Dedikasi Kader: Kampus Muhammadiyah Menjadi Pilihan Utama
Masa masa memilih kampus, tentu menjadi hal yang tidak mudah. Banyak pertimbangan dilakukan, baik terkait akreditasi kampus, prodi, jurusan pilihan ataupun favorit serta peminatan.
Muhammad Ghazy Alif Haidar yang sejak SMP dan SMA bersekolah di Muhammadiyah, tepatnya di SMP Muhammadiyah Purworejo dan SMA Trensains Muhammadiyah Sragen memilih untuk kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebagai pilihan utama dan pertama. Bukan kuliah di Muhammadiyah karena tidak diterima di kampus pilihan pertama. Tetapi memang hanya mendaftar di Muhammadiyah.
Selama pembelajaran daring di rumah, banyak waktu yang berharga untuk kami berdiskusi. Pandemi covid 19 menjadi ibrah yang berharga bagi keluarga kami yang anaknya di pondok pesantren. Saat saat merindukan bertemu anak, Allah obati di masa ini, bahkan berbulan-bulan waktu yang diberikan. Di saat seperti itulah diskusi tentang masa depan anak bisa dilakukan lebih intens. Termasuk rencana memilih kampus dan jurusannya. Ketika ditanyakan tentang jurusan yang dipilih, yaitu Teknik informatika. Hal ini tentu saja kami tindaklanjuti dan test psikologi bakat dan minat, ternyata hasil test memang mencerminkan minatnya. Kemudian langkah berikutnya adalah memilih kampus terbaik.
Langkah untuk memilih kampus pilihan, apa yang dilakukannya, yaitu dengan membrowsing kampus dengan jurusan informatika, kemudian melihat daftar mata kuliah, deskripsi mata kuliah,daftar dosen dan juga akreditasi. Dia hadirkan itu di monitor komputernya dan mengatakan : Ibu bisa melihat di sini, dari sekian banyak yang kutemukan kampus Muhammadiyah ini tetap paling baik. Akreditasi A, nama mata kuliah dan deskripsi makulnya juga keren, dosennya juga bagus. Aku akan menjadikan ini sebagai pilihan utama dan pertama.
Sebagai orang tua, tentunya sebagaimana layaknya orang tua yang lain menginginkan anaknya ikut seleksi di perguruan tinggi negeri, tetapi apa jawabannya: Apakah ibu tidak yakin dengan kampus Muhammadiyah? Apakah Ibu tidak percaya. Bukankah selama ini Ibu yang mengajarkan kepadaku Berbanggalah dengan Muhammadiyah? Pertanyaan itu terdengar seperti palu yang bertubi-tubi menghunjam hati terdalam. Pertanyaan seorang anak yang menyadarkan keegoan hati orang tua. Ruh Bermuhammadiyah yang selama ini ditanamkan ternyata sudah menghunjam di kalbunya. Dan inilah babak awal di usianya yang ke 17 untuk menentukan pilihan masa depannya
Memilih kuliah bukan hal yang sederhana, bahkan akan terasa rumit bagi sebagian besar orang. Dan memilih kampus Muhammadiyah menjadi tujuan pertama dan utama adalah bagian dari dedikasi seorang kader. Bagaimana kebanggaan dan kepercayaannya pada Muhammadiyah, sehingga untuk masa depannya pun dia pilih untuk terdidik di Muhammadiyah. Tidak ada rasa minder sedikitpun, bahkan kebanggaan yang akan muncul. Kenapa bangga, karena bisa berkuliah di tempat sendiri, yang selama ini dipenuhi oleh sebagian besar keluarga keluarga dari kader yang lain. Ketika mereka begitu percaya dengan kuliah di Muhammadiyah, masihkah kita ragu? Begitu pertanyaan si sulung.
Sebagai orang tua, saatnya kita bersyukur, jika anak anak kita sudah mampu mengambil keputusan, salah satunya terkait kampus untuk meraih masa depan. Pintu kesuksesan tidak hanya satu, terbuka banyak pintu yang lain. Pastikan apa yang dilakukan adalah bagian dari dedikasi sebagai seorang kader, jadilah apa saja dan kembalilah pada Muhammadiyah.
Sesuai pesan Kyai Haji Ahmad Dahlan Sang Pendiri Muhammadiyah
Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
Selama bersekolah,memang si sulung ini aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Hizbul Wathan serta di komunitas Desain. Selain itu sejak di TK sering mengikuti lomba dan meraih juara Tahfidz. Sehingga ghirohnya untuk tetap berkutat di pendidikan Muhammadiyah adalah merupakan kado indah bagi kami. Pengkaderan ini harus dimulai dari keluarga, siapa lagi yang akan memberikan kader kepada Muhammadiyah jika bukan kita.
Fastabiqul khairaat
Nur Ngazizah, Ketua PDNA Purworejo