11 Fakta ‘Aisyiyah, Sejarah hingga Kiprah bagi Umat dan Bangsa

11 Fakta ‘Aisyiyah, Sejarah hingga Kiprah bagi Umat dan Bangsa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – ‘Aisyiyah adalah sayap gerakan dakwah Muhammadiyah yang didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917. Tahun ini ‘Aisyiyah memperingati Milad ke-104 dengan mengusung temaMerekat Persatuan Menebar Kebaikan”. Berikut 11 Fakta ‘Aisyiyah mulai dari sejarah hingga kiprahnya bagi umat dan bangsa.

  1. Berawal dari Sapa Tresna

‘Aisyiyah bermula dari sebuah kelompok pengajian perempuan yang dirintis Siti Walidah pada tahun 1914 bernama Sapa Tresna.

Kelompok pengajian tersebut terdiri dari pengajian Wal ‘Ashri yang diselenggarakan setelah salat Ashar, dan pengajian Maghribi yang dilaksanakan setelah salat Magrib.

Peserta pengajian adalah para perempuan di Kampung Kauman dan sekitarnya serta para buruh pabrik batik.

 

  1. Sebaran ‘Aisyiyah

Hingga saat ini kepemimpinan ‘Aisyiyah terus berkembang mulai dari tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, hingga Desa. Tercatat ‘Aisyiyah memiliki kepemimpinan di 34 Provinsi (PWA), 458 Kabupaten/Kota, 3193 Kecamatan (PCA), 9781 Desa (PRA), serta Tujuh Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) di Kairo, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Australia, dan Islamabad.

 

  1. ‘Aisyiyah Perintis Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

Sejak dini, anak-anak berhak mendapatkan sarana belajar dan bermain yang nyaman yang akan mendukung proses tumbuh kembangnya. Dua tahun sejak berdirinya, ‘Aisyiyah sudah menaruh perhatian akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia dini.

Tepatnya pada tahun 1919 ‘Aisyiyah merintis ‘Frobelschool ‘Aisyiyah’

Di tengah terbatasnya akses pendidikan kala itu, ‘Aisyiyah membuka ‘Frobelschool ‘Aisyiyah’ yang merupakan taman kanak-kanak pertama yang didirikan oleh warga Indonesia untuk semua kalangan.

Kini Frobelschool ‘Aisyiyah terus berkembang di seluruh pelosok negeri dan kita kenal dengan nama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA).

 

  1. Kontribusi ‘Aisyiyah untuk Pendidikan

20.125 PAUD dan TK ABA

4.398 Lembaga pendidikan setingkat SD, SMP, dan SMA

3.904 Lembaga keaksaraan fungsional

8 Perguruan Tinggi

Adalah lembaga pendidikan yang dikelola oleh ‘Aisyiyah yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, kamu alumni salah satunya bukan ?

 

  1. Bidang kesehatan

    Kesehatan menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian ‘Aisyiyah. Tercatat ‘Aisyiyah-Muhammadiyah memiliki 87 RSU, 267 RS Ibu dan Anak, 126 Klinik Pratama/Balai Pengobatan/Balkesmas.

Melakukan edukasi langsung di komunitas juga menjadi kerja nyata para kader ‘Aisyiyah melalui kegiatan seperti Rumah Gizi, edukasi pencegahan kanker serviks dan payudara, edukasi kesehatan reproduksi, dan edukasi TB.

 

  1. Bidang sosial

    Dalam bidang sosial, ‘Aisyiyah mengelola 189 Panti Asuhan dan Panti Lansia, 3 Lansia Day Care, 2 Panti Difabel. ‘Aisyiyah juga melakukan advokasi serta pendampingan bagi ribuan warga kurang mampu dalam mengakses jaminan sosial.

 

  1. Bidang Ekonomi

    ‘Aisyiyah mendorong pemberdayaan kaum perempuan salah satunya dengan berdaya secara ekonomi melalui 1426 BUEKA, 568 Koperasi, dan 25 Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA) yang telah melahirkan 1600 alumni SWA, ‘Aisyiyah juga melakukan pendampingan bagi para kelompok petani perempuan.

 

  1. Bidang Hukum dan HAM

    Masih terjadinya ketimpangan hukum yang dialami perempuan dan anak juga menjadi perhatian ‘Aisyiyah dengan berdirinya Pos Bantuan Hukum (Posbakum) ‘Aisyiyah di berbagai tempat serta Biro Konsultasi Keluarga Sakinah ‘Aisyiyah (BIKSSA)

 

  1. ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aiysiyah (NA)

    Siswa Praja Wanita (SPW) merupakan salah satu aktifitas ‘Aisyiyah yang dirintis pada tahun 1919 untuk membina dan mengembangkan anak-anak perempuan di luar sekolah sebagai kader ‘Aisyiyah.

Kegiatan SPW diantaranya adalah berpidato, mengaji, dan salat subuh berjamaah.

Siti Wasilah Hadjid adalah pemimpin pertama SPW yang kemudian mengundurkan diri dan diteruskan kepemimpinannya oleh Siti Umniyah pada 1931.

SPW kemudian berubah nama menjadi Nasyiatul ‘Aisyiyah dan kini menjadi salah satu organisasi otonom Muhammadiyah.

