Muktamar IMM Tak Lagi Seksi? Catatan Menuju Muktamar IMM Ke XIX
Oleh: Abdul Gafur
Logika kompetensi,
Logika integritas,
Logika kualitas dari seorang kader,
Tidak pernah menjadi petimbangan dalam logika kekuasaan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam lintasan sejarah telah menapaki usia 57 tahun, yang sejatinya berada pada usia matang untuk mengambil peranan strategis dalam mengembalikan arah bangsa sesuai dengan cita-cita founding persons republic ini.
Sekalipun tidak bisa dipungkiri sejak berdirinya pada tahun 1964, IMM telah banyak memberikan kontribusi nyata dalam proses pembangunan bangsa Indonesia, dengan posisinya sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan.
Permasalahan yang kita jumpai hari ini adalah kondisi organisasi kemahasiswaan yang kehilangan value dimata sebagian mahasiswa dan juga masyarakat secara umum.
Secara umum, mahasiswa lebih memandang organisasi sebagai sebuah beban dan aktivitas sia-sia tanpa makna, wadah berkumpul tanpa tujuan dan lainnya. Secara khusus, oraganisasi kemahasiswaan dianggap tidak lagi mampu menjawab students need and students interest saat ini.
Sederhananya, kondisi organisasi mahasiswa kian mengalami degradasi, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
IMM secara ideologis seharusnya menjadi wadah perjuangan keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan melalui trilogy gerakannya. Seyogyanya, mampu menangkap perasaan rakyat dengan public welfare goal.
IMM mampu memberikan solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat.
Refleksi Organisasi
Hal lain yang menjadi persoalan dalam kehidupan bermahasiswa hari ini adalah terjebaknya kelompok mahasiswa dalam dunia akademis dengan dogma dikotomis antara dunia akademis dengan dunia organisasi. Padahal keduanya, haruslah berjalan beriringan.
Bahkan, yang mengkhawatirkan adalah elit-elit gerakan mahasiswa yang banyak mencelupkan diri dalam kekuasaan, mengakibatkan hilangnya independensinya sebagai social control terhadap kekuasaan yang berjalan menuju otoritarianisme.
Dinamika dan dialektika internal organisasi tentu menjadi penyebab utama tergerusnya nilai-nilai juang dalam sebuah organisasi, kondisi yang statis dan tidak produktif akan mempengaruhi semangat para kader untuk terus bergerak sesuai dengan tujuannya yang mulia.
IMM sebagai sebuah organisasi kader tidak terlepas dari kondisi tersebut.
Mencermati dialetika internal organisasi dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan banyak tanya; seolah IMM kehilangan arah dan terlihat sebagai organisasi gerakan yang lebih sering ditumpangi kepentingan segelintir orang saja.
Momentum muktamar akan menjadi refleksi untuk mengukur seperti apa kondisi organisasi IMM dalam beberapa perhelatan musyawarah dari tingkat pusat (DPP) hingga tingkat komisariat (PK). Apakah terlihat sebagai forum permusywaratan tertinggi dengan melahirkan gagasan monumental untuk perubahan atas realitas keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan, atau sebaliknya.
Menjadi harapan kita seluruh kader IMM bahwa momentum muktamar dapat membangkitkan kembali gairah perjuangan IMM.
Merayakan Kebhinekaan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Muktamar sebagai ajang permusyawaratan tertinggi, tentu menjadi dambaan dan ruang strategis seluruh kader untuk melakukan ajang konsolidasi organisasi terkait orientasi IMM dalam menjalankan periodesasi selanjutnya.
Hingar bingar perdiskusian yang juga bagian dari proses syiar organisasi menuju muktamar harusnya sudah digaungkan jauh hari sebelum pelaksanaan muktamar itu sendiri. Tidak kemudian hanya sibuk pada hal-hal yang bersifat teknis.
Perdebatan dan perkelahian gagasan terkait arah gerakan IMM sudah semestinya mengisi ruang-ruang diskusi seluruh kader dari semua tingkatan dan angkatan.
