Khutbah Gerhana Bulan: Kokoh dalam Menghadapi Ujian Kebenaran
Oleh: Ilham Lukmanul Hakim
السَّلِامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, baik yang diminta, ataupun yang tak pernah diminta namun tetap Allah berikan. Dialah Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dimana dari garis edar keduanya pula manusia mempelajari bilangan tahun dan perhitungan waktu.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Pada masa Nabi pernah terjadi beberapa kali gerhana. Salah satu diantaranya ialah gerhana matahari yang bertepatan dengan hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah. Mendapati dua peristiwa yang bersamaan itu, para sahabat berkata bahwa gerhana matahari terjadi oleh karena kematian Ibrahim.
Rasulullah meluruskan anggapan para sahabat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhori dalam shahihnya No. 1060 :
…إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
“… Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan shalat hingga (matahari) kembali nampak.”
Asumsi para sahabat yang mengaitkan gerhana dengan kematian anak Nabi tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah menggunakan ilmu pengetahuan modern yang berkembang sampai saat ini. Oleh karena itu Nabi meluruskan hal tersebut dan mengatakan bahwa gerhana bukan terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Namun merupakan fenomena alam yang menunjukkan pada kebesaran Allah.
Karena kebesaran Allah sematalah perputaran matahari dan bulan secara konstan berlangsung dalam garis edar, menjadikan keduanya acuan bilangan tahun dan perhitungan waktu bagi manusia. Pada waktu-waktu tertentu peredaran keduanya membawa matahari dan bulan berada pada posisi yang sejajar, sehingga mengakibatkan gerhana.
Al-Qur’an dan Rasulullah menjelaskan peristiwa alam dengan penjelasan yang setepat-tepatnya. Yakni penjelasan yang benar dan dapat dipahami oleh masyarakat dengan bantuan ilmu pengetahuan yang berkembang pada setiap masa. Perhatikan bagaimana ilmu pengetahuan modern menjelaskan QS. Yasin 36 : 80, sebagai ayat yang menjelaskan tentang proses fotosintesis pada tumbuhan. Yang mana teori tentang fotosintesis sendiri barulah ditemukan seribu tahun kemudian.
Namun, betapapun benar ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, tetap saja ada kelompok orang yang ingkar. Mereka menolak kebenaran karena menemui pertentangan antara risalah yang Nabi bawa dengan ajaran yang telah turun menurun mereka yakini. Beberapa lagi memilih ingkar karena perasaan tidak sudi disetarakan dengan para pengikut Nabi yang di dominasi oleh orang miskin, lemah, dan berpangkat rendah.
Pertentangan tersebut tentulah bukan pertentangan yang setara. Sebab satu pihak bersandarkan pada wahyu Allah yang maha benar, sedangkan pihak lainnya tidak bersandar pada pondasi yang kokoh kecuali hanya keangkuhan saja. Sehingga tak ada cara bagi orang-orang kafir dalam usahanya menentang Nabi kecuali dengan olok-olokan dan tuduhan semata. Dioloknyalah Rasulullah yang cerdas pikir halus budi itu sebagai penyihir, orang gila, dan orang yang terganggu pikirannya.
Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata, “Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila.” QS.Al-Qalam 68 : 51
Pandangan berapi-api penuh kebencian serta hinaan yang senantiasa dilakukan orang kafir nyaris saja menggelincirkan Nabi. Artinya bisa saja mempengaruhi Nabi, menimbulkan keraguan beliau menghadapi tugas, baik timbul kemarahan atau kecewa sebagaimana yang pernah dialami sebelumnya oleh Nabi Yunus terhadap umatnya. Tentu saja sebagai manusia biasa terkadang akan tersinggung juga perasaan beliau lantaran tuduhan gila itu. Setidak-tidaknya akan menghibakan hati beliau.
Tetapi karena jiwa orang yang bertauhid itu jauh lebih kuat dari orang kafir, maka penglihatan yang penuh benci, penuh dengki itu akhirnya tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Tuduhan gila ini pun dapat menimbulkan marah. Marah dapat menghilangkan pedoman dalam jiwa. Oleh sebab itu pada awal surat al-Qalam Allah memberikan penghargaan yang tinggi pada Rasulullah. Bahwa beliau bukanlah orang gila.
مَآ اَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ
“ dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila. “ QS Al-Qalam 68 : 2
Ayat ini adalah satu bentuk hiburan untuk menggembirakan hati Nabi SAW dengan cara yang amat halus dan penuh kasih dari Allah kepada Rasulnya, Nabi kita Muhammad SAW. Di antara nikmat yang demikian banyak itu, puncaknya adalah Kesehatan diri lahir batin, jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani dan rohani itulah yang menyebabkan diri berani karena yang benar, seorang diri berdakwah ditengah-tengah kaum yang masih hidup dalam kegelapan tanpa ada tujuan.
وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍۚ
“ Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” QS Al-Qalam 68 : 3
Allah tambahkan lagi kegembiraan pada diri Nabi. Yakni atas segala perjuangan yang telah beliau kerjakan, tak akan sedikit pun terlupa di sisi Allah. Jerih payah yang telah beliau kerjakan tak akan putus selama-lamanya. Usaha yang telah dilakukan seumur hidup Nabi, kelak akan tersebar merata ke seluruh dunia.
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, “ QS Al-Qalam 68 : 4-5
Allah kembali membantah orang kafir yang menuduh Nabi adalah seorang yang gila dengan memuji ke agungan akhlak beliau. Telah melekat menjadi adat kebiasaan budi pekerti baik itu pada diri Nabi. Sehingga tidak mau lagi melakukan yang buruk. Berkesesuaian antara pikiran dan perbuatan Nabi, karena tak lain akhlak beliau adalah al-Qur’an.
Sedang di akhirat nanti, baik Nabi ataupun orang-orang kafir aka sama-sama menyaksikan. Siapakah sebetulnya orang yang gila dan orang yang kokoh dalam kebenaran.
أَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُّوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَمْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُّنَادِى لِلْإِيْمَانِ أَنْ آمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا. رَبَّنَا فَغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا شَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ. رَبَّنَا لَاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَناَ مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
. رَبَّناَ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيُوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ إِنَّكَ لَاتُخْلِفُ الْمِيْعَاد. رَبَّنَا لَاتُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأنَا. رَبَّنَاوَلَاتَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَاوَلَاتُحَمِّلْنَا مَالَاطَاقَةَ لَناَ بِهِ
. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَناَ وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَجَمِيْعَ عِبَادَاتِنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
وَالسَّلِامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ilham Lukmanul Hakim, Kader Muhammadiyah Cianjur