Jangan Kau Berikan Kebahagiaan Hanya Untuk Yang Kau Sukai
Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
Di antara manusia yang terbaik adalah manusia yang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Dia tidak saja bekerja keras untuk memberikan manfaat kepada diri sendiri dan kelompoknya. Lebih dari itu, ia mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain dengan ikhlas bahkan kepada seteru yang tidak menyukainya. Itulah kebahagiaan yang bermanfaat dan bermartabat. Terkadang ada seseorang yang berusaha memberikan kebahagian kepada orang lain tetapi bersamaan dengan itu, ia membuat penderitaan kepada yang lain dan tak segan-segan untuk menyingkirkan dengan kekuasaannya.
Bangsa Indonesia dibangun dari penderitaan demi penderitaan. Betapa banyak darah para syuhada telah tertumpah untuk negeri tercinta ini. Hingga kini kita menjadi bertanya-tanya, mengapa negeri yang besar ini, kini kita menjadi tidak berdaya dalam menghadapi gelombang ujian gaya baru yang dimunculkan oleh para penjajah dari dalam maupun dari luar. Kalau kita membaca sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Para pejuang dulu bercita-cita agar kita kelak menjadi negara besar. Kini kita bisa menyaksikan sendiri alih-alih, negeri ini bukan saja menjadi negara besar tetapi negara yang dipandang sebelah mata di dunia Internasional.
Sudah dua kali umat Islam Indonesia tidak bisa melaksanakan ibadah haji. Terlepas dari alasan-alasan dunia yang membuat kita prihatin, kini kita merasa iri dengan negeri jiran Malaysia yang tetap memberangkatkan ibadah haji untuk keluar dari himpitan permasalahan baik dari dalam atau dari luar. Kita menginginkan negeri Indonesia yang kuat dan berwibawa baik dilihat dari mata bangsa sendiri atau bangsa lain. Perjuangan inilah yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini.
Melalui tulisan ini, penulis tetap optimis dengan kebijakan-kebijakan ke depan yang akan membahagaiakan bersama, asal ada niat yang ikhlas dari pemilik kebijakan negeri ini untuk berjuang seperti yang dicontohkan para syuhada, pejuang, dan pahlawan negeri ini. Sebagai pelengkap tulisan ini, penulis sertakan puisi pendek untuk membuka mata makna sebuah cinta.
Mengingat Akhir Cinta
Jangan kau tinggalkan Tuhan
Jangan kau jauhi kebenaran
Jangan kau dekati setan
Mengingat akhir cinta adalah kecerdasan
Saatnya nanti semua dipertanggungjawabkan
Sungguh cinta adalah kebaikan
Gantilah kebencian dengan kasih sayang
Gantilah murka dengan cinta
Mari kita bersama dalam rindu dan sendu
Saatnya nanti semua dipertanggungjawabkan
Sungguh cinta adalah surga
Murka adalah neraka
Rindu adalah madu
Dendam akan menambah kelam
…..
Semua terjadi bukan karena orang di luar sana
Atau pemilik kebijakan yang sering kita anggap dosa
Tapi jawabannya ada pada hati
Karena kita masih punya dengki
Yakinlah badai pasti akan berlalu
Apabila kita bertekad dalam cinta yang satu
Mungkin sekilas puisi itu biasa-biasa saja, tetapi ada terkandung di dalamnya harapan yang luar biasa apabila kita gali dengan semangat jihad untuk menata sebuah perubahan. Mengingat akhir cinta mengandung pesan bahwa semua pasti ada akhirnya. Badai pasti akan berlalu. Begitupun dengan persoalan yang menimpa negeri ini. Bagi orang yang beriman, kita sepakat bahwa apa yang kita lakukan ingin berakhir dengan kebaikan atau dalam bahasa agama disebut husnul khotimah atau berakhir dengan baik.
Persoalan yang sedang melanda negeri ini adalah persoalan kita umat Islam. Kesalahan juga bukan ditimpakan kepada oknum yang telah berbuat kurang baik dalam menata negeri ini, mari semua ini terjadi karena kita sendiri yang telah lalai dengan keberkahan. Umat islam sudah selayaknya untuk menata diri semangat persatuan harus dibangun dari sekarang.
