Oleh: Deri Adlis, SHI
Pertempuran ini adalah perang antara Dinasti Saljuk yang dipimpin oleh Sultan Alauddin dengan Dinasti Khawarizmi Shah yang di dipimpin oleh Jalaluddin Manguberdi Khawarizmi Shah. Pertempuran ini terjadi pada kahir abad ke 7 H, bertepatan dengan tanggal 10 Januari 1230 M.
Pada tahun 1229 M (627 H), Jalaluddin Manguberdi bin Khawarizmi Shah singgah di Ahlat lalu mengepung kota itu dengan sangat ketat. Dia menggali dua puluh parit disisi danau. Seketika penduduk kota Ahlat terdesak dan kelaparan bahkan mereka sampai terpaksa makan daging anjing. Saat itu terjadi, Sultan Alauddin langsung menghimpun pasukan sebanyak dua puluh ribu orang. Dia bertolak menuju Malatya. Sepuluh ribu pasukan dia perintahkan untuk bergerak ke Azerbaijan, sedangkan sisa tetap bertahan bersamanya. Dia mengirim surat kepada Al-Asyraf agar mendukung dan menyemangatinya. Dalam surat tersebut dia juga mengatakan dengan terus terang bahwa dia sendiri datang langsung ke Ahlat untuk memerangi Khawarizmi Shah.
Prof. Muhammad Khulaif Ats -Tsunayyan dalam bukunya Ertugrul Sejarah Turki Utsmany Dari Kabilah Ke Imperium menuliskan, setibanya disana Sultan Alauddin mengirim delegasi untuk menemui Khawarizmi Shah. Utusan tersebut berkata, “ Anda adala seorang putra seorang sultan. Janganlah Anda berbuat sesuatu yang melanggar aturan syariat! Ketahulah bahwa ayahmu diruntuhkan Allah SWT lewat kedatangan pasukan Tatar dari timur akibat kelalimannya. Ini adalah rumah Ayyub, rumah penuh berkah yang saudara-saudaranya berserta keponakan dan saudara sepupunya datang ketempat ini bersama dua ribu pasukan berkuda. Jangan Anda mengira bahwa aku adalah musuh kalian. Aku adalah sahabat kalian, namun aku siap berperang demi mereka karena di antara kami terjalin persaudaraan sebab pernikahan. Pamanku juga menjadi menantu mereka. Maka dari itu, kamu harus berinteraksi baik dengan mereka sampai kami menjadi musuh bagi musuh-musuhmu (menjadi sahabatmu).”
Mendegar ucapan utusan Saljuk tadi, Khawarizmi Shah menjawab bahwa dia mustahil angkat kaki dari kota Ahlat. Kemudian dia segera menggempur kota itu. Sebagian anggota keluarga marah tidak terima. Mereka kemudian menyerahkan kota itu kepada Khawarizmi Shah. Saudara-saudara Al-Asyraf ( suami saudara permepuan dari jalur ibu) kalah. Disusul kemudian penguasa kota Ahlat , Izzudin Aybak juga kalah. Mereka berlindung di dalam benteng kemudian maminta jaminan keamanan. Dan akhirnya kota Ahlat diserahkan kepada mereka.
Setelah menduduki kota Ahlat, Khawarizmi Shah tidak menangkap saudarasaudara AlAsyraf. Dia membuat mereka melayaninya. Mereka menemani dia menaiki kuda. Setiap hari mereka bermain di depannya di alun-alun kota. Melihat hal tersebut, Al-Asyraf takut. Ia segera bergegas datang ke Elbistan. Pasukannya turut bergabung bersamanya. Sultan Alauddin juga datang membawa pasukannya. Mereka bergabung menjadi satu di Aksehir.
Khawarizmi Shah keluar dari perkemahan militernya untuk menemui mereka. Dia pergi bersama 40 ribu pasukan. Mereka menyaksikan sekitar empat ribu prajurit berkuda dari seluruh pasukan berkuda Alauddin yang tersebar. Semua pasukan berkuda itu langsung dihabisi tanpa satu pun yang dibiarkan hidup.
Pada hari jumat, bertepatan tanggal 10 Januari 1230 M, kedua belah pihak (Saljuk dan Khawarizmi Shah) akhirnya bertempur, sampai jumat malam dengan kemenangan sementara diraih oleh Khawarizmi Shah. Sabtu paginya perang semakin berkecamuk. Saat itu datanglah kekuatan baru yang masuk kedalam barisan pasukan Saljuk. Hingga akhirnya kemenangan dalam perang tersebut di raih oleh Dinasti Saljuk. Kekuatan baru ini adalah bala bantuan pasukan Ertugrul.
