Kampus Muhammadiyah Siapkan Strategi Kuliah Tatap Muka

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Semenjak dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri mengenai pelaksanaan kuliah tatap muka terbatas, seluruh perguruan tinggi di Indonesia terus melakukan pembenahan tentang skema pelaksanaan perkuliahan tersebut. Oleh karena itu, setiap perguruan tinggi harus mempunyai strategi yang tepat saat kegiatan kelas tatap muka berlangsung. 
 
Merebaknya kasus Covid-19 di lingkungan pendidikan memang tidak bisa dibendung lagi. Sudah banyak yang terjangkit Covid-19 karena tidak bisa melakukan protokol kesehatan dengan tepat. Untuk itu, setiap perguruan tinggi harus menggodok strategi tepat dalam melaksanakan kegiatan kelas tatap muka terbatas ini. 
 
Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya sekaligus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr. dr. Sukadiono melalui Webinar SEVIMA pada Jum’at (07/05) lalu, menyampaikan strategi yang rencananya diaplikasikan oleh perguruan tinggi yang dipimpinnya dan juga rekan sejawat pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya. 
 
Webinar ini dihadiri oleh  Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak., selaku Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia dan Mantan Menteri Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, serta 4.000 dosen se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA.
 

1. Siapkan kelas pembelajaran dengan baik

 
Dalam melaksanakan program kuliah tatap muka, kampus harus mempersiapkan kelas dengan baik. Ruangan kelas di kampus harus disiapkan secara ekstra, agar mahasiswa di dalam kelas tidak berjubel dan dapat mengakibatkan wabah Covid-19 bisa tersebar. 
 
Untuk mengantisipasinya, selain menyiapkan kelas ekstra, kampus juga harus menyiapkan rencana lain jikalau fasilitas kelas belum mencukupi. Misalnya, masuk kelas secara bergiliran, atau metode blended dimana kelas bisa diakses secara online dan offline sekaligus. Sehingga pembelajaran tidak dilakukan di dalam kelas fisik saja, namun juga dilakukan melalui kelas secara virtual.
 
“Kampus akan menyiapkan suasana kuliah yang benar-benar baru. Karena di era normal baru, semuanya perlu diperbaharui. Misalnya ruang kelas yang lebih renggang, pembatas, jalur masuk, dan segala panduan terkait protokol kesehatan. Jika berhasil dilakukan, maka kampus sudah siap menjalankan kuliah tatap muka tersebut,” ungkap Sukadiono.
 

2. Siapkan desain pembelajaran yang efektif 

 
Agar proses pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar, pihak kampus bisa menyiapkan metode dan desain pembelajaran yang efektif. Ini dilakukan untuk memudahkan civitas akademika dalam melakukan aktivitas fisik dan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Kampus Muhammadiyah telah memiliki Learning Management System (platform pembelajaran online) tersendiri dan telah lama saling berbagi platform.
 
“Universitas Muhammadiyah Surabaya memiliki platform pembelajaran dan pelaporan PDDIKTI. Beberapa kampus Muhammadiyah lain, juga telah memiliki E-Learning, atau Sistem Pembelajaran Daring (SPADA). Semua kampus Muhammadiyah telah dan sedang terus mempersiapkan,” lanjut Sukadiono.
 

3. Persiapkan perangkat pembelajaran yang mumpuni

 
Selain menyiapkan materi untuk perkuliahan tatap muka, para pengajar juga harus menyiapkan pembelajaran secara daring. Ini dilakukan karena kuliah tatap muka terbatas itu juga masih menggunakan metode pembelajaran secara daring. 
 
“Belajar secara daring bukan berarti mengurangi esensi dari proses belajar mengajar. Metode e-learning ini bukanlah sebuah pengganti kegiatan belajar mengajar karena adanya pandemi. Justru dengan adanya e-learning ini, dunia pendidikan harus menjadikan metode ini sebagai tools untuk mendongkrak pendidikan Indonesia yang lebih maju,” papar Sukadiono. 
 

4. Siapkan protokol kesehatan yang ketat

 
Inilah yang paling krusial dalam pembelajaran kuliah tatap muka. Kampus harus benar-benar mematuhi protokol kesehatan secara tepat. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka kita turut andil dalam menghambat persebaran Covid-19.
 
Langkah keempat ini bisa dilakukan dengan banyak cara. Diantaranya: mempersiapkan fasilitas sanitasi yang baik, menyiapkan fasilitas belajar, dan melakukan pengecekan kesehatan pada setiap civitas akademika. Riwayat kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan. Kampus harus mengetahui tentang riwayat penyakit yang pernah diderita oleh civitas akademika. Bila civitas akademika tersebut memiliki penyakit bawaan (comorbid), maka sebaiknya kampus harus melakukan pembelajaran secara daring. 
 
Nah, apabila mahasiswa tersebut berasal atau baru saja dari luar negeri, maka mereka harus melakukan tes PCR atau melakukan karantina mandiri selama 14 hari sebelum mengikuti perkuliahan.
 
“Salah satu syarat wajib jika ingin melakukan kegiatan perkuliahan tatap muka terbatas, kampus harus benar-benar memenuhi dan memahami protokol kesehatan yang sudah berlaku. Karena di era Pandemi ini, kita tidak boleh memilih antara kesehatan atau pendidikan. Semua harus berjalan beriringan,” pungkas Sukadiono. (Riz)
Exit mobile version