Semua terjadi bukan karena orang di luar sana
Atau pemilik kebijakan yang sering kita anggap dosa
Tapi jawabannya ada pada hati
Karena kita masih punya dengki
Yakinlah badai pasti akan berlalu
Apabila kita bertekad dalam cinta yang satu
Pesan puisi tersebut berupa sebuah harapan agar kita bisa bersatu dalam cinta sesama orang muslim yang beriman. Islam adalah agama yang menyayangi semua, bukan hanya bagi penganutnya saja, tetapi juga bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam atau Rahmatan Lil Alamiin. Islam tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan semua manusia untuk berpegang teguh kepada agama Allah agar mendapatkan petunjuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan melarang untuk bercerai-berai serta memusuhi manusia lainnya.
Salah satu landasan Negara Indonesia dalam menjalani kehidupan yang tidak bertentangan dengan Islam adalah Pancasila. Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan atau penyelenggaraan Negara. Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kedudukan yang istimewa dalam kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia (merupakan pokok kaidah negara yang fundamental). Masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan Pancasila sebagai pedoman lainnya.
Nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam Pancasila harus dikaji kesesuaian dengan nilai-nilai dalam Al-Qur’an agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih dan mengamalkan pedoman hidup. Dalam teori konflik adalah salah satu perspektif dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian komponen atau bagian yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, dalam komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Berdasarkan teori tersebut, dapat dilihat bahwa kehidupan masyarakat tidak akan jauh dari kata konflik sosial. Perdamaian atau kerukunan mungkin saja terjadi, namun konflik dan kerusuhan akan lebih banyak terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Namun konflik bisa disiasati dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara melihat sebab terjadinya konflik tersebut dan kemudian mencari solusi darinya. Sehingga akan mengurangi tingkat terjadinya konflik di kalangan masyarakat tersebut.
Salah satu sebab terjadinya konflik dalam keadaan bangsa atau umat Islam yang menimpa negeri ini adalah adanya sifat dengki. Antara satu golongan dengan golongan yang lain ada kedengkian yang tak kunjung usai. Apabila semua menyadari dengan semangat kebersamaan dan persatuan, maka badai pasti akan berlalu. Kita akan bersama menikmati bersama anak keturunan kita dengan kedamaian dan kemakmuran. Inilah harapan dan optimisme untuk sebuah kebahagiaan yaitu semangat persatuan atau cinta yang bersatu.
Persatuan atau cinta itu merupakan bagian dari maqaasid al-syari’ah (tujuan syariat) yang paling penting dalam Islam. Semua umat manusia yang hidup di bumi adalah satu, tidak ada perbedaan di antaranya selain ketakwaan kepada Allah. Menjaga persatuan sangat penting karena bisa melestarikan kehidupan di bumi ini. Perbedaan derajat manusia hanyalah di sisi Allah, sedangkan manusia sama sekali tidak mempunyai wewenang untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Allah SWT memandang manusia bertingkat rendah dan tinggi, hina dan mulia sesuai dengan tinggi rendahnya tingkat ketakwaan kepada-Nya. Dalam al-Qur’an, ada beberapa ayat-ayat yang berkaitan dengan persatuan, seperti terdapat dalam An-Nisaa ayat 1:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍۢ وَٰحِدَةٍۢ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًۭا كَثِيرًۭا وَنِسَآءًۭ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًۭا [٤:١]
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ayat ini menggunakan kata panggilan (ٱلنَّاسُ) yang artinya manusia. Ayat ini ditujukan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Surat ayat ini mengajak agar manusia senantiasa menjalin hubungan kasih sayang antar seluruh manusia. Walaupun dilihat dari sebab turunnya ayat ini atau asbabun Nuzul ayat ini turun di Madinah atau madaniyah yang umumnya panggilan ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tetapi demi persatuan dan kesatuan menggunakan panggilan untuk semua manusia. Ayat ini menyadarkan seluruh manusia, baik yang beriman dan tidak beriman bahwa kita sebagai manusia diciptakan dari diri yang satu, yakni nabi Adam Alaihissalam. Tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara seorang manusia dengan yang lain. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menggugah untuk kita menata negeri yang lebih baik lagi dengan semangat persatuan. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb Wa Bash shiril Mu’miniin.
Alif Sarifudin Ahmad, Ketua PDM Kota Tegal