Tabligh

tabligh

Pelatihan Mubaligh Muda Nasional (Dok Majelis Tabligh)

Seabad yang lalu, Bahagian Tabligh yang diketuai oleh Haji Fachrodin menjadi komponen awal Hoofdbestuur Muhammadiyah. Seiring waktu, kata tabligh meluas. Jika hari ini mengetik kata “tabligh” di mesin pencari Google, muncul banyak informasi tentang jamaah tabligh dan tabligh akbar.

Tabligh berasal dari kata ballagha-yuballighu-tablighan yang artinya menyampaikan atau memberitahukan. Secara istilah, tabligh adalah menyampaikan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah untuk memperbaiki kehidupan umat manusia.

Pelaku tabligh disebut dengan mubaligh (laki-laki) atau mubaligah (perempuan). Selain kata tabligh, Al-Qur’an juga menggunakan istilah: nashihah, tarbiyah, tabsyir, tanzhir, dan lainnya. Kita sering memahami tabligh dengan istilah dakwah.

Dalam Al-Qur’an, kata tabligh disebut antara lain dalam Qur’an Surat Al-Maidah: 67, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”

Salah satu sifat Nabi Muhammad adalah tabligh (selain sidiq, amanah, dan fathanah). Nabi bertugas menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Kita mengimani bahwa Nabi Muhammad sepanjang hayatnya telah menyampaikan semua wahyu yang diturunkan. Tidak ada wahyu atau ayat yang disembunyikan oleh Nabi. Begitupun, para sahabat telah menyampaikan apa yang mereka dapatkan dari Nabi.

Sepanjang 23 tahun, Rasulullah berjuang menyampaikan wahyu dari Allah untuk kebaikan umat manusia. Wahyu yang awal mula diterima Nabi adalah Surat Al-‘Alaq: 1-5 dan Al-Mudatsir: 1-7 yang memperkenalkan sumber wahyu, menjelaskan relasi pengirim wahyu dengan penerima pertama (Muhammad). Dilanjutkan Al-Muzammil: 1-4 berisi bimbingan dan pelatihan khusus bagi Nabi supaya mampu mengemban tugas yang tidak ringan. Ada juga Asy-Syuara: 214-216 yang memerintahkan Nabi untuk memberi peringatan kepada keluarga terdekat dan bersikap rendah hati. Barulah ketika turun Al-Hijr: 94, Nabi diperintahkan menyampaikan dakwah secara terbuka.

Perintah bertabligh atau berdakwah secara terang-terangan diturunkan ketika pribadi Nabi telah digembleng terlebih dahulu melalui pelatihan khusus. Hal ini memberi isyarat bahwa tabligh pada mulanya ditujukan kepada diri sendiri. Mustahil melakukan tabligh kepada orang lain jika diri sendiri tidak memiliki ilmu dan mencerminkan perilaku mulia. Para muballigh harus meneladani Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah dalam bertabligh.

Aktivitas tabligh berupa amar ma’ruf nahi munkar. Mengajak manusia agar mengerjakan kebaikan serta mencegah dari perbuatan keji. Sebagai penyampai pesan, tugas mubaligh adalah menyampaikan ajaran dan tidak punya wewenang untuk memaksa. Firman Allah, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashash: 56).

Dalam bertabligh, para mubaligh perlu memperhatikan: media atau wasilah, metode atau manhaj, materi tabligh, dan sasaran atau mad’u. Metode tabligh dinyatakan dalam An-Nahl ayat 125. Prinsip tabligh yang bisa digali dari Al-Qur’an antara lain: menggunakan bahasa yang baik (Al-Isra: 53), menghindari kalimat yang buruk (An-Nisa: 114) karena kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk (Ibrahim: 26), menggunakan qaulan maisura (Al-Isra: 28), qaulan layyina (At-Taha: 44), qaulan ma’rufa (An-Nisa: 5 dan Al-Ahzab: 32), qaulan baligha (An-Nisa: 63), qaulan tsaqila (Al-Muzammil: 5). Mengikuti jejak para Nabi, semua aktivitas tabligh harus diiringi dengan akhlak mulia. Tidak hanya dakwah bil lisan, namun juga bil hal atau perbuatan. (ribas)

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2020

Exit mobile version