PURBALINGGA, Suara Muhammadiyah – Majelis Tabligh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Purbalingga ikut serta mengambil bagian dalam memberikan perhatian, pendampingan dan pembinaan terhadap para mualaf di Purbalingga. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya “Pengajian Mualaf dan Launching Mualaf Center ‘Aisyiyah (MCA)” pada Sabtu, 26 Ramadhan 1442 H / 08 Mei 2021 M, bertempat di masjid Al-Mukmin komplek Panti Asuhan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mrebet, bekerjasama dengan LAZISMU Purbalingga yang mempersembahkan sejumlah kado Ramadhan untuk para mualaf yang secara simbolik disampaikan langsung oleh direktur LAZISMU Purbalingga, Andi Pranowo. Para mualaf juga mendapatkan uang saku dari para muzaki.
Sejumlah 68 mualaf yang diundang hadir di kegiatan ini, terdiri dari 6 mualaf dari Kecamatan Bobotsari, 37 mualaf dari Kecamatan Mrebet, 5 mualaf dari Kecamatan Bojongsari, 2 mualaf dari Kecamatan Kalimanah dan 18 mualaf dari Kecamatan Purbalingga yang berada di bawah binaan Forum Komunikasi Mualaf Purbalingga (FKMP). Melalui kegiatan ini mereka dapat saling bersilaturahmi, bertukar pengalaman, menimba ilmu untuk mengokohkan iman dan menambah wawasan keislaman, sehingga harapan untuk menjadikan para mualaf sebagai sosok muslim / muslimah yang sebenar-benarnya, istiqomah dalam iman dan amal dan bernilai mulia dapat terwujud. demikian disampaikan ketua majelis tabligh PD ‘Aisyiyah Purbalingga, Yuyu Yuniawati selaku ketua panitia kegiatan ini.
Dalam sambutannya, ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Purbalingga, Siti Zuharoh, menyampaikan bahwa istilah mualaf bukanlah istilah yang asing di telinga umat Islam. Karena mualaf ini ada sejak hadirnya Islam yang sarat dengan berbagai persoalan yang dihadapi mualaf pasca berikrar masuk dalam agama Islam. Intimidasi, isolasi sampai embargo ekonomi dari keluarga dan komunitas sebelumnya adalah sebagian permasalahan yang dihadapi para mualaf. Dalam situasi berat inilah, ‘Aisyiyah ikut serta hadir di tengah-tengah mereka untuk memberikan perhatian, pendampingan dan pembinaan kepada mereka.
Alhamdulillah, meskipun belum berdiri lembaga yang menaungi para mualaf, ‘Aisyiyah telah melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap beberapa mualaf, bahkan telah memfasilitasi mualaf yang akan berikrar syahadat. Hal ini pulalah yang melatarbelakangi ‘Aisyiyah dibawah Majelis Tabligh Divisi Pembinaan Mualaf dan Dakwah Khusus merasa perlu untuk mendirikan rumah bagi para mualaf. Dengan bermodalkan bismillah, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Purbalingga melaunching “MUALAF CENTER ‘AISYIYAH (MCA)” yang merupakan amanah dari Keputusan Rapat Kerja Nasional Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Periode 2015 – 2020.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purbalingga, Ali Sudarmo, mengapresiasi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah, meskipun dalam kondisi pandemic tidak menyurutkan semangat dan terus bergerak mengembangkan dakwahnya dengan mendirikan amal usaha ‘Aisyiyah yang khusus menaungi para mualaf melalui MCA ini. Iapun menyampaikan beberapa amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di berbagai bidang yang hadir sebagai solusi dalam menjawab berbagai persoalan umat dan tantangan zaman. Termasuk hadirnya MCA ini insya Allah selain akan bermamfaat bagi para mualaf, juga ikut serta membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang agamis, meningkatkan ekonomi dan social para mualaf, serta sebagai dharma bakti kepada persyarikatan, umat, bangsa dan Negara, demikian disampaikan Ali Sudarmo pasca melaunching MCA.
Dalam tausiyahnya, Syarifudin, ketua majelis tabligh PDM Purbalingga, menguraikan makna mualaf dalam perspektif al-Qur’an yang terdapat dalam 4 ayat yaitu Ali Imron : 103, al-Anfal ; 63, at-Taubah : 60 dan an-Nur : 43. Di tengah tausiyahnya, ia mengapresiasi ‘Aisyiyah Daerah Purbalingga yang telah mampu menerjemahkan ayat-ayat tentang mualaf dalam bentuk amal nyata dengan dilaunchingnya MCA. Inilah tradisi ngajinya warga Muhammadiyah sebagaimana diajarkan oleh pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan ketika ngaji surat al-Ma’un sampai lahirnya PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat) saat itu. Begitupun dengan lahirnya MCA, berbagai himpitan permasalahan yang dihadapi mualaf akan terbebaskan. Bebas dari aqidah yang sesat menjadi lurus, bebas dari kemiskinan menjadi sejahtera hidupnya, bebas dari segala bentuk intimidasi, sehingga mereka akan merasa aman dan nyaman dalam memeluk dan menjalankan ajaran Islam.
Dalam perspektif al-Qur’an, seorang mualaf itu bukanlah orang yang masuk Islam, tapi justru seorang yang kembali kepada fitrah Islam yang dulu pernah diikrarkan di alam ruh (QS. al-A’rof : 172), Inilah janji yang terlupakan, terlebih ketika keluarga dan lingkungan yang tidak mendukung untuk terjaganya fitrah tersebut sebagaimana telah disampaikan baginda Rasulullah saw “Setiap anak terlahir dalam kondisi suci, orangtuanya lah (lingkungan) yang menjadikannya seorang Yahudi, Majusi atau Nasrani”.
“Peer bagi MCA adalah bagaimana menjadikan para mualaf ini mampu menjaga keistiqomahan, memahami kewajibannya yakni menjalankan sholat, puasa dan haji. Adapun zakat bagi mualaf tidaklah wajib, karena justru mereka menjadi bagian dari mustahik zakat (QS at-Taubah : 60). Inilah hak yang didapatkan mualaf selain perlindungan, keamanan dan pembinaan. sehingga harapan menjadikan mualaf sebagai muslim / muslimah yang sebenar-benarnya dan bernilai mulia sebagaimana tertuang dalam visi misi MCA akan terwujud”, demikian Syarifudin mengakhiri tausiyahnya yang ditutup dengan doa bersama. (Yuyu Yuniawati)