Hikmah Ibadah Kurban dan Pandemi Covid-19

Serta Wawasan Idul Adha dan Kurban

Hikmah Ibadah Kurban dan Pandemi Covid-19

Serta Wawasan Idul Adha dan Kurban

Oleh : Dr Sulidar, MAg

Pandemi covid-19 hingga tulisan ini dibuat bulan Juli 2021, belum juga normal, bahkan menurut data Satgas Covid-19 tingkat Nasional dari mulai Juni hingga masuk Bulan Juli 2021 orang yang terpapar Covid-19 semakin memprihatinkan, sehingga rumah-rumah sakit terutama di Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, hampir semua kamar penuh dengan. Kemudian menurut prediksi para ahli kesehatan dan ahli virus, boleh jadi hingga Desember 202 situasinya baru normal.

Jika masih banyak orang yang terkena virus ini (covid-19=Corona Virus Disease-19), maka situasi dan kondisinya belum bisa dikatakan normal atau belum aman. Kita berharap dan bedoa semoga situasinya menjadi normal sehingga kita dapat beraktivitas secara normal. Oleh karenanya, agar lebih mempercepat turunnya pandemi ini, mestilah waspada, dan ikutilah protokol kesehatan secara ketat, memakai masker ketika keluar rumah, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak antar sesamanya.

Selanjutnya, makna kata pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi geografi yang luas (seluruh negara di dunia). Jadi, kalau dikatakan pandemi Covid-19, artinya virus corona 19 telah diakui menyebar luas ke seluruh negara di dunia, termausk di Indonesia, artinya ini adalah fakta bukan ilusi.

Umat Islam dalam menghadapi kehidupannya mestilah merujuk kepada Alquran dan as-Sunnah sebagai pedoman hidupnya (way of life), agar selamat, bahagia di dunia dan di akhirat. Salah satu solusi dalam menghadapi pandemi covid-19 adalah dengan meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan kita kepada Allah berdasarkan petunjuk Alquran dan as-Sunnah. Ada ibadah yang mesti dilakukan umat Islam pada bulan Zulhijjah 1441 H, yaitu Ibadah puasa, haji dan ibadah qurban. Menurut keputusan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, hari Raya Idul Adha 10 Zulhijjah 1442 H jatu pada hari Selasa tanggal 20 Juli 2021 M, berarti hari Arafah atau 9 Zulhijjah 1442 H, jatu pada hari Senin tanggal 19 Juli 2021 M hal ini berdasarkan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2021.

Artikel ini berusaha mengulas bagaimana hubungan secara esensi khusus ibadah kurban dengan pandemi covid-19, tentu berdasarkan Alquran dan as-Sunnah, serta fakta yang ada di lapangan yang sedang dihadapi oleh masyarakat umumnya dan umat Islam khususnya.

Ibadah Kurban dalam Islam dan hubungannya dengan pandemi covid-19

Secara normatif, pengertian kurban: ibadah Qurban atau udhiyah ialah ibadah memotong hewan ternak (Unta/Lembu/Kambing) di hari kurban (nahar) dan hari-hari tasyriq (tanggal : 10 s/d 13 Zulhijjah) bertujuan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah swt untuk mengharap rida-Nya. Tekstualnya demikianlah hukum ibadah kurban, namun secara esensi atau substansinya ibadah kurban memiliki maqshid asy-syariah atau maksud diturunkan syariah oleh Allah swt.

Secara esensial atau substansi, tujuan ibadah kurban bagi umat Islam adalah hanya mencari rida Allah swt. Ibadah kurban ini dimaksudkan untuk memperkuat dan memperkokoh ketaqwaan kepada Allah. Allah akan menilai ibadah ini sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada-Nya. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.” (Q.S.Al-Hajj/22: 37). Oleh karenanya yang menjadi sebab tertolaknya kurban salah seorang dari kedua putera Nabi Adam as. dan diterima-Nya kurban yang lain.

Bukanlah suatu nilai yang tinggi dan bentuk kuantitas di mata Allah, kurban yang hanya ditinjau dari segi kuantitas, atau jumlahnya tetapi tanpa kualitas keikhlasan dan ketakwaan orang yang berkurban, maka hal itu sama saja tak ternilai di sisi Allah swt. Pada umumnya masyarakat boleh jadi menilai ibadah kurban, hanya melihat sesuatu dari lahirnya atau sesuatu yang tampak, padahal Allah swt melihat sebaliknya yaitu keikhlasan yang ada di dalam hatinya.

Selain sebagai ibadah kepada Allah swt, selanjutnya ibadah kurban adalah memberikan pesan kepada umat manusia betapa pentingnya makan daging salah satu makanan bergizi menurut ilmu kesehatan. Dengan makan daging maka tubuh kita akan sehat, tentu tata aturan makan mestilah diikuti, artinya sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan, agar tidak menjadi masalah di belakang hari, yang mengakibat timbulnya penyakit darah tinggi, kolesterol, asam urat dan lain-lain.

Sebab, Rasul saw yang senantiasa makan daging tidak pernah diberitakan dalam sirah nabawi terkena penyakit seperti yang dialami masyarakat modern saat ini. Pada masyarakat modern, mengapa terjadi demikian? Jawabannya, bukan salah dagingnya, tetapi pola makan yang tidak benar, boleh jadi masyarakat terkena apa yang disebut dengan sifat dan perilaku tamak, serakah dan rakus dalam hal makanan.

