Agenda Pimpinan Muhammadiyah Ke Depan

Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng jakarta

Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta

Agenda Pimpinan Muhammadiyah ke Depan

Oleh Prof DR KH Haedar Nashir, M.Si.

Alhamdulillah Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menyelenggatakan Tanwir di Bengkulu dengan lancar dan sukses. Menuju Muktamar di Surakarta  tahun 2020 terdapat rentang waktu sekitar satu setengah tahun, setelah itu diikuti dengan Musywil, Musyda, Musycab, dan Musyran secara berkelanjutan. Karenanya pasca Tanwir Bengkulu ini seluruh anggota dan peserta yang mewakili pimpinan di setiap tingkatan memantapkan komitmen untuk menjalankan amanat, program, kebijakan, dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab masing-masing secara kolektif dan tersistem untuk menjadikan Muhammadiyah ke depan semakin berkemajuan.

Jika dibaca keputusan Muktamar 2015 betapa banyak program yang harus dijalankan oleh para pimpinan Muhammadiyah dengan frekuensi yang tinggi. Bagaimana agar program dan kegiatan Muhammadiyah dalam waktu satu setemgah tahun ke depan dapat dilaksanakan secara akseleratif sebagai wujud pertanggungjawaban pimpinan pada organisasi. Program di bidang tarjih, tabligh, pustaka dan informasi, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi dan kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat, dan seluruh program lainnya yang jumlahnya 6 program umum dan 21 program perbidang mesti dilaksanakan secara tuntas dan optimal.

Jika dinaikkan tingkatannya secara kualitas, sejumlah program unggulan penting untuk diprioritaskan, yang dapat membawa kemajuan Muhammadiyah secara lebih signifikan. Dihadapkan pada persaingan dengan organisasi lain dan tantangan ke depan maka menggarap amal usaha, program, dan kegiatan unggulan sungguh merupakan keniscayaan bagi Muhammadiyah. Apabila semua pimpinan benar-benar serius pun dalam menjalankan mandat Muktamar, tampaknya tidak mencukupi untuk dijalankan selama satu periode. Apakagi jika amanat oraganisasi yang berat tersebut sekadar ditunaikan secara minimalis, serta perhatian para pimpinan teralihkan oleh hal-hal yang lain. Dengan demikian betapa berat tanggungjawab  para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting, sehingga sebenarnya tidak ada kesempatan untuk berwaktu-luang jika ingin menjadikan Muhammadiyah berkemajuan pada periode ini.

Agenda Ke Depan

Kini Muhammadiyah memasuki abad kedua dan tidak lama lagi sekitar satu tahun setengah akan bermuktamar ke-48 tahun 2020 di Surakarta. Bagaimana para anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinannya di seluruh tingkatan dan lini organisasi selain mempertahankan keberhasilan yang telah diraih, pada saat yang sama menjadikan Muhammadiyah dengan segala usahanya menjadi gerakan yang unggul-berkemajuan secara lebih menggembirakan dan membanggakan. Pada waktu yang bersamaan para pimpinan Muhammadiyah juga dihadapkan pada masalah dan tantangan yang semakin kompleks yang dihadapi gerakan Islam ini, termasuk di internal Persyarikatan sendiri dan yang menyangkut keberadaan organisasi ini.

Dalam beberapa kajian internal selain diperoleh data yang menggembirakan mengenai perkembangan Cabang dan Ranting dengan kegiatannya, bersamaan dengan itu terdapat hal atau keadaan yang perlu memperoleh perhatian sangat serius oleh para pimpinan di lingkungan Persyarikatan. Jumlah anggota Muhammadiyah yang cenderung stagnan, sebagian amal usaha yang cenderung menyusut jumlahnya di samping masalah kualitas, kegiatan jamaah di tingkat bawah yang kurang hidup, pengelolaan organisasi yang seadanya, konflik dalam pengelolaan amal usaha, dan masalah  lainnya.

Dalam temuan Nakamura terakhir (2010) antara lain hilang atau menurunnya etos pimpinan Muhammadiyah yang berani mengambil resiko dan berkhidmat tanpa pamrih, banyak orang Muhammadiyah tidak mau berubah, kecenderungan sikap puritan yang ekslusif karena sebagian masih terfokus pada gerakan TBC (anti tahayul, bid’ah, dan churafat), sehingga dalam 40 tahun itu selain ada kemajuan juga kemunduran atau regresi. Secara umum Nakamura mengkiritik melemahnya ideologi pembaruan di Muhammadiyah.