 

  1. Tema Milad 104 M

Pada 19 Mei 2021, ‘Aisyiyah akan menggelar kegiatan resepsi Milad 104 M. Mengangkat tema ‘Merekat Persatuan, Menebar Kebaikan di Masa Pandemi’ ‘Aisyiyah mengajak kita semua untuk dapat bersama-sama mengatasi masa sulit di situasi pandemi dengan banyak bertaawun menebarkan kebaikan.

 

  1. Kontribusi ‘Aisyiyah di masa pandemi

Sebagai ibu negeri, ‘Aisyiyah tidak berpangku tangan dalam situasi pandemi, berbagai upaya dilakukan ‘Aisyiyah untuk dapat berkontribusi mengatasi dampak pandemi.

– 16 RS ‘Aisyiyah memberikan layanan bagi para pasien Covid-19

– Gerakan Sapa Guru di 20.125 PAUD dan TK ABA

– 35.952 Masker gratis yang dibagikan oleh para kader ‘Aisyiyah

– Mendorong peningkatan gizi keluarga melalui gerakan lumbung hidup

– Pemberian Makanan Tambahan Bergizi bagi ibu hamil, anak dengan stunting, dan lansia

– Pemberian alat kegiatan ekonomi melalui BUEKA untuk mendukung wirausaha perempuan.

 

  1. Sejarah ‘Aisyiyah

100 TAHUN DI PANGGUNG PERGERAKAN PEREMPUAN

‘Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar nan meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan secara formal, tapi Dahlan sebaliknya, mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.

Pendirian ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai Dahlan pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘Aisyiyah yang diajukan K.H. Fachrodin.

Nama itu terinspirasi dari istri nabi Muhammad, yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah bermakna pengikut ‘Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan ‘Aisyah, bahwa Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah. Harapannya, profil Aisyah juga menjadi profil orang-orang Aisyiyah.

Dahlan pun pernah berpesan pada sahabat dan muridnya supaya berhati-hati dengan urusan ‘Aisyiyah. Jika bisa membimbing, insya Allah ‘Aisyiyah akan menjadi teman setia dalam perjuangan persyarikatan Muhammadiyah.

Sembilan perempuan terpilih sebagai sang pemula kepemimpinan perdana ‘Aisyiyah. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai Ketua pertama ‘Aisyiyah. Sementara delapan pengurus yang lain, yaitu: Siti Badilah sebagai Sekretaris; Siti Aminah sebagai Bendahara; Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasaal, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti Dawimah, Siti Busyro sebagai Pembantu.

Terpilihnya Siti Bariyah, salah satu kader terbaik Dahlan merupakan bukti kaderisasi yang berhasil dari Dahlan, istrinya, juga sahabat dan murid Dahlan. Kebanyakan menyangka bahwa Nyai Dahlan lah pemimpin pertama organisasi Aisyiyah. Istri Ahmad Dahlan itu lebih menjadi profil pembimbing Aisyiyah yang baru seumur jagung.

Salah satu ayat yang senantiasa digadang-gadang oleh pegiat ‘Aisyiyah, yaitu: “kaum Islam laki-laki dan kaum Islam isteri sebagian menolong sebagiannya, sama menyeru dengan kebaikan dan melarang daripada kejelekan.” Ayat tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amr ma’ruf nahi mungkar tidak memandang jenis kelamin. Di tengah anutan doktrin bahwa “perempuan itu swarga nunut neraka katut” dan perempuan tidak perlu bermasyarakat tapi cukup di rumah saja, ‘Aisyiyah justru menggiatkan diri berdakwah di ruang kemasyarakatan.

Islam yang berkemajuan sebagaimana terlihat dari penafsiran Muhammadiyah-‘Aisyiyah terhadap ayat Al-Qur’an yang tidak membedakan jenis kelamin dalam hal berdakwah, menjadi karakter gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Paham Islam berkemajuan dan pentingnya pendidikan dan bagi gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah menghasilkan pembaruan-pembaruan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah-‘Aisyiyah, seperti merintis berdirinya pendidikan untuk anak usia dini di Indonesia dengan nama Frobel School pada tahun 1919 yang saat ini bernama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), pendidikan keaksaraan, pendirian mushola perempuan pada 1922, kongres bayi atau baby show, dan jenis-jenis kegiatan inovatif lain.

Untuk menyebarkan ide-ide secara internal maupun eksternal tentang pembaharuan dan usaha peningkatan derajat kaum perempuan, ‘Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi bernama Suara ‘Aisyiyah pada tahun 1926. Dalam sejarahnya, sebagai organisasi perempuan yang berdiri di masa awal pergerakan dan telah memiliki visi persatuan pergerakan perempuan, ‘Aisyiyah berperan aktif dalam penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia I dan memprakarsai berdirinya Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Saat ini, ‘Aisyiyah telah berusia seabad. Itu berarti perjalanan gerak organisasi sekaligus peran keummatan dan kebangsaan ‘Aisyiyah sudah memasuki usia dua abad. Bukan usia yang pendek bagi ke-istiqomahan sebuah organisasi. Semangat pembaruan yang berpijak pada paham Islam berkemajuan itu akan tetap menjadi suluh bagi ‘Aisyiyah. (Suri)

Exit mobile version