YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menyambut Idul Fitri 1442 yang jatuh beberapa hari lagi, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengajak kepada segenap kaum muslimin untuk memanfaatkan waktu yang ada untuk beribadah dengan sebaik-baiknya. Agar dapat menghasilkan buah takwa sebagaimana tujuan berpuasa.
“Kami berharap Puasa dan Idul Fitri sebagai momentum untuk menghadirkan praktek keislaman atau keberagamaan yang bersifat serba bajik dan baik serta menghindari hal-hal yang serba negatif sebagai implementasi dari ketakwaan,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, Senin (10/5/2021).
Dinamika kehidupan keumatan dan kebangsaan berlangsung begitu rupa oleh karena itu menurutnya perlu gerakan keteladanan terutama para pemimpin bangsa. “Para elit negeri kami harapkan untuk amanah, jujur, terpercaya, kata sejalan tindakan. Kemudian tidak menimbulkan polemik demi hal yang bersifat populisme juga tidak menyebarkan pernyataan-pernyataan yang meresahkan, menimbulkan konflik, atau perbedaan yang semakin tajam antar komponen bangsa,” tutur Haedar Nashir.
Saatnya berintrokpeksi di bulan suci dan kehadiran Idul Fitri agar menjadi suri tauladan bagi rakyat. Kata pepatah ikan busuk dimulai dari kepala, jadi kalau para elit negeri tidak memberikan uswah hasanah keteladanan yang baik maka tentu masyarakat tidak akan berperilaku serba baik dan mengikuti apa yang dilakukan elitnya.
Serta memberi contoh bagaimana di pemerintahan good governance, bahwa memerintah tidak untuk satu kelompok atau satu golongan tertentu. “Saya yakin bahwa Idul Fitri menjadi momentum seluruh warga bangsa untuk introspeksi diri,” tambahnya.
Haedar Nashir berpesan untuk mengedepankan nilai-nilai keutamaan dalam perilaku sekaligus menghindari hal-hal yang negatif seperti menyebarkan dusta, hoax, kebencian, permusuhan atau juga saling hujat dan menciptakan narasi-narasi merendahkan sesama golongan, umat, elit, tokoh , dan warga bangsa.
Agama Islam harus menjadi kekuatan terdepan yang menampilkan perilaku keislaman akhlakul karimah, moralitas luhur di ruang publik. Termasuk di dalam menghadapi perbedaan-perbedaan paham keagamaan, pandangan politik maupun pandangaan sosial. Jangan sampai satu sama lain banyak mengobral pertikaian dan perseteruan yang diakibatkan perbedaan pandangan.
“Di sinilah pentingnya hasil puasa membentuk insan-insan yang arif bijaksana di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” tutur Haedar Nashir.
Dalam konteks pandemi Covid-19 segenap elemen bangsa perlu mengoptimalkan ikhtiar selain bermunajat berdoa. Salah satu ikhtiar adalah bersikap dan berperilaku yang seksama, disiplin, dan menerapkan protokol kesehatan sebenarnya wujud dari aktualisasi takwa. Di mana takwa merupakan sikap hidup yang penuh keseksamaan secara lahir batin, rasional, ruhani dan perasaan sehingga melahirkan sikap hidup yang selalu cermat, cerdas, berdasar ilmu, dan mementingkan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan.
“Sikap seksama juga dapat ditampilkan dengan semangat kebersamaan, gotong royong, peduli, dan saling membantu,” imbuh Haedar Nashir.
Termasuk dalam konteks mudik, perlu ada kesadaran kolektif untuk menunda dan bersabar untuk tidak mudik demi kepentingan bersama, keluarga, dan masyarakat luas.
PP Muhammadiyah berharap pemerintah konsisten dengan kebijakan larangan mudik dengan pengendalian seluruh kegiatan publik yang memancing atau memberi potensi adanya kerumunan massa.
Dalam konteks kehidupan kebangsaan, baik dalam semangat keislaman mewujudkan takwa maupun menghadapi pandemi dan menyongsong masa depan Indonesia, Muhammadiyah mengajak seluruh warga bangsa terlebih para elit bangsa untuk melakukan gerakan kolektif keteladanan dalam berbangsa dan bernegara.
“Kami percaya nilai-nilai luhur, konsep, kebijakan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan semuanya positif bahkan Pancasila sebagai negara merupakan konstruksi yang sangat fundamental sebagai dasar nilai dan norma,” ungkap Haedar Nashir.
Tetapi bagaimana mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, konstitusi, nilai agama dan kebudayaan luhur bangsa yang menjadi kekuatan Indonesia diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam urusan publik dan mengambil kebijakan berbangsa bernegara
Bangsa ini harus maju dan menjadi contoh bagi bangsa lain. “Maka jadikan puasa dan Idul Fitri bagi kaum muslim untuk menjadi aktor pembawa perubahan menuju kemajuan. Tetapi maju berdasarkan pada nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa,” pungkas Haedar Nashir. (Riz)