat ied. (lihat, biografi singkat As Syarbini dalam Mughni Al Muhtaj, 1/5)

Kedua,  pesan dari Ibnul jauzy.  Beliau berkata, “Seekor kuda pacu jika mendekati garis finis, Ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, maka jangan sampai kuda lebih cerdas darimu, karena sesungguhnya amalan itu dinilai terakhirnya, jika kamu termasuk dari yang yang tidak baik dalam penyambutan, maka semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”

Pesan Ibnul Jauzi ini mengandung pesan, dalam perlombaan pacuan kuda misalnya, kuda yang cerdas tentu akan berlari dan memacu pada sisa-sisa tenaganya agar menjadi juara terutama ketika akan mendekati garis finis. Kuda yang cerdas akan memberikan hadiah terbaik untuk tuannya. Kuda saja bisa seperti ini, jangan sampai kita yang dikalahkan dengan seekor kuda yang tidak berakal.

Ketiga dari  Ibnu Taimiyah. Beliau berpesan, “Yang akan menjadi ukuran adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal dan bukan buruknya permulaan.” Pesan Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kadar penilaian ibadah di bulan Ramadhan itu waktunya pada hari-hari terakhir Ramadhan walaupun pada awal-awal Ramadhan juga mendapat pahala yang berlipat. Apabila di awal Ramadhan kurang sempurna dalam melakukan amalan atau kurang baik, maka tidak ada jalan lain kecuali menyempurnakannya di akhir Ramadhan. Itulah amalan-amalan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah pada sepuluh hari terakhir dengan melakukan i’tikaf di masjid sebagai penyempurna bahkan di tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama 20 hari.

Keempat  pesan dari Hasan Al bashri. Beliau berkata, “Perbaiki apa yang tersisa darimu, maka Allah akan mengampuni atas apa yang telah lalu, manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih.”

Hasan Al-Bashri menyempurnakan apa yang disampaikan Ibnu Rajab, Ibnul Jauzi, dan Ibnu Taimiyah. Sisa-sisa Ramadhan manfaatkan dengan amalan yang baik untuk mengganti dari amalan sebelumnya yang kurang baik. Pada umumnya di kalangan awam saat awal Ramadhan kadang menyambutnya dengan semangat. Tetapi seiring berjalannya waktu mulailah semangat itu menjadi berkurang dan luntur. Dari pengalaman dan pengamatan yang ada di masyarakat kita, sangat tepatlah pesan-pesan yang disampaikan dari Salafus Salih  atau orang-orang salaih terdahulu tersebut.

Ramadhan itu akan selalu menyapa dalam hati orang-orang beriman dengan sapaan lembut dan indah. Seakan Ramadhan akan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Jagalah hatimu untukku!” Jagalah nilai-nilai hati yang telah suci karena baru saja mendapatkan pelatihan selama satu bulan penuh dan sekarang sudah ada padamu, persembahkan untukku atau untuk Ramadhan berikutnya.

 

Bunga Mawar tak mekar dalam semalam,

Namun bisa layu dalam sedetik.

Janganlah engkau sampai kehilangan jati diri dalam proses penantian itu

 

Lama kita menanti datangnya Ramadhan. Tapi saat Ramadhan datang

kadang berpaling dengan yang lain

 

Jikalau ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu.

Jikalau ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu.

Jikalau ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

 

Malam masih indah walau tanpa sinar lembut rembulan yang di pagar bintang gemintang.

Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan.

 

Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Wahai Ramadhan..Indah, penawar hati senyummu dikala malam menjelang ketenangan selalu hadir….

 

Kini kau kan meninggalkan dengan harapan bisa bertemu kembali.

Sejuk, dan anggun langkahmu menemani malam saat Qiyamul Lail dan siang saat lapar berketerusan

Lipatan pahala menjelaskan kecantikanmu.

Tenangmu membawa ketenteraman hati ini…..

 

Wahai Ramadhan …Ambillah hatiku untukmu.

Simpanlah hati itu dengan baik dan ikhlas..

Serta dudukkanlah di samping hatimu dan Selimutilah dengan

Selimut Kasih Sayangmu.

Agar kelak luka-luka yang pernah tertoreh di hati itu hilang sirna tak berbekas diterpa obat cintamu.

Jaga hatimu untukku,

Akan terus ku rawat dalam istana hatimu..

 

Akhirnya melalui tulisan ini saat Ramadhan berakhir yang ditandai dengan suara takbir yang menggema, suara tahmid yang mengangkasa, dan suara tahlil yang membubung tinggi menuju sang Pencipta, tidak ada yang patut untuk disampaikan kecuali pintu maaf dan harap untuk meraih keberkahan. Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan.

Pesan Ramadhan mengajarkan kita untuk bangkit dengan semangat kerja keras dan pengorbanan tanpa henti, melupakan masalah-masalah kecil dan memikirkan serta merebut peluang-peluang besar bagi kejayaan umat dan bangsa kita. Marilah kita bangkit dengan kepercayaan penuh bahwa Islam adalah masa depan manusia dan bahwa masa depan dunia. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita. Ke depan umat Islam akan dihadapkan pada fitnah yang sangat besar sebagaimana pesan Rasululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam

لا ياء تي عليكم زمان الا الذي بعده شر منكم حتي تلقوا ربكم

Tidak akan datang suatu zaman atas kalian kecuali ke depannya akan lebih buruk sampai bertemu dengan Allah (Robbmu).

Untuk menghadapi firnah yang besar itu kita tidak boleh lemah. Pesan Ramadhan akan terus membangkitkan semangat kesabaran dan perjuangan. Semangat persatuan dan kesatuan harus terus dikuatkan tanpa mengenal lelah dan payah. Semoga bermanfaat. Nashrun Minallahi Wa fathun Qarieb Wa Bashshiril Mukminin.

Alif Sarifudin, Ketua PDM Kota Tegal

Exit mobile version