Salat Idul Fitri di Bumi Andalusia

Oleh: Caesar Marga Putri (Dosen Prodi Akuntansi UMY, Ketua Majelis Pemberdayaan Wanita PCIM Spanyol)

Merayakan hari raya Idul Fitri di perantauan selalu punya kesan tersendiri bagi semua perantau, begitu juga bagi kami sekeluarga yang saat ini sedang berada di bumi Andalusia.

Sudah dua tahun kami merasakan Idul fitri di negeri yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Negeri Matador ini. Berbeda dengan tahun lalu yang Idul Fitri bertepatan dengan diberlakukanya Estado de Alarma atau State of Alarm, yang mengharuskan semua aktivitas hanya dijalankan di rumah masing-masing, tahun ini muslim di Spanyol mendapatkan ijin untuk melaksanakan salat Idul Fitri di tanah lapang.  

Tepat dua hari sebelum hari raya, pemerintah Barcelona melakukan de-eskalasi pembatasan aktivitas, hal ini disebabkan kasus COVID yang sudah mulai turun, setelah adanya pembatasan yang sangat ketat satu minggu sesudah perayaan tahun baru. Dengan diumumkanya de-seskalasi dan dicabutnya Estado de Alarma artinya pemerintah memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk beraktivitas. Pelonggaran aktivitas tersebut, termasuk didalamnya adalah aktivitas yang berhubungan dengan ibadah keagamaan.

Selasa sore, Centre Cultural Islamic Català, mengumumkan bahwa 1 Syawal 1442H jatuh pada hari Kamis 13 Mei 2021. Pengumuman ini disusul dengan pengumuman bahwa akan diadakan salat Idul Fitri di Parque de Clot atau Taman Clot yang terletak hanya beberapa ratus meter dari Centre Cultural Islamic Català, yang juga difungsikan sebagai masjid bagi warga muslim di Barcelona. Menariknya, pelaksanaan Salat Idul Fitri dilaksanakan dalam tiga shift, dimulai dari shift pertama pada pukul 07.15 diikuti shift selanjutnya pada pukul 08.00 dan 08.30. Panitia memberikan ketentuan bahwa masing-masing shift boleh diikuti maksimal 326 jamaah dengan diberlakukan jarak antar jamaah.

Melihat pengumuman itu, hati kami sekeluarga sangat bahagia, bagaimana tidak, ditengah pandemi yang melanda hampir seluruh dunia ini, sebuah kesempatan bisa beribadah dengan jamaah lain seperti sebuah oase di padang pasir. Kesempatan langka tersebut kami manfaatkan sebaik baiknya, sehingga kami sekeluarga memutuskan untuk mengikuti salat pada shift pertama, dengan pertimbangan belum begitu ramai dan ingin mengabadikan pelaksanaan salat pada shift berikutnya. Meskipun jarak tempat salat dari apartemen kami sekitar sepuluh kilometer dan harus ditempuh dengan subway atau kereta bawah tanah sekitar setengah jam, namun tidak menyurutkan semangat kami dan anak-anak untuk berangkat sepagi mungkin agar tidak terlambat.  Sehabis subuh, kami sudah siap dengan semua bekal alat salat dan menuju ke statsiun Metro, sebutan kereta subway di Barcelona, yang harus kami tempuh dengan berjalan kaki sekitar enam ratus meter dari apartemen kami. Bagi kami semua itu terasa ringan, karena keinginan untuk salat Idul Fitri yang sudah lama kami nantikan.

Tepat pukul tujuh kurang seperempat, kami sudah sampai di Parque de Clot, dan disambut oleh petugas yang mengarahkan dimana letak jamaah laki-laki dan jamaah perempuan. Saya adalah jamaah perempuan ketiga yang datang di shof putri, sesudah menghamparkan alas salat, saya menyapa dua jamaah putri yang lainya yang bersaal dari dua negara yang berbeda, sambil menunggu salat Idul Fitri dimulai kamipun saling berbincang. Bertemu dengan muslim dari beberapa negara, menyadarkan bahwa kita disatukan dalam Islam. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 10: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

Sama halnya dengan Indonesia, kotak infak juga dibagikan secara berkeliling oleh panitia. Namun bedanya, disini kotak infak berupa kantong yang terbuat dari kain berwarna merah agar lebih mudah dikenali. Selain itu ada hal menarik lainya, dari pelaksanan salat Idul Fitri di sini, panitia memasang balon warna warni untuk menyemarakkan hari besar bagi kaum muslimin di seluruh dunia ini. Setelah acara selesai balon-balon itu diberikan untuk anak-anak, selain itu ada permen dan air minum yang dibagikan. Tidak ada istilah berebutan bagi anak-anak di sini, mereka menerima dengan tertib dan wajah berbinar.

Sebagai wujud empati terhadap apa yang dirasakan saudara muslim kita di Palestina, bendera Palestina juga dikibarkan di depan mimbar dengan lulisan Pau Per Palestina atau Peace for Palestina. Ada haru dan Bahagia pada pelaksanaan salat Idul Fitri tersebut, karena akhirnya tahun ini kami bisa salat Idul Fitri di tanah lapang walaupun dengan suasana prihatin karena saudara muslim di Palestina sedang mendapatkan cobaan.

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Semoga Allah menerima (puasa dan amal) Kami dan (puasa dan amal) kalian.

Selamat Merayakan Idul Fitri, Mohon Maaf lahir dan Batin.

 

Exit mobile version