Puasa Enam Hari di Bulan Syawal Seperti Berpuasa Setahun?
Oleh: Arsyad Arifi
Bulan Syawal adalah bulan penuh kegembiraan. Pasalnya setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh, kita bisa bersuka cita menyambut kemenangan Idul Fitri di bulan Syawal. Selain hal itu Syawal memiliki keistimewaan, yaitu disunnahkannya puasa enam hari didalamnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
عن أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه; أنه حدثه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ) رواه مسلم و أبو داود
“Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh” (HR Muslim, Kitab al-Shiyam, Bab Kesunahan puasa 6 hari syawal dan Abu Dawud)
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim berkata,
فيه دلالة صريحة لمذهب الشافعي و أحمد و داود و موافقيهم في إستحباب صوم هذه الستة
Artinya :
“Dalam hadis ini terdapat dalil yang jelas dalam Madzhab Syafi’i, Ahmad, Dawud serta yang mengikuti pendapatnya tentang kesunnahan puasa enam hari (di bulan syawwal) ini.” (Syarh/8/45)
Maka dari itu jumhur ulama bersepakat tentang kesunnahan puasa syawwal ini.
Pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana bisa berpuasa enam hari akan tetapi dihitung satu tahun ?
Imam Nawawi menjawab bahwasannya hal itu bisa terjadi karena pahala kebaikan itu berlipat ganda menjadi sepuluh kali lipat, maka dari itu puasa Ramadhan 30 hari berlipat ganda (setiap harinya dikali sepuluh) menjadi sepuluh bulan, dan enam hari di puasa Syawal berlipat ganda menjadi dua bulan, penafsiran ini ada dalam hadis marfu’ dalam kitab an-Nasa”i. (Syarh/8/45) Adapun hadis tersebut :
صيام شهر رمضان بعشر أشهر و صيام ستة أيام بشهرين; فذلك صيام السنة (رواه النسائي)
Artinya :
“Puasa bulan Ramadhan bagaikan puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari (di bulan syawal) bagaikan puasa enam bulan.” (HR. an-Nasa’i)
Tentang berlipat gandanya amal menjadi sepuluh kali lipat ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً ” [رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan“ (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Maka dari itulah, dihitung seakan-akan puasa setahun penuh.
Adapun tatacara puasa syawal ada dua :
1. Afdhal
Adalah dengan berpuasa enam hari secara langsung pasca hari idul fitri dimulai pada 2 syawwal dan selesai tanggal 7 syawwal. Hal ini sesuai dengan kalam Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfah :
و تتابعها عقب العيد أفضل مبادرة للعبادة
Artinya :
“Dan berpuasanya secara langsung pasca hari Idul
Fitri lebih utama karena hal tersebut merupakan bersegera dalam beribadah.” (Tuhfah/4/638) Hal ini juga diamini oleh Imam Ramli dalam Nihayah dan Imam Khatib dalam Mughni.
2. Minimal
Artinya mendapat kesunnahan puasa di bulan syawal saja tanpa pahala bersegara dalam beribadah. Yaitu berpuasa di bulan syawal selain dengan cara diatas, baik dengan mengakhirkannya atau memisah antara satu puasa dengan puasa lainnya.
Hal ini sesuai penjelasan Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim :
قال أصحابنا : و الأفضل أن تصام الستة متوالية عقب يوم الفطر فإن فرقها أو أخرها عن أوائل شوال إلى أواخره حصلت فضيلة المتابعة لأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال
Artinya :
“Para Ulama Ashab berkata : afdhalnya berpuasa enam syawal secara beruntun pasca hari iedul fitri, jika memisahkannya atau mengakhirkannya dari hari-hari awal bulan hingga akhir syawal tetap mendapat pahala kesunnahan mengikuti puasa Ramadhan dengan puasa syawal, karena pada kenyataannya ia benar-benar mengikutkan enam puasa setelah ramadhan.” (Syarh/8/45)
Maka dari itu kapan anda mulai berpuasa Syawal?
Wallahua’lambishawab.
Arsyad Arifi, Ketua PCIM Yaman