Kini seiring dengan berjalannya waktu dan proses perubahan sosial yang cepat dan masif, jika diamati terdapat kecenderungan bahwa basis komunitas Muhammadiyah mulai longgar atau abu-abu. Masyarakat kota dan kelas menengah ke atas yang dulu menjadi basis gerakan dan komunitas Muhammadiyah mulai lepas dari genggaman gerakan Islam ini. Di sejumlah area bahkan mulai kehilangan pengaruh dan daya jelajah dakwah dan pergerakannya.

Organisasi-organisasi keagamaan lain mulai masuk dan merambah dengan progresif, sampai batas tertentu mengambil alih peran Muhammadiyah. Kelompok komunitas baru pun lahir di sekitar Muhammadiyah baik di tingkat bawah dan menengah maupun atas, yang mungkin banyak tidak tergarap dakwah Muhammadiyah. Kelompok Islam yang dulu tradisional bahkan masuk ke perkotaan dan diterima dalam struktur sosial kelas menengah ke atas, pemikiran keislamannya pun jauh lebih maju dan sampai batas tertentu cenderung progresif dan inklusif sebagaimana Muhammadiyah generasi awal di era Kyai Dahlan.

Pertanyaannya apakah dakwah dan pergerakan Muhammadiyah saat ini masih memiliki tempat spesial di kalangan komunitas sosial lama maupun baru? Misalnya di berbagai komunitas masyarakat kota besar dan metropolitan, di samping di pedesaan dan daerah-daerah terpencil dan terjauh? Begitu pula pada generasi baru yang lahir dalam kultur media sosial dan generasi milenial? Mampukah Muhammadiyah berfastabiqul-khairat secara lebih unggul dengan gerakan Islam lain maupun gerakan keagamaan lainnya di negeri ini yang dalam sejumlah aspek mereka lebih maju?

Muhammadiyah wajib hadir di tengah dinamika sosial baru dengan menampilkan alternatif gerakan dakwah yang berkemajuan. Muhammadiyah jangan sampai mengalami stagnasi (kejumudan) atau involusi (jalan di tempat), ketika pergerakan keagamaan lain mengalami transformasi sosial baru. Di sinilah pentingnya kehadiran yang dinamis dari Majelis Tabligh, Tarjih, Majelis Pendidikan, organisasi otonom, dan seluruh institusi Muhammadiyah yang semuanya bermisi dakwah dalam menghadapi realitas sosial baru dan masyarajat yang tengah berubah dengan cepat di awal abad kedua pergerakannya.

Dakwah Komunitas yang menjadi amanat dan agenda penting dalam Muhammadiyah periode 2015-2020 memerlukan penanganan serius dan terprogram secara masif. Diakui sampai sekarang belum tampak gerakan Dakwah Komunitas tersebut menjadi perhatian dan  prioritas di lingkungan Persyarikatan. Padahal program tersebut sangat penting dan strategis untuk dilaksanakan dalam mengembalikan dan memperluas daya jangkau dakwah Muhammadiyah ke berbagai segmen atau lingkungan sosial yang heterogen di tengah arus perubahan sosial dan fungsi dominan mesia sosial saat ini.

Gerakan ke masyarakat di kota maupun desa serta daerah terjauh harus menjadi fokus pengembangan Muhammadiyah jika ingin tetap mengakar di  negeri ini. Jangan terus berwacana dan sibuk dengan mengusung isu organisasi lain lebih maju, misi agama lain masif, dan kita merasa ketinggalan jika tidak diberangi dengan kesungguhan menjalankan usaha-usaha Muhammadiyah secara optimal. Kadang mau merumuskan satu konsep atau pemikiran saja tidak tertunaikan, sementara reaksi atas masalah yang terjadi sering begiturupa tinggi tanpa memberikan pemikiran alternatif dari Muhammadiyah. Lebih-lebih di tahun politik yang prosesnya memakan waktu tujuh bulan dan segala sesuatunya boleh jadi sampai satu tahun, manakala tidak proporsional dan menjaga keseimbangan kemungkinan yang dijadikan diskusi dan bahan perhatian hanyalah isu-isu politi belaka, yang tidak jarang sangat parsial dan tidak produktif serta sampai batas tertentu menguras emosi dan energi yang melelahkan.

