MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Pondok Tahfiz Quran Ma’had Fathul Muin (MFM) Muhammadiyah Cabang Makassar menggelar penyambutan dan orientasi santri baru, di Masjid Ta’mirul Masajid, Ahad, 20 Juni 2021, kemarin.
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar, Mirajuddin Nurdin, mengungkapkan kegembiraannya melihat progresifitas Pondok Tahfiz MFM yang makin kehari makin ramai santrinya.
“Makin ke sini makin banyak orang yang sudah memercayakan anaknya untuk belajar di sini (Pondok Tahfiz MFM), itu bukti kalau kualiatas pondok ini makin bagus,” ungkap Mirajuddin dalam sambutannya dihadapan ratusan hadirin.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) Sulawesi Selatan, Ibrahim, berpesan agar kedepan Pondok Tahfiz MFM Muhammadiyah Cabang Makassar ini tidak hanya berfokus pada menghafal saja melainkan mendaras, mengkaji dan mengamalkan Quran dan Hadits.
Lanjut, Sekretaris Jurusan Prodi PBA FAI Unismuh Makassar ini berharap Pondok Tahfiz MFM Muhammadiyah Cabang Makassar ini menjadi pusat kajian Quran dan Hadits di Sulawesi Selatan.
“Kita berharap kedepan, MFM menjadi pusat kajian Quran dan Hadits,” harap Ibrahim yg juga salah satu pengampu di Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar.
Terpisah, Direktur MFM, Muslimin, mengatakan tujuan utama Ponfok Tahfiz MFM Muhammadiyah Cabang Makassar adalah pendidikan akhlak qurani.
“Jadi, meski menjadi tujuan mencetak hafiz tetapi bukan fokus utama kita. Bukan menghafal 30 Juz Quran, tetapi mendidik santri berakhlak quranilah yang menjadi fokus utama kita,” tuturnya.
Olehnya, kepada para orang tua santri, kata Muslimin agar tidak membebankan apalagi memaksakan anaknya sebagai penghafal 30 Juz Quran.
“Sebab kemampuan menghafal anak itu beda-beda. Tetapi mengamalkan Quran adalah yang pokok dan utama,” tutupnya.
Untuk ijasah sekolah formal santri, Pondok MFM Muhammadiyah Cabang Makassar telah melakukan kerjasama di dua sekolah formal, SMP Muhammadiyah 2 dan SMA Muhammadiyah 6 Makassar.
Diketahui bahwa, santri baru dari 100 orang mendaftar dari berbagai daerah dan provinsi, hanya diterima sebanyak 64 orang santri.
64 orang itu, ada yang dari Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Luwu, Sumatera hingga Papua, selebihnya berasal dari Sulawesi Selatan. (Ulil Amri)