Al-Haqq, Allah Yang Maha Benar
Allah adalah Al-Haqq, Sang Maha Benar. Dalam al-Qur’an, kata al-haqq (dalam bentuk makrifah) terulang 187 kali, namun hanya 10 kali yang muncul sebagai nama indah atau bagian dari nama indah Allah. Lima kali Allah disebut sebagai Al-Haqq [al-Kahf: 44; al-Hajj: 6, 62; an-Nur: 25; Luqman: 30], dua kali disebut Al-Malik al-Haqq (Maharaja yang sebenarnya), dua kali disebut Mawlâhum al-Haqq (Penguasa/Pelindung mereka yang sebenarnya), dan satu kali disebut Rabbukum al-Haqq (Tuhanmu yang sebenarnya). Kata al-haqq sendiri digunakan di al-Qur’an dalam beragam arti, di antaranya: kebenaran, keadilan, kitabullah, agama (dinullah), kebangkitan di akhirat, pembalasan amal, berita atau kisah yang benar, ucapan yang benar, dan hak.
Allah adalah al-Haqq, sehingga segala yang disembah selain-Nya adalah al-bâthil (yang batil).
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Demikianlah (kuasa Allah) karena sesungguhnya Allah Dialah Al-Haqq (Tuhan Yang Haqq), dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah adalah (sembahan) yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi Maha Besar.” (al-Hajj: 62; Luqman: 30).
Karena Allah adalah Sang Maha Benar, manusia hanya dibenarkan untuk menghamba kepada-Nya. Penghambaan kepada selain-Nya adalah salah. Sehingga, ajaran ketundukan hanya kepada-Nya (tauhid) disebut sebagai ajaran yang benar (al-haqq atau dîn al-haqq), sedangkan kesyirikan disebut sebagai kebatilan (al-bâthil).
Allah adalah Sang Maha Benar, sehingga semua yang berasal dari-Nya adalah benar, dan semua kebenaran bersumber dari-Nya. Wahyu suci (al-Qur’an dan yang sebelumnya) adalah kebenaran (al-haqq) yang berasal dari Allah, sehingga orang yang beriman akan mengikutinya dan tidak akan sekali-kali meragukannya. “Kebenaran itu dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu.” (al-Baqarah: 147; Ali ‘Imran: 60).
Allah itu Sang Maha Benar, sehingga Allah hanya memihak, membela, menguatkan, menolong dan melindungi ajaran kebenaran dan para pengikutnya. “Dan Allah menghendaki untuk mengukuhkan yang benar dengan firman-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir; agar Allah dapat mengukuhkan yang benar dan membatalkan yang batil walaupun para pendosa tidak menyukainya.” (al-Anfal: 7-8).
Karena Allah adalah Sang Maha Benar, manusia dilarang untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang Allah. “Wahai Ahlul Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan tentang Allah kecuali yang benar.” (an-Nisa’: 171).
Izza Rohman, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PWM DKI Jakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 12 Tahun 2019