Muhammadiyah Kebal dari Intervensi Kekuasaan, Ini 3 Alasannya

Muhammadiyah Kebal dari Intervensi Kekuasaan, Ini 3 Alasannya

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Persyarikatan Muhammadiyah telah berkiprah lebih dari satu abad dan eksis sebelum berdirinya Indonesia. Beragam dinamika sejak zaman kolonial hingga lintas rezim yang berkuasa hingga saat ini Muhammadiyah tidak luput dari perhatian.

Cendekiawan Muslim dan sejarawan terkemuka Prof Azyumardi Azra, CBE menyebut sejak masa Orde Baru sampai sekarang, lingkaran rezim penguasa hampir selalu berusaha mengintervensi dan merekayasa proses, substansi, dan hasil muktamar atau kongres atau munas/mubes ormas, perserikatan/perhimpunan dan parpol untuk kepentingan statu quo kekuasaan.

“Muhammadiyah, di masa silam, bukan tidak pernah menghadapi manuver intervensi dan rekayasa rezim. Tetapi, usaha itu gagal karena beberapa faktor. Pertama, Muhammadiyah sangat solid, tidak ada friksi signifikan yang bisa membuat perserikatan retak dan pecah. Kedua, pimpinan Muhammadiyah umumnya lebih imun dari godaan politik yang bisa memecah belah. Ketiga, pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah, khususnya Pimpinan Pusat, dipilih berdasarkan usulan dari bawah, yang kemudian disortir dan dipilih 13 formatur dalam Muktamar. Mekanisme ini membuat sulitnya intervensi dan rekayasa kekuasaan politik tertentu,” ungkap Azyumardi Azra kutip Media Indonesia.

Komentar Azra ini menanggapi pernyataan Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas yang mengatakan bukan tidak mungkin Muktamar Muhammadiyah mendatang akan direkayasa.

“Tidak mustahil Muktamar Muhamadiyah yang akan datang pun juga sedang dalam proses untuk direkayasa. Tidak mustahil karena sebelumnya juga sudah terjadi di organisasi lain,” ucap Busyro dalam diskusi daring Agenda Mendesak Penguatan KPK yang digelar Fisipol UMY, Sabtu (19/6).

Guru Besar UIN Jakarta itu menambahkan, meski demikian, konsolidasi dan soliditas Persarikatan tetap perlu diberdayakan. “Pernyataan Pak Busyro itu harus dibaca sebagai imbauan atau peringatan bagi para pimpinan di  berbagai tingkatan dan juga semua anggota Perserikatan Muhammadiyah untuk waspada dan merapatkan barisan” pungkas Prof Azyumardi Azra. (RO/OL-1)

Sumber: Media Indonesia

Exit mobile version