Gerakan Transformasi Masif Muhammadiyah
Oleh: Akhmad Faozan
Kiprah Muhammadiyah makin terasa manfaat bagi masyarakat secara luas. Muhammadiyah sebagai organisasi besar telah menjalankan tiga pilar strategis, Feeding dengan gerakan transformasi filantropisnya, tidak hanya menyantuni para mustadz’afin kaum lemah sebagai korban ketidakberuntungan terhadap kondisi lingkungan dan nasibnya, kemudian pilar Schooling (pendidikan). Disadari atau tidak, orientasi dasar dalam pengembangan sumberdaya insani secara efektif adalah melalui proses schooling ini.
Di sekolah-sekolah jenjang dasar, menengah sampai ke jenjang Perguruan Tinggi, berproses mewujudkan generasi tangguh dan cerdas. Pilar berikutnya adalah Healing (kesehatan). Inilah yang banyak orang menyebut kebutuhan dasar atau kebutuhan bagi hajat hidup pada umumnya bagi manusia Muhammadiyah telah memiliki dan menyediakannya dan Muhammadiyah mampu mengkolaborasikan tiga pilar strategis itu dengan mengkobimbinasikan beberapa bidang menjadi satu gerakan yang terpadu.
Tidak berlebihan bila Muhammadiyah pun mampu mempraktekkan beramal dengan dasar ilmiah, dan berilmu dengan orientasi untuk bertekad diamalkan. Sehingga di lapangan, perlu terus disuarakan Satu respon Muhammadiyah, One Muhammadiyah one Respon. Ketika gerakan massif Muhammadiyah dikomandani dan dikoordinasi dengan cara yang efektif, maka hasilnya pasti akan lebih bernilai dan bertendem dengan menghunjam mendalam dan akan jauh dinikmati secara luas dan maksimal.
Dalam hal ini disinyalir masih adanya gerakan dari jamaah Muhammadiyah yang tidak terkoordinir dengan maksimal, bergerak secara parsial, kelompok-kelompok, tidak mengikuti petunjuk pimpinan hasilnya dipastikan tidak akan sampai kepada target dan harapan. Saat ini kelompok-kelompok seperti ini menjadi tantangan tersendiri. Kelompok-kelompok dalam persyarikatan ini terkesan tidak mau dikoordinir, tidak mau berjamaah diyakini gerakannya tidak akan menjadi massif terasa. Padahal mereka sadar bahwa berjamaah adalah membangun kekuatan, dan kekuatan adalah ada di dalam berjamaah.
Barangkali akan sangat efektif, bila semua jamaah yang berkepentingan dengan pergerakan Muhammadiyah ini mengikrarkan dengan kalimat sami’na wa atho’na dengan jiwa besar dan keridhoaan atas himbaun oleh para pimpinan atau garis struktur pimpinan Muhammadiyah. Sebagaimana lagu Sang Surya, Ketika Sang Surya telah bersinar sebagai pertanda kehidupan dengan membawa dua konsekwensi yang berbeda, bahagia ataupun sebaliknya kesedihan, yang kemudian berprinsip hidup yang harus berlandaskan pada Syahadat.
Alhamdulillah gerbong besar yang bernama Muhammadiyah dengan gerakan masifnya berpondasikan dua kalimat syahadat yang melingkar menjadi simbol batasan nyata kehidupan dengan bingkai Islam menjadikan para jamaahnya penuh dengan kerelaan hati mengikuti dan mentaatinya. Apa jadinya Muhammadiyah ini bila jamaahnya tidak mau mengikuti petunjuk para pimpinan dan garis organisasi. Pastilah Muhammadiyah sudah gulung tikar sejak lalu.
Bila jamaah semakin arif akan dirinya, bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas jamaah muhammadiyyin maka sudah seharusnya langkah-langkah hidupnya terwarnai dengan kehidupan yang terus berseri-seri. Kehidupan dengan penampakan berseri-seri sebagaimana dalam lagu Sang Surya tersebut sebagai gambaran betapa hati bagi para jamaah di dalamnya rela menerima syariatNya, yang pasti ia akan merasakan kebahagiaan di dunia dan pastinya kelak di kampung akherat.
Maka dengan demikian akan semakin massif menjadi gelombang dasyat dalam menggerakkan masyarakat di muka bumi ini khususnya di Indonesia menjadi negeri yang baldah thoyyibah warabbun ghafur. Bagaimana tidak?, disaat masyarakatnya ditimpa dengan dirundung berbagai masalah musibah dan fitnah, dengan reaksi cepat rasa keteperpanggilannya, sense of belonging, dan emphatinya terpantik dengan follow up yang cepat berbentuk gerakan berkontribusi untuk negeri. Itulah Muhammadiyah.
Pada bidang sosial, Muhammadiyah mampu mengkolaborasikan program kesehatan, terwujudlah misi kemanusiaannya seperti Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC), Lazismu, dengan syiar yang membahana meluas seantero negeri ini di mana-mana hampir setiap kabupaten atau daerah eksisnya Muhammadiyah lewat lembaga ini. Mereka yang menjalankan misi kemanusiaan ini adalah para relawan yang sangat gigih mewujudkan misinya mewujudkan keislaman yang sebenar-benarnya dengan mobilitas sangat membantu dalam penanganan kebencanaan dan musibah.
