Sedekah Yang Terabaikan
Oleh Ismet Lonardi
Dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari banyak kesempatan kita mendapatkan pahala itu terbuang sia-sia walaupun kesempatan untuk mendapat pahala itu sudah di depan mata, kenapa kesempatan ini hilang karena kita merasa bahwa pahalanya sangat kecil, kita sering menyepelekan hal-hal kecil padahal apabila berakumulasi bisa menjadi besar.
Perbuatan baik yang kecil sering kita anggap tidak bernilai. Membuang duri di tengah jalan menjadi tampak sepele, tapi jika tidak disingkirkan, akan ada orang yang akan terluka. Jika perbuatan baik yang Nampak sepele sering dilakukan, ia akan menjadi tumpukan kebaikan yang besar.
Kita sering mendengar ungkapan “sedikit demi sedikit lama-lama mejadi bukit”. Hal-hal yang besar tidak selalu lahir dari pekerjaan besar, hal besar bisa juga lahir dari hal-hal kecil, tapi lambat laun menjadi besar. Tumpukan pasir yang dulunya hanya butir butir kecil bisa menjadi gunung pasir.
Mari kita amati peluang-peluang sedekah yang ada di AUM, seperti misalnya AUM yang bergerak di bidang jasa Rumah Sakit. Peluang sedekah yang ada adalah pelayanan, namun pegawai rumah sakit baik itu dokter, perawat atau pegawai penunjang lainnya tidak menyadari hal itu mereka bekerja hanya sebatas pelayanan rutinitas sehingga lupa dengan Etika dan hakikat dari pelayanan itu sendiri.
Akibatnya pelayanan diselenggarakan hanya sekedar memenuhi rasa tanggung jawab pekerjaan (comply with) tampa berorientasi kepada kepuasaan pasien yang menerima layanan tersebut. Seperti kita ketahui bahwa etika pelayanan ini indikatornya diukur dari kualitas pelayanan yang dihasilkan.
Apabila kita menyakini nilai nilai agama islam yang menegaskan bahwa segala perbuatan didunia ini akan mendapat balasannya apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk maka kita akan melakukan hal tersebut. Seperti pada surat Az-Zalzalah ayat 7 dan ayat 8 yaitu ” fa may ya’mal miṡqāla żarratin khairay yarah” 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. “wa may ya’mal miṡqāla żarratin syarray yarah” 8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
Syariat Islam menilai bahwa perbuatan atau pelayanan terbaik seseorang kepada orang lain pada hakikatnya ia telah berbuat baik kepada untuk dirinya sendiri, sebagaimana firman Allah SWT “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri” (QS. Al Isra :7).
Seperti kita ketahui bahwa etika pelayanan ini indikatornya diukur dari kualitas pelayanan yang dihasilkan. Pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pasien. Indikator kepuasaan pasien ada 5 indikator yaitu,
1. Tangible, sarana phisik 2. Realibility, kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya 3. Responsiveness, kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan Pasien 4. Assurance, kemampuan dan keramahan serta sopan santun dalam meyakinkan kepercayaan Pasien 5. Emphaty, sikap penuh perhatian terhadap Pasien.
Dari 5 indikator kepuasaan pasien tersebut kita ambil bagian yang kecil dan sederhana saja yaitu senyum yang merupakan bagian dari assurance. Kebiasaan senyum adalah satu diantara teladan Rasullah SAW yang patut kita ikuti. Senyum adalah satu diantara ekspresi pada manusia.
Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menampakkan wajah ceria setiap bertemu orang lain, terlebih terhadap saudara sesama muslim. Tersenyum memang terkesan sederhana, tetapi dampaknya begitu luar biasa. Senyum merupakan sesuatu yang mulia disisi Allah SWT.
Senyum sederhana dapat memunculkan semua emosi positif dalam dirimu dan orang lain, tersenyum tak hanya dapat menyenangkan orang, bahkan senyum yang tulus berkontribusi pada kesehatan, diantaranya senyum mampu mengurangi stres, senyum mampu meredam amarah, senyum mampu mengencangkan kulit wajah sehingga membuat seseorang tampak awet muda, bahkan senyum juga diklaim mampu menurunkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan sistem kekebalan.
Dalam Islam, seulas senyuman yang disunggingkan kepada seseorang adalah ibadah bahkan pahalanya senilai dengan sedekah. Makna sedekah tak hanya uang dan harta, senyum merupakan sedekah yang paling gampang namun juga bisa menjadi sangat sulit diberikan seseorang. Dari Abu Dzar Radhiyallahu’anhu, dia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Senyum dihadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Untuk itu kita yang berkerja di AUM bidang pelayanan marilah kita menebar senyum. Marilah kita mulai mengumpulkan butir-butir kecil pahala yang setara dengan sedekah, dimana butir-butir pahala ini kita kumpulkan sedikit demi sedikit untuk menjadi kumpulan butir pasir yang akan menjadi gunung pasir nantinya . Kita yang bekerja di rumah sakit adalah seorang muslim yang mempunyai hasanah fid-dunya dan hasanah fil-akhirah.
Ismet Lonardi, Wadir Umum, Keuangan & SDI Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung