YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kita harus belajar dari tahun 2020 dalam perjalanan pandemi Covid-19 yang mana terjadi empat kali lonjakan kasus Covid-19. Lonjakan kasus pertama saat libur Idul Fitri 2020, kenaikan kasusnya mencapai 93% dan angka kematian mingguannya naik mencapai 66%. Kedua, libur panjang tanggal 20-23 Agustus 2020 yang membuat kenaikan kasus mencapai 119%.
Ketiga, di bulan November 2020, kenaikan kasus mencapai 95% dengan tingkat kematian naik sampai 75% dan terakhir bulan Desember 2020 libur Natal serta tahun baru juga menimbulkan kenaikan kasus signifikan. Dari empat lonjakan kasus itu, semua diawali dari liburan yang membuat warga masyarakat melakukan mobilitas yang tinggi.
Demikian disampaikan oleh dokter R. Ludhang P. Rizki, M.Biotech., Sp.MK, (dokter Ludhang) ahli mikrobiologi Universitas Gajah Mada dalam Covid-19 Talk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah bersama MDMC dan didukung oleh Direct Relief, Rabu, 19 Mei 2021.
Narasumber lain yang hadir adalah dr. Andri Yunia Kusumawati (dokter Nia), Direktur Pelayanan Medis RS Islam Jakarta Pondok Kopi dan dr. Ary Rinaldzi Sp.OG(K) (dokter Ary) Direktur Pelayanan RS Muhammadiyah Palembang dengan host Budi Santosa, Koordinator Divisi Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan (PRBK) MDMC PP Muhammadiyah.
“Empat kali ada mobilitas selalu diiringi dengan kenaikan kasus dan waktu itu, kalau kita mengaca tahun kemarin itu belum ada varian. Tetapi sejak Januari 2021 kemarin sudah mulai masuk varian-varian yang disinyalir penularannya lebih cepat,” kata dokter Ludhang.
Di sisi lain, menurut dokter Ludhang, saat ini tren dan minat warga masyarakat untuk melakukan tes Covid-19 (PCR) mengalami penurunan. “Tracing dan trackingnya pun turun, artinya kalau ketemu satu orang, biasanya cukup dengan antigen, kalau negatif, bebas bisa beraktifitas tidak di PCR. Ini yang membuat daerah itu ibarat semangka, luarnya hijau dalamnya merah,” imbuhnya.
Terkait dengan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Idul Fitri bagi masyarakat, dokter Ludhang menyampaikan kuncinya ada di masyarakat sendiri. “Kesadaran masyarakat yang kita harapkan, kalaupun dari bepergian mudi sebaiknya membatasi diri dulu untuk tidak kemana-mana dulu atau setidaknya memperketat protokol kesehatan. Ini bukan hal baru yang membutuhkan waktu untuk adaptasi, jadi lebih mudah. Pemerintah sebaiknya juga mempercepat cakupan vaksinasi,” pungkasnya.
Dokter Nia, sebagai pembicara kedua menyampaikan kesiapan RSI Jakarta Pondok Kopi. “Alhamdulillah untuk jumlah pasien Covid-19 akhir-akhir ini mengalami penurunan, sehingga kami saat ini hanya mengaktifkan 1 bangsal khsusus Covid-19 dari biasanya 4 bangsal. Namun kami tetap senantiasa siaga mengantisipasi lonjakan kasus,” kata dokter Nia.
Untuk persiapan yang dilakukan RSI Jakarta Pondok Kopi dalam antisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang diperkirakan terjadi, dokter Nia menegaskan kesiapannya. “Kami sudah menyiapkan antisipasinya, meskipun seiring dengan penurunan kasus Covid-19 terjadi peningkatan pasien non Covid-19. Fasilitas, alat-alat, obat-obatan dan tenaga kesehatan kami siagakan serta masih cukup,” imbuhnya.
Sementara itu dokter Ary mengungkapkan untuk RS Muhammadiyah Palembang diminta oleh pemerintah daerah untuk menambah kapasitas tempat tidur isolasi pasien Covid-19. “Ruangan isolasi kami jumlah total 37 dengan ICU Covid 2 unit, kami antisipasi dengan penambahan 18 tempat tidur kalau kasus melonjak. Untuk Palembang tren nya kasus Covid-19 naik. Bulan Januari kami ada 78, Februari 57, Maret 57 dan April ini naik 91 kasus,” kata dokter Ary. (Budi Santoso/Riz)