Bersamaan dengan itu pada fase tiga tahun berjalan, Muhammadiyah secara internal juga memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan. Di sejumlah wilayah masih terdapat daerah, cabang, dan ranting yang tidak sepenuhnya aktif yang memerlukan penguatan. Program dakwah komunitas, termasuk di tingkat jamaah, masih belum terlaksana sebagaimana mestinya. Semua masjid masih belum terkelola dan dimakmurkan dengan sebaik-baiknya. Warga dan umat yang heterogen dengan berbagai masalahnya belum sepenuhnya tergarap oleh dakwah Muhammadiyah, baik di perkotaan maupun pedesaan dan daerah terjauh di seluruh kepulauan Indonesia.

Tanggungjawab Pimpinan

Kini merupakan saat yang tepat jika pada dan setelah Tanwir Bengkulu setiap anggota pimpinan dan siapapun yang mendapat amanat dari Persyarikatan meneraca seberapa jauh kontribusi dalam menjalankan program dan kegiatan yang diamanatkan Muktamar sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan pada organisasi. Bagaimana memikirkan dan mengerjakan amanat Persyarikatan yang lebih serius dan optimal tanpa terpecah pada perhatian lain? Memang berkhidmat di Muhammadiyah merupakan kesukarelaaan yang tidak ada paksaan di dalamnya, tetapi komitmen selaku pimpinan selalu menuntut pertanggungjawaban dalam menjalankan amanat organisasi. Jika bukan pimpinan yang menunjukkan pengkhidmatan, lantas siapa yang akan melakukan?

Posisikan dan perankan diri para pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan sebagaimana menjadi pemimpin dati Organisasi Dakwah dan Organisasi Kemasyarakatan secara semestinya. Meski Indonesia sedang berada di tahun politik 2019 dan warga Muhammadiyah harus mengambil bagian dalam kehidupan politik kebangsaan, tetapi jangan melalaikan tugas dan tanggungjawab mengurus Muhammadiyah sesuai amanat Muktamar ke-47.

Sungguh masih banyak usaha dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan maupun masalah dan pekerjaan rumah Muhammadiyah yang harus ditunaikan dan diurus secara optimal oleh seluruh pimpinan Persyarikatan di semua tingkatan dalam sisa waktu yang tidak terlalu lama ini. Dengan mengingat urusan dan agenda Muhammadiyah yang demikian banyak dan krusial yang menuntut pengerahan segenap kekuatan, maka rasanya waktu yang tersedia sangatlah tidak mencukupi untuk dimanfaatkan mengurus dan memajukan Muhammadiyah. Di sinilah pentingnya mengoptimalkan komitmen dan tanggungjawab oleh seluruh pimpinan Muhammadiyah dalam membawa gerakan Islam ini benar-benar menjad unggul berkemajuan.

Para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting bersama segenap pengurus Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, dan Amal Usaha sungguh mulia ketika bersedia menjadi penerus perjuangan Kyai Haji Ahmad Danlan dalam berkhidmat mengurus Gerakan Islam ini. Tanggungjawab mengurus Muhammadiyah sama dengan mengikuti perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dalam mendakwahkan Islam untuk membangun peradaban utama.

Pesan Kyai Dahlan sangatlah tegas, “agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.”. Pendiri Muhammadiyah itu bahkan menyampaikan wasiat ruhaniah (Mulkhan, 2004), “Aku berpesan hendaklah engkau sekalian bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh kebijaksanaan, penuh kehati-hatian serta senantiasa waspada di dalam menggerakkan Muhammadiyah dan dalam mengerahkan tenaga umat. Janganlah engkau menganggap masalah ini sebagai persoalan kecil dan sepele, persoalan Muhammadiyah adalah masalah besar. Siapa saja yang mengindahkan pesanku adalah pertanda orang yang tetap mencintai aku dan Muhammadiyah”!

Sumber: Majalah SM Edisi 5 Tahun 2019

Exit mobile version