MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Riuh tepuk tangan seketika datang dari para hadirin Milad Ke-58, Wisuda Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Saat itu, Wakil Rektor II Unismuh, Dr. Andi Sukri Syamsuri menyebut nama Muh. Al-Aswar Rusman, sebagai Wisudawan Beprestasi Unismuh Tahun 2021, Rabu 16 Juni 2021.
Perasaan bangga, deg-degan, serta haru, sangat jelas terasa dari Aswar, ketika ia menyampaikan pidatonya. Dengan suara yang bergetar, ia menghaturkan kesyukuran dan terima kasihnya kepada orang-orang yang berjasa dalam hidupnya, terutama selama menempuh kuliah di Kampus Biru ini.
Laki-laki berwajah tirus ini juga menyebut, IPK bukanlah segalanya. Ia sadar betul, kapasitas, kapabilitas, dan integritas untuk terus berkarya dan terus meberi manfaat bagi setiap orang juga harus dihadirkan dalam setiap diri, terlebih bagi mahasiswa.
“IPK tinggi, lulus tepat waktu, bukanlah sebagai penentu kesuksesan setiap alumni, namun ikhtiar, kerja keras, dan tawakkallah kunci utamanya,” begitu kata Aswar dalam pidato sebagai Wisudawan terbaik sehari sebelumnya, Selasa, 15 Juni 2021.
Alumni yang berasal dari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unismuh ini didapuk sebagai lulusan terbaik dalam Surat Keputusan Rektor Unismuh Makassar Nomor 267 Tahun 1441 H/ 2021 M.
Aswar dipilih setelah dinlilai oleh tim yang menekankan aspek pemahaman Al-Islam Ke-Muhammadiyahan (AIK), baca tulis alquran, prestasi akademik, organisasi perguruan tinggi, dan kemahasiswaan.
Tidak ada yang menyangsikan laki-laki kelahiran Bone-Bone, Luwu Utara, 20 Oktober 1997 ini didapuk sebagai Lulusan Tebaik Unismuh. Bagaimana tidak, semasa kuliah, Aswar memang dikenal sebagai pembelajar yang tekun.
Tapi, Aswar tidak hanya di dalam kelas melulu. Aswar dikenal sebagai Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Komisariat (Pikom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Pertanian periode 2019—2020. Ia mengaku, sejak mahasiwa baru, tempat belajar favoritnya adalah sekretariat IMM.
“Saya berupaya untuk mewujudkan prinsip IMM, tertib ibadah, anggun dalam moral, sukses studi, dan unggul dalam organisasi,” kata Aswar dengan pasti.
Tidak hanya di IMM, Aswar juga tergabung dalam Lembaga Kreatifitas Ilmiah Mahaiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) Unismuh Makassar. Bersama unit kegiatan mahasiswa kampus inilah, ia menjadi aktor yang mengharumkan nama Kampus Biru.
Aswar merupakan Semifinalis LKTIN Agrixplosion yang dihelat di Universitas Sebelas Maret Suarabaya Tahun 2019. Ia juga pernah meraih predikat Best Presntation dalam ajang Tracival yang dihelat oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun 2019.
Ada kisah lain yang tidak kalah membanggakan dari Instruktur IMM ini. Tidak banyak yang tahu, selama kuliah, Aswar pernah menjadi kuli bangunan. “Demi meringankan beban orang tua, saya pikir, saya memang harus bekerja, sambil kuliah,” tegas Aswar.
Menariknya, Aswar menjadi kuli di proyek pembangunan kampus perkuliahan Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar. “Waktu itu tahun 2018. Saya harus masuk bekerja pukul 8 pagi, di sana,” beber dia dengan pandangan sejurus. Bahkan, tidak hanya jadi kuli, ia juga pernah bekerja di tempat fotokopi.
Saat membangun Ma’had Al-Birr, Aswar mendapatkan upah Rp75000 perhari. Ia bersyukur, karena dari hasil jerih payahnya itu, ia bisa membayar kamar kosnya sendiri.
“Setelah tidak lagi menjabat di pikom, saya memang harus cari kos. Alhamdulillah, saya bisa bayar sendiri. Tapi, sayangnya, saya sempat sakit, dan berhenti kerja,” kata Aswar.
Saat ditanyai rencana masa depan, alumni yang menempuh waktu kuliah selama 4 tahun 4 bulan dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,93 ini, membeberkan cita-citanya.
Ternyata, Aswar tinggal menunggu waktu untuk terbang ke Jepang. Ia mengikuti program Kementerian Pertanian RI yang saban tahun mengirim petani-petani milenial Indonesia untuk belajar teknologi di Negeri Sakura.
“Saya upayakan juga untuk kuliah di sana. Kalau tidak, di dalam negeri, saya bercita-cita masuk ke Agribisnis UGM,” harap Aswar.
Aswar mengaku sudah memantapkan hatinya untuk mengabdikan diri pada bidang pertanian. Bagaimana tidak, ia lahir dan tumbuh besar di dan dari petani.
Terlebih saat menerima kenyataan pahit bahwa usaha ayahnya di bidang perkebunan kelapa sawit harus gulung tikar.
“Dari situ, saya memang tertarik untuk belajar agribisnis. Sampai sekarang bapak saya tidak punya lahan. Ia hanya garap punya orang. Itulah yang membuat saya bertekad, saya harus SP (Sarjana Pertanian), karena bapak saya Cuma SD,” ungkap Aswar.
Begitulah kisah Muh. Al-Aswar Rusman, wisudawan terbaik Unismuh Makassar yang sempat hanya bersepeda untuk mencapai kampus selama kuliah. Semoga ini bisa menjadi motivasi untuk berbulat tekad danterus belajar tanpa kenal lelah. (Fikar)