Haedar Nashir: 9 Karakter Muhammadiyah untuk Hadapi Tantangan Global

MALANG, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. KH Haedar Nashir, M.Si mengatakan ada beberapa tantangan berat gerakan Muhammadiyah saat ini dan masa datang. Tantangan utama terletak pada perkembangan teknologi. Perkembangan itu akhirnya ikut memengaruhi gerak dinamika organisasi.

Hal demikian dikatakan Haedar saat memberikan sambutan pada acara Silaturrahim dan Musypimda (Musyawarah Pimpinan Daerah) II Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang (20/6/21). Acara yang diadakan di Rayz UMM Hotel, Malang tersebut juga sekaligus penyerahan perpanjangan Surat Keputusan (SK) kepengurusan hingga tahun 2022.

Haedar mengatakan, teknologi mengubah banyak hal, “Hal pertama yang penting terkait dengan media sosial. Itu juga memengaruhi dakwah Muhamadiyah. Medsos harus menjadi upaya wasilah pergerakan, memberi sinar umat dan bangsa secara universal. Kita tinggal memilih akan menjadi subjek atau objek. Salah memilih membuat pondasi gerakan menjadi rapuh”

Saat ini Muhammadiyah juga dihadapkan pada realitas paham keagamaan. Umat Islam berproses demokratis dalam merespon kehidupan. Maka muncul banyak paham. Bahkan paham esktrim kanan dan ekstrim kiri. Semua itu bersentuhan di sana sini termasuk di Muhammadiyah.

“Tantangan lain itu multikulturalisme. Misal, soal HAM, demokrasi, toleransi. Ini realitas kehidupan modern yang akan dihadapi Muhammadiyah. Dulu Barat belajar ke Islam. Sekarang sebaliknya. Tentu ada nilai yang sejalan dan tidak. Inilah realitas global, “katanya lebih lanjut.

Itu belum termasuk geopolitik yang cenderung ke Asia Timur. Kecenderungan ini tentu bermuatan ekonomi dan politik. Hal itu membawa misi dan muatan pada budaya dan ekonomi bangsa Indonesia. Sekeras apapun berteriak, ekspansi tersebut tak mudah dicegah. Warga Muhammadiyah sebaiknya sadar akan hal ini pula.

Guru Besar Sosiologi itu juga mengingatkan adanya dinamika internal di Muhammadiyah. Ini pekerjaan rumah agar warga dan pimpinan meneguhkan dan bertumpu pada nilai-nilai gerakan. Jika tidak gerakan ini akan terombang-ambing.

“Muhammadiyah yang kuat akan membuat kita punya daya tawar kuat. Muhammadiyah tidak mudah dipengaruhi. Sistem kita harus kuat. Agar orang-orangnya juga punya marwah dan disegani serta tak terombang-ambing oleh keadaan, “tandasnya.

Haedar kemudian mengingatkan kembali sifat karakter bermuhammadiyah; (1) berpaham Islam berkemajuan, (2) bermisi dakwah dan tajdid (pembaruan), (3) berideologi moderat, (4) bersistem organisasi modern dan berjaringan luas, (5) beramal usaha yang berkeunggulan dijiwai dengan amal, (6) berperanaktif memajukan umat dan bangsa, (7) berwawasan kesemestaan, (8) berkarakter tidak berpolitik praktis, dan (9) dapat menjadi teladan.

Kapitalisasi Jaringan

Dalam kesempatan itu, Ketua PWM Jawa Timur, Dr. Saad Ibrahim berpesan untuk memperkuat kapitalisasi jaringan. Yakni dengan memperkuat gerakan amal usaha. Bisa dilakukan dengan profit oriented. Semua dilakukan untuk membangun gerakan yang lebih mandiri dan berkemajuan. Ia mencontohkan PDM Lamongan, Lumajang dan Bojonegoro yang punya SPBU untuk menopang gerakan Muhammadiyah.

Sejalan dengan Saad, Dr. Mursidi, MM (ketua PDM Kabupaten Malang) mengungkapkan bahwa organisasi ini harus tetap dibangun dengan modal sosial yakni amanah dan kerja ikhlas. Tanpa itu semua, mengurus gerakan Muhammadiyah akan terasa berat. Organisasi Muhammadiyah dibangun dan dikembangkan dengan semangat kerja ikhlas dan amanah itu. Maka sampai sekarang tetap eksis.

Silaturrahim dan Musypimda II PDM Kabupaten Malang dilaksanakan secara luring dan daring. Peserta yang hadir meliputi pimpinan PDM, Majelis dan Lembaga, PCM, Ortom dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). (Nurudin/Riz)

Exit mobile version