Masih segar ingatan, apa yang disampaikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu Bapak Hajriyanto, bahwa bangsa Indonesia dengan bonus demografi yang begitu besar semestinya menjadi potensi yang besar. Apalah artinya potensi kalau tidak direalisasikan dan tidak diberdayakan. Demikian juga dengan jumlah prosentase umat Islam dengan potensi zakatnya, idealnya mampu menembus di angka triyunan rupiah. Sekali lagi bahwa itu semua sebatas potensi saja.
Dari Muhammadiyah saja mampu mengelola dana zakat dan infaq lewat LazisMu serta donasi dari beberapa titik dan momentum. Di saat momentum itu memanggil jamaah, maka sebagai jamaah muhammadiyah dengan kerelaan yang tinggi akan menyambut baik panggilan itu, karena merupakan bagian dari barometer kekuatan jamaah adalah rasa keterpanggilan atas saudaranya yang perlu diberikan kontribusi dan uluran tangan. Bisa dilihat kekuatan Muhammadiyah dari donasi yang terkumpul teruptodate sampai hari ini. Berapakah nilai donasi Muhammadiyah untuk membantu penanggulangan wabah Covid-19 selama lebih dari setahun? Nilainya sangat luar biasa, lebih dari tiga ratus milyar? Bisa dilihat disitus resmi Muhammadiyah.
Inilah kebesaran Muhammadiyah, yang terdiri dari jamaah yang terbatas kemampuannya, jamaahnya yang berlatar belakang pada umumnya di masyarakat, infaqnya hanya sebagian kecil, dominasi dari jamaah Muhammadiyah yang berasal dari kampung, tidak dominan aghniya, namun dengan kekuatan daya panggil, dengan koordinasi yang dijalankan mampu terkumpul dana segar sejumlah itu.
Dilihat dari jumlah jamaahnya, sangat jelas minoritasnya. Apabila pemberdayaannya sangat efektif akan luar biasa dampak kekuatannya. Padahal kekuatan itu baru sebatas dari salah satu unsur saja. Terkait donasi bagi ikhwan yang terkena dampak “ketidakberuntungan”, korban bencana, korban perang, wabah dan lain-lain. Apakah ini bisa menjadi stimulus untuk memantik daya fikroh alam bawah sadar bagi para jamaah? Agar ikhtiar dan upaya untuk memampukan segala misi dan visi besar Muhammadiyah dapat tercover sesuai dengan harapan dan impian founding fathers Muhammadiyah? Ataukah adanya pergeseran pergerakan Muhammadiyah?
Masyarakat luas perlu Belajar Ketulusan dari Muhammadiyah
Kekayaan dan asset Muhammadiyah dari mulai ranting sampai PP sungguh sangat besar, AUM di tingkat ranting ada AUM Pendidikan, Kesehatan, tempat ibadah, tanah wakaf, sampai tingkat Pusat semuanya diatasnamakan Muhammadiyah, bukan perseorangan. Asset bergerak maupun non bergerak yang dihasilkan lewat Muhammadiyah ini memberikan pelajaran kepada jamaahnya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa, Muhammadiyah telah mengajarkan ketulusan, keikhlasan. Tidak berpikir balas budi.
Begitu pula ada asset yang diperjuangkan Muhammadiyah, namun ditengah jalan dan pada akhirnya diakui oleh orang lain. Termasuk AUM yang tidak berkembang akhirnya mati, AUM yang seperti ini dulu diperjuangkan dengan energi, perjuangan dengan peluh dan keringat.
Muhammadiyah yang telah mewakafkan fikroh, daya nalar kebangsawanan dan nasionalisme yang tinggi oleh para pendahulu di negeri ini yang menjadikan negeri Indonesia diberikan kemerdekaan. Dipungkiri atau tidak bahwa beliau-beliau sebagai pendiri negeri ini tidak ingin dibalas jasa-jasa perjuangannya, cukup menjadi catatan sejarah yang tak akan dapat terhapus atau digantikan begitu saja. Ini pula pelajaran keikhlasan dan ketulusan.
Bahwa ketulusan dan keikhlasan adalah ajaran langit, ajaran dari syariat Islam yang pasti mendatangkan kemanfaatan yang besar bagi para jamaahnya. Keikhlasan adalah berorientasi pada keabadian amal, tidak sekedar dinikmati dampaknya di dunia, namun pelakunya akan mendapatkan imbalan setimpal kelak di akherat. Ketulusan dan keikhlasan Muhammadiyah menjadi karakternya, menjadi cirikhas dan menduplikasi kepada jamaahnya, sehingga ketika mendapatkan amanah berupa titipan infaq dan donasi bencana ya sudah seharusnya disalurkan kepada si penerima dengan sebenarnya. Sehingga ketika ada kelompok, orang yang tidak yakin akan penyalurannya bukannya meminta bukti penyaluran, tetapi dibuktikan saja kebenarannya. Wallahu a’lamu bis showab.
Akhmad Faozan, Ketua PCM Mayong Jepara, Penggerak Literasi Guru Muhammadiyah tinggal di Jepara