Mengangkat tema “Merayakan Kebhinekaan” dalam momentum muktamar IMM semoga bukan menjadi sinyal stagnasi pikiran atau bahkan kemunduran berpikir IMM. Mengingat tema tersebut tersebut sudah selasai dalam tubuh bangsa ini sejak deklarasi sumpah pemuda 1928 silam,
Di tengah kompleksitas permasalahan dan tantangan yang dihadapi peradaban kita hari ini, harusnya IMM berani hadir menjadi solusi atas berbagai hal tersebut.
Karena sebagaimana disebutkan di atas, bahwa muktamar adalah ruang bertemunya ide dan pikiran yang melahirkan agenda strategis organisasi dan pergantian kepemimpinan, bukan tempat berpesta yang sekedar mempertemukan kamajemukan kader IMM.
Terlepas dari itu semua, kami berpikir bahwa tema yang diangkat sebagai instrumen, IMM adalah milik seluruh kader dari manapun ia berasal, sehingga seluruh kader memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam memajukan ikatan, memberikan warna yang beragam, serta menghadirkan pikiran-pikiran alternatif.
Berdasarkan waktu yang telah ditentukan, kurang dari tiga bulan ke depan pelaksanaan muktamar akan dilangsungkan.
Namun justru menjadi tanya bagi sebagian kader. Ada apa? Mengapa proses syiar senyap tak terasa? Bukankah semestinya menjadi momentum penting bagi seluruh kader untuk mengembalikan ghirah berorganisasi.
Semestinya dinamika perkelahian gagasan sudah dihadirkan oleh para generasi pelanjut untuk menjadi bahan kajian para kader. Atau, apakah IMM telah kehabisan kader pelanjut perjuangan ideologis organisasi?
Sepertinya, momentum muktamar ini telah kehilangan keseksiaannya sebagai ruang demokratis bagi seluruh kader untuk mengarahkan gerakan IMM pada tujuannya yang mulia.
Merawat Ide dalam Perjuangan
Realitas menuju muktamar hari ini tentu memberikan gambaran seolah momentum muktamar sekedar menjadi ajang pergantian kepemimpinan tanpa ide dan gagasan, sehingga dialektika yang muncul hanyalah diskusi dan konsolidasi tentang siapa yang harus dipilih dan dimenangkan dalam ruang negosiasi yang pragmatis tanpa nilai.
Hal ini tentu sangat penting tetapi tidak boleh terhenti pada persoalan tersebut. Momentum ini harusnya memberikan ruang secara utuh kepada seluruh kader untuk memberikan gagasan dan pemikirannya sebagai referensi dalam proses suksesi nantinya.
Serangkaian diskusi gagasan menjadi penting untuk dihadirkan, tidak hanya bagi kader, tetapi juga ruang-ruang eksternal di luar IMM; sebagai bukti bahwa IMM adalah organisasi besar yang punya bargaining power.
Apalagi di tengah situasi kebangsaan yang sepertinya seluruhnya dinilai berdasarkan kekuatan elektoral dan kapital saat ini, IMM seharusnya tampil dalam menetukan arah bangsa ke depan yang sejalan dengan nilai perjuangan landasan gerakan IMM.
Jikalau kondisi internal yang statis dan tidak produktif terus berlangsung, maka cita-cita ini hanya sekedar menjadi khalayan semata. Namun menjadi kesempatan yang menarik bagi sekolompok kader yang punya kepentingan pragmatis untuk menggiring IMM ke jurang politik praktis dengan memanfaatkan momentum muktamar.
Oleh karena itu, mengajak seluruh kader untuk memberikan kontribusi pemikiran secara maksimal dan tetap menjaga marwah dan arah gerakan IMM melalui momentum muktamar yang akan dihelat pada tanggal 1 sampai 6 agustus 2021 di Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Mari bermusyawarah dengan baik dan santun, mengedepankan keadaban serta ide/ gagasan dan tindakan yang berkemajuan. (Ulil Amri/Gafur)
“Jaga dirimu: dan jangan lupa bahwa gagasan itu juga merupakan senjata”
(Subcomandante Marcos)
*(Ketua Umum DPD IMM Sulawesi-Selatan 2020-2022).