YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Palestina sebagai sebuah bangsa dan entitas sudah ada sejak lama, dan telah menjadi bagian dari bangsa-bangsa di dunia. Bangsa ini memiliki catatan sejarah panjang, biarpun dalam perjalanannya selalu menjadi bangsa taklukan. Mulai dari taklukkan bangsa Babilonia, Yunani, Romawi, hingga bangsa Arab.
Di mata umat Islam, Palestina bukan lagi sekedar bangsa atau wilayah, tapi juga memiliki sejarah teologis yang kental. Masjid Al-Aqsa menjadi bukti kuat sebagai kiblat pertama umat Islam yang diabadikan oleh Allah di dalam QS. Al-Isra’. Sehingga tidak salah jika umat Islam di seluruh dunia memiliki rasa kepemilikan terhadap wilayah Palestina, khususnya di kota suci tempat tiga agama berada (Yerussalem) yang hingga saat ini terus menjadi pusat konflik antara Palestina dengan Israel.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa keperpihakan bangsa Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina setidaknya dilatarbelakangi oleh nasib yang sama, yaitu sebagai bangsa yang pernah dijajah dan terjajah. Persamaan inilah yang akhirnya medorong para founding father bangsa Indonesia untuk mencetuskan dasar negara, dimana dalam salah satu alineanya menyebutkan bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
“Penjajahan adalah perbuatan nista yang merenggut banyak hal dari manusia dan kemanusiaan,” ujar Haedar dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema “Solusi Komprehensif Masalah Israel dan Palestina” (11/6).
Konflik antara Palestina dengan Israel merupakan salah satu problem kemanusiaan global. Sehingga pembelaan terhadap nasib bangsa Palestina yang tertindas menjadi sangat penting karena penderitaan panjang atas nama penjajahan tidak boleh dibiarkan. (diko)