Jauhkan Sikap Egoisme dan Maksiat
Oleh Masud HMN
Apa perbuatan yang mentaati Allah akan ditentang Hawa Nafsu dan apa saja perbuatan mendurhakai Allah akan didukung dan sangat disetujui Hawa nafsu (Ali bin Abi Thalib)
Sikap mentaati Allah bekontra dengan egoisme dan maksiat tidak bisa dibantah. Hanya mungkin perlu penjelasan saja. Yang pasti egosime menjadi akibatnya maksiat tak terbendung. Atau egoisme menyuburkan maksiat atau maksiat menyuburkan egoisme. Satu rangkaian bekelindan.
Salah satu tulisan di Republika dalam tajuknya menempatkan judul Kosongkan egosime kita. Dalam makna takjub diri, sombong angkuh pada Pikiran inti artikel tersebut dikaitkan dengan masalah penanganan covid-19 saling tuding para pengambil kebijakan mengahadapi musibah dari virus yang masih belum dapat dijinakkan itu. Saling buang alasan dan tidak sampai di situ. “Pemerintah malah saling sibuk monuver politik untuk pemilihan Presiden tahun 2024” tulis Republika 21 Juni 2021.
Ini dimanfaatkan untuk spekulasi vaksin oleh oligarki kaya, untuk tarik keuntungan bisnis. Pandemi menjadi rejeki tiban biar ada korban asal saya kaya.
Pokok pikiran egosime melahirkan maksiat yaitu dosa kejahatan. Sejarah memang ada memberi inspirasi tentang itu disajikan kota maksiat dunia. Yang dilansir Liputan 6 pada 10 Januari 2018. Disebutkan 3 kota maksiyat dunia dalam abad lalu.
Pertama yaitu London kota Bordil abad pertengahan yang ditulis John Rykcer dalam buku History Extra. Tentang Pekerja Seksual Komersial namun kota itu selamat melintasi zaman masih jantung Inggris sekarang, Sementara bekasnya binasa karena amukan alam
Kedua Teil Hammam Jordania. Kisah di masa abad petengahan maksiat Sodomi. Kota itu binasa dengan bencana hujan belerang dan api. Bukti itu ditemukan berupa benda arkeologi pada 2005 berupa patung.
Ketiga, kota Las Vegas kota dosa. Inilah bentuk Versi maksiat dunia judi dan kemewahan masih abad pertengahan tapi hingga kini dengan bermacam versi dan bentuknya.
Turunan itulah yang kita hadapi sekarang, sebutlah bentuk maksiat atau kejahatan itu, korupsi, kezaliman, ketidak adilan, yang kini diperdebatkan saja.
Kondisinya tenang tenang saja. Maksiat berjalan terus via korupsi, otoriterisme, ketidakadilan, yang kaya tetap kaya yang miskin tetap miskin.
Menarik untuk diamalkan ucapan Ali bin Abi Thalib yang kita kutip di atas, bahwa sikap mentaati Allah ditantang hawa nafsu sementara sikap atau perbuatan mendurhakai Allah akan disokong Hawa Nafsu. Mafhumnya kata Ali bin Tahlib tersebut kita harus mengendalikan hawa nafsu, dengan paham hawa nafsu, egoisme dan maksiat adalah berkelindan. Intinya sikap itu adalah mendurhakai Allah harus kita lawan.
Pikiran itu sejalan dengan pendapat seorang ahli hikmah ibnu Athaillah hidup tahun 1260-1309 asal Mesir yang mengatakan,
“Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat kurnia Allah sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiatNya jangan sampai karunia itu semata mata senjata istijrad (azab kenikmatan) dari Allah.”
Akhirnya marilah kita tetap istiqamah, baik dalam suasana lapang, maupun masa sulit di era pandemi Covid-19 ini. yaitu dalam taat kepada Allah Subhanahu wataala.
Dr Mas’ud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta