Haedar Nashir: Musibah Menguji Siapa Yang Sabar dan Siapa Yang Ikhtiar

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berpesan untuk menyikapi musibah tetap harus menumbuhkan rasa syukur dan sabar dengan selalu mengedepankan ikhtiar,

“Kita semua masih tetap prihatin dengan musibah pandemi covid-19. Tapi keprihatinan itu tetap harus menumbuhkan rasa syukur dan sabar dengan selalu mengedepankan ikhtiar, sebagaimana kita diajarkan oleh Islam, dituntunkan oleh Nabi Muhammad Saw. Bahkan juga diingatkan Allah bahwa musibah itu ketika sudah terjadi memang akhirnya akan menguji keimanan kita.

Mā aṣāba mim muṣībatin illā bi`iżnillāh, wa may yu`mim billāhi yahdi qalbah,.  Musibah itu merupakan peristiwa tidak lepas dari izin Allah dan dan barangsiapa yang beriman kepada Allah maka ia akan ditunjukkan hidayah dalam hatinya,” papar dia.

Hal tersebut disampaikan dalam Pengajian Syawalan keluarga besar Universita Ahmad Dahlan yang diadakan pada Kamis, 20 Mei 2021. Acara tersebut dilaksanakan secara virtual dihadiri oleh Badan Pembina Harian, Dosen, Karyawan, Mahasiswa dan juga alumni. Dan disiarkan secara terbuka melaui youtube.

Ketua Umum PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa musibah merupakan ujian untuk meningkatkan kualitas kita dalam dua hal,

“Musibah merupakan ujian untuk meningkatkan kualitas kita dalam dua hal. Yang pertama siapa yang al muhajidina, menguji siapa kita yang semakin bersungguh-sungguh di dalam kehidupan ini, termasuk bersungguh-sungguh mengatasi musibah itu sendiri, dan barangsiapa yang as sabirina yang bersabar dengan kualitas kesabaran yang tinggi. Maka baik karena kita usai menunaikan ibadah ramadan idulfitri maupun juga dalam jangkar keimanan kita yang tetap harus istiqomah bahkan harus semakin berkualitas. Kita tetap kedepankan kesabaran, kesungguhan, tasyakur kita harus juga menyertai ikhtiar, agar pandemi ini bisa kita atasi. Selebihnya kita serahkan kepada Allah. “ujarnya

Ikhtiar yang dilakukan oleh Muhammadiyah secara organisasi, baik dalam aspek kesehatan maupun dalam dimensi keagamaan yang dituntunkan tarjih semuanya tidak lain dalam usaha kita untuk bisa mengatasi musibah ini.

Haedar memberikan contoh dan merefleksikan ikhtiar yang sudah dilakukan oleh Muhammadiyah.

“Untuk apa Muhammadiyah sampai sudah mengeluarkan dana lebih dari 400 miliar lewat berbagai usaha kita termasuk 84 rumah sakit yang tidak pernah diam, 1×24 jam dengan para dokter tenaga kesehatan yang begitu pula. Jika kita menghadapi musibah ini tidak lahir karena spirit keislaman, keimanan kita, kesabaran dan kesungguhan sekaligus juga ikhtiar yang diajarkan nabi kita Muhammad Saw. Dalam usaha recovery, termasuk juga dalam pengelolaan perguruan tinggi dan pendidikan apa yang dilakukan oleh para pimpinan PTM dan Majelis Dikdasmen maupun Majelis Dikti Litbang semuanya tentu tetap di dalam koridor keagamaan seperti itu. Kita modifikasi, kita lakukan ikhtiar-ikhtiar yang rasional, tetapi semuanya tetap komprehensif, dalam langkah kita yang seksama.” Tegasnya. (Latanza Rahma)

Exit mobile version