YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Untuk mengurangi peningkatan kasus positif Covid-19 pasca libur lebaran tahun 2021 dan bahkan memutus mata rantai penularannya, maka harus ditempuh berbagai upaya salah satunya adalah isolasi mandiri bagi mereka yang tidak bergejala (OTG) maupun bergejala tapi ringan yang mayoritas dialami oleh warga masyarakat.
Mereka yang OTG maupun bergejala ringan ini jika menjalani perawatan di rumah sakit maka akan menambah keterisian ruang perawatan, namun jika isolasi di rumah akan meningkatkan resiko penularan karena bercampur dengan anggota keluarga yang sehat dalam satu tempat. Oleh karena itu mereka lebih baik isolasi mandiri (isoman) di tempat khusus atau shelter.
Namun shelter Covid-19 bagi sebagian warga masyarakat belum menjadi pilihan pertama untuk isoman, masih banyak lebih memilih di rumah dengan berbagai alasan. Padahal isoman di shelter selain lebih aman, ketersediaan tenaga medis untuk layanan kesehatan juga lebih terjamin.
Seperti disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, Totok Sudarto yang saat ini sedang menjalani isolasi di shelter Gose, RS PKU Muhammadiyah Bantul bersama sang istri karena positif Covid-19 dengan gejala ringan. Totok Sudarto berbagi cerita seputar isolasi yang dijalaninya.
Totok Sudarto mengatakan dia terkena Covid-19 berawal dari anaknya, “Anak saya itu terkena Covid pada hari Senin (14/06 – red) kemarin yaitu di kantornya. Senin itu juga saya mulai flu, Selasanya periksa dan tidak pulang langsung di shelter ini. Saya akan tunjukkan kepada masyarakat bahwa di shelter itu tidak menakutkan, saling mendukung dan memberi motivasi antara satu dengan yang lain. Sedangkan apabila di rumah itu pikiran akan macem-macem kita tidak yakin,” ungkapnya.
Berdasarkan yang dialaminya di shelter maka Totok Sudarto memberi himbauan kepada warga masyarakat. “Oleh karena itu kepada saudara-saudaraku baik itu OTG maupun yang kerasa-kerasa sedikit, jangan takutlah di shelter. Sekarang banyak sekali tempat-tempat seperti ini, jadi bagi yang sakit, terpapar kami undang untuk di shelter,” ujar Totok Sudarto.
Rahmawati Husein, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah yang saat ini juga sedang terpapar Covid-19 dan menjalani isoman di Unires, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memaparkan beberapa kekhawatiran yang dialami warga masyarakat tentang isoman.
“Kekhawatiran yang biasa ditemui itu takutnya kemudian parah, tidak bisa berhubungan dengan keluarga, tidak bisa terdukung keluarga, banyak faktornya. Padahal di shelter itu ada tim kesehatan yang 24 jam memantau, tidak seperti dirumah. Di shelter juga memutus mata rantai karena tidak semua orang bisa masuk, berbeda dengan di rumah. Resikonya tinggi jika isoman di rumah,” kata Rahmawati Husein.
Rahmawati Husein menambahkan isoman di shelter cocok untuk karakter masyarakat. “Karena kedisiplinan masyarakat Indonesia itu tidak sama dengan negara-negara lain yang memang disana tidak disarankan di shelter, tapi orang-orangnya disiplin, keluar juga sangat ketat dan mereka betul-betul mengisolasi diri sendiri. Di Indonesia merasa badannya enak, jalan-jalan atau tetap pergi berbelanja, makan,” ungkapnya.
Disamping itu menurut Rahmawati, kita juga tidak punya kemampuan memonitor diri sendiri, akan berbahaya bagi yang bergejala untuk isoman di rumah. “Ketika kita tidak memiliki kemampuan memahami fisik kita, klinis kita akan berbahaya jika kita dirumah apalagi yang bergejala. Karena saya bergejala, saya memutuskan untuk di shelter,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan RI, dokter Eka Yusuf Singka dalam keterangannya mengatakan agar mereka yang sedang menjalani isoman di shelter untuk tidak berkecil hati. “Jangan pernah terlalu down dengan kondisi ini, tapi segeralah untuk memantapkan jiwa, banyak-banyak berdoa dan protap untuk isolasi mandiri dijalankan dengan sebaik-baiknya,” katanya.
Dokter Eka Yusuf Singka juga menyambut baik upaya Muhammadiyah menginisiasi shelter-shelter isolasi Covid-19. “Ini merupakan salah satu terobosan bahwa Muhammadiyah itu hadir ditengah-tengah situasi seperti ini dengan inovasi yang bagus, bukan hanya untuk Muhammadiyah namun juga untuk masyarakat di sekitarnya,” pungkasnya. (Budi Santoso)