Kita pasti pernah mendapat dan menghadiri undangan. Namun, seringkali kita kurang mempunyai kesadaran illahiyah terkait dengan memenuhi undangan. Padahal, jika kita menyandarkan aktifitas itu pada kekuatan transenden maka akan banyak pahala mengalir kepadanya.
Memenuhi undangan merupakan sebuah kemuliaan. Sehingga Abdullah bin Umar selalu mendatangi undangan pernikahan dan sejenisnya, dan dia mendatangi undangan tersebut meskipun dia sedang berpuasa. [HR. Muslim No.2581].
Memenuhi undangan tidak sekadar datang. Undangan yang disampaikan oleh tuan rumah tentu punya maksud tertentu. Pengundang yang mempunyai kesadaran baik pun pasti tahu betapa hebatnya memuliakan tamu.
Sebagaimana Ibnu Abbas r.a. mengatakan Rasulullah s.a.w. bersabda, “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang Mukmin, akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.”
Betapa hebatnya memuliakan tamu. Pengundang akan mendapatkan pahala seperti haji dan umrah. Sebuah balasan yang jauh dari sekadar mengundang dan memenuhi undangan.
Memenuhi undangan dengan demikian merupakan sebuah penghormatan kepada pengundang. Memenuhi undangan pun menjadikan tuan rumah seorang yang mulia, karena dimuliakan oleh Allah. Saat seorang hamba telah dimuliakan oleh Allah, maka semua hal akan menjadi baik dan indah.
Hubungan antara pengundang dan tamu undangan menjadi relasi sosial yang hebat. Relasi itu akan menguatkan hubungan silaturahmi. Silaturahmi akan menguatkan keutaman. Keumatan akan kian kukuh dan menggerakkan bangunan sosial. Bangunan sosial yang terajut dengan silaturahmi akan menjadi berkah tak terkira. Kehidupan sosial akan penuh harmoni dan penghargaan terhadap sesama hidup. Kehidupan sosial akan menyembul menjadi tatanan masyarakat beradab, berkeadilan, dan berdaya saing.
Oleh karena itu, memenuhi undangan bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Memenuhi undangan menjadikan seseorang mulia. Tidak hanya orang yang diundang, namun juga mereka yang mengundang akan mendapatkan keberkahan dalam hidup. Inilah akhlak seorang muslim yang patut menjadi laku harian.
Pada akhirnya, mari membudayakan memenuhi undangan. Dengan memenuhi undangan kehormatan manusia akan kian kukuh. Dan pengundang akan mendapatkan kemuliakan karena tamu yang diundang adalah “malaikat” yang membawa keranjang keberkahan.
Benni Setiawan, Dosen Ilmu Komunikasi FIS dan P-MKU UNY, Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM Edisi 13 Tahun 2018