Khawarizmi Shah menelan kekalahan besar dalam perang Yassciemen ini. Banyak pasukan mereka terbunuh dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya. Panglima perang mereka juga banyak yang menjadi tawanan perang Dinasti Saljuk. Ada juga sisa panglima perang mereka (Khawarizmi Shah) yang melarikan diri ke Trabzon dan Karaj (Georgia). Ibnu Al’ Ibari dalam buku Makhthutah Tarikh Al-Azminah yang di kutib oleh Muhammad Khulaif Ats -Tsunayyan menuliska Sekitar 1500 berkuda mereka jatuh dari goa yang tinggi dan semuanya tewas.
Ditengah pertempuran ini, terjalin hubungan erat antara Sultan Alauddin dan Ertugrul bin Sulaiman Shah. Penguasa Dinasti Saljuk itu meletakan batu pertama dari pembentukan Dinasti Turki Usmani. Dia memberikan Ertugrul wilayah-wilayahnya yang berada di daerah perbatasan Byzantium sebagai balas budi atas bantuan dan pertolongannya dalam pertempuran ini. Bahkan dengan semakin dekatnya hubungan keduanya, sultan juga memberikan Ertugrul tanah seluas 1000 km persegi yang terletak di wilayah Sogut yang berdekatan denga wilayah Bilecik. Juga bila sultan terlibat dalam perperangan dengan negara tetangga, dia selalu mengandalkan Ertugrul dan pasukannya.
Sultan juga mengelari Ertugrul dan kabilahnya dengan nama pasukan garda depan Sultan, karena selalu berada dibarisan depan pasukan perang. Bahkan setiap perang yang diikuti oleh Ertugrul dan pasukannya akan berakhir dengan kemenangan. Selain itu, Sultan juga menganugerai Ertugrul dan Pasukannya gelar Uc Beki. Uc Beki artinya penjaga perbatasan. Gelar ini adalah gelar prestisius di dalam kerajaan saljuk.
Akhir Hayat Dinasti Khawarizmi
Setelah mengalami kekalahan pada pertempuran yassciemen dengan Dinasti Saljuk, bangsa Mongol memanfaatkan situasi ini untuk menghabisi dan memburu orang-orang Dinasti Khawarismi Shah. Pasukan Mongol berhasil menemukan keberadaan orang-orang Khawarizmi Shah di kota Amida. Bala pasukannya dibinaskan dan mereka juga lari ke salah satu pegunungan yang dihuni kabilah Shaufan. Disana di dihabisi mereka dihabisi oleh masyarakat Kurdi tanpa ada satu dari mereka yang mengenalnya.
Menurut satu riwayat, mereke yang di bunuh orang-orang Kurdi adalah petugas yang menjaga barang-barang Khawarizmi Shah, sedangkan Khawarizmi Shah sendiri menyamar dengan memakai pakaian orang sufi dari salah seorang prajurit yang tes lalu menghilang. Dia berkeliling sambil menyembunyikan identitasnya.
Dengan kematian Khawarizmi Shah, runtuh pula Dinasti Khawarizmi dan setiap daerah kekuasaanya terbuka menganga untuk diserbu pasukan Mongol. Sebagimana ditututkan Al-Asyraf Al-Ayyubi bin Al-Adil yang ikut serta dalam pertempuran Yassciemen, ketiak dirinya didatangi orang-orang yang akan menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan yang diperolehnya, dia berkata, “ Kalian memberikan ucapan selamat kepadalu dalam keadaan penuh suka cita dan bahagia. Tapi kalian bakal melihatnya akibat buruknya. Kekalahan Khawarizmi Shah akan menjadi sebab datangnya pasukan Tartar ke wilayah Islam. Dia ibarat bendungan yang membentingi antara kita dan Yakjut dan Makjuj.”
Sebenranya, Sultan Saljuk Alauddin menghendaki Sultan Khawarizmi pergi meninggalkan Anatolia tanpa pertumpahan darah. Dia menyadari bahwa pertikaian antar semasa kekuatan Islam pada akhirnya mendatangkan keburukan. Pintu masuk ke wilayah Islam terbuka lebar bagi kebengisan pasukan Mongol untuk menyerbu daerah-daerah tersebut. Bila itu terjadi, satu persatu wilayah Islam akan jatuh dan runtuh.
Penguasa tanah Romawi adalah saudara sepupu Sultan Alauddin sekaligus menantunya sendiri. Ia membelot dari mertuanya sendiri dan memilih bergabung dengan pasukan Khawarizmi dan ikut berperang bersama mereka.Sultan Alauddin lantas menangkap menantunya sendiri dan menjadikan tawanan. Kemudian Sultan Alauddin sambil ditemani Al-Asyraf bertolak menuju wiayah Romawi. Mereka mengepung daerah itu dengan ketat. Penduduk setempat meminta dia berjanji untuk tidak membunuh pemimpin mereka (menantunya sendiri) yang ditahan olehnya. Mereka lalu menyerahkan dan melimpahkan wilayah itu kepadanya.
Oleh Deri Adlis SHI, Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Mubhaligh Kepulauan Anambas