Islam memberikan memberikan panduan yang sangat bagus, yakni tidak boleh berlebihan dalam melakukan sesuatu, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Dalam Q.S.al-A’raf/7:31, Allah swt berfirman: ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Pada masa pandemi covid-19 saat ini, dengan makan daging sebagai salah satu solusi agar tubuh kita tetap sehat dan prima, dengan sehatnya tubuh kita tentu akan tahan terhindar dari berbagai penyakit yang akan menyerang, termasuk virus corona 19. Bahkan orang-orang fakir miskin, karena gak mampu beli daging, gak perlu khawatir, sebab dengan ibadah kurban, sohibul kurban akan membagikan secara merata daging-daging kurban tersebut.

Hal ini, karena mereka (orang yang miskin sebagai peminta-minta) memiliki hak sebagaimana tertera dalam Q.S.al-Hajj/22:36, dalam ayat ini dijelaskan cara membagi daging kurban itu kepada 3 bagian, yaitu:

(1) memakan daging qurban untuk si Qurban,

(2) diberikan kepada al-Qani’ orang yang tak mau meminta-minta (termasuk orang yang dihormati), dan

(3) al-Mu’tar, orang yang meminta-minta. Artinya berikan daging kurban itu kepada lingkungan kita, terutama fakir miskin, baik diminta maupun tidak diminta. Boleh juga pada orang yang kita kehendaki, kaya atau miskin, tokoh agama, masyarakat atau rakyat biasa.

Jika ditelaah, maka memahami ibadah kurban bukan semata-mata ibadah individual. Ibadah kurban sebagai ibadah yang secara khusus dilaksanakan sekali dalam setahun dalam hitungan bulan Qamariyah, tepatnya pada hari besar Islam yaitu Idul Adha, merupakan ibadah sosial yang manfaatnya luar biasa. Ibadah kurban termasuk hari raya besar dalam agama Islam. Istilah hari besar Islam untuk Idul Adha ini setidaknya ada 3 latar belakangnya;

Pertama, pada hari itu kaum muslim melakukan salat sunat Idul Adha. Kedua, adanya perhelatan agung yaitu ibadah haji di Makkah, yang ini hanya diwajibkan sekali seumur hidup untuk umat Islam. Ketiga, dalam momentum ini pula, ada peristiwa penyembelihan hewan kurban. dengan tiga latar belalkng inilah maka hari raya itu, tersebut lebih istimewa, ketimbang hari raya Idul Fitri, yang jika di negara Timur Tengah dirayarakan secara istimewa, namun berbeda dengan di Indonesia, lebih istimewa hari raya Idul fitri.

Kembali kepada ibadah kurban, yang memiliki nilai ibadah individual dan sosial, yang hukumnya sunnah muakkadah, atau sunnah yang dikuatkan untuk melakukannya. Pada masa pandemi cobid-19, dan merujuk Surat Edaran Nomor 06/EDR/I.0/E/2020, khususnya anjuran agar bagi umat Islam yang memiliki kemampuan ekonomi, untuk berkurban dan juga berinfak untuk membantu mereka yang sedang sangat membutuhkannya, yakni mereka yang terkena dampak ekonomi akibat pandemi covid-19.

Sebagaimana hadis yang sangat populer, orang paling dicintai Allah atau sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada sesamanya. (خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ), hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni, dan hadis ini dihasankan oleh Muhammad nashiruddin al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289. Dengan demikian, kita umat Islam dianjurkan untuk senantiasa saling tolong menolong kepada sesamanya, menyebarkan kedamaian, kegembiraan, dan kebahagiaan, janganlah umat Islam menyebarkan kegaduhan apalagi permusuhan, yang mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan itu, subtansi atau esensi ibadah kurban pada masa pandemi covid-19 ini memberikan pelajaran kepada umat manusia umumnya, dan umat Islam khususnya. Pelajaran kepada umat manusia, bahwa umat Islam telah memberikan kontribusi yang sangat luar biasa kepada sesamanya melalui setiap ibadah yang dilakukannnya, sebab ibadah yang dilakukan umat Islam, memiliki nilai dimensi individu dan dimensi sosial.

Pelajaran bagi umat Islam adalah agar ibadah yang dilakukan akan memperkuat dan memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, serta menyadari betapa manusia memiliki tanggungjawab tidak saja individu, tetapi juga sosial, inilah yang dikenal dengan sebutan “hablum minallah wa hablum minannas”, jika ini dilakukan secara baik, maka umat Islam akan terhindar dari 3 keburukan; yaitu 1. Kehinaan di mana saja berada, 2. Murkan Allah, dan 3. Kemiskinan atau kemelaratan, perhatikan Q.S.Ali Imfan/3:112. Semoga kita tetap istiqamah menjalankan aturan Allah dan Rasul-Nya, yang pada akhirnya, kita akan senantiasa dilindungi oleh Allah swt., dibei ma’unah, rahmah, keberkahan dan dimurahkan rezekinya.

Wawasan Idul Adha dan Kurban berdasarkan as-Sunnah

Ibadah qurban dan ibadah yang berkaitan dengan Idul Adha, setiap tahun dilakukan secara rutin oleh umat Islam. Dalam ajaran Islam rujukan utama dalam beraqi dah, ibadah dan muamalah adalah Alquran dan as-Sunnah. Berdasarkan ini, maka semua ibadah dalam Islam harus merujuk kepada 2 rujukan utama ini. Sebagaimana dalam suatu sabda Rasul saw ditegaskan bahwa Rasul meninggal kan 2 perkara, jika berpegang teguh kepada 2 hal ini, maka akan selamat tidak akan tersesat.

حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.

Telah menceritakan kepadaku dari Malik bahwasannya dia menyampaikan bahwa Rasul saw bersabda: “Aku tinggal kan dua pusaka pada kalian. Jika kalian berpegang kepa da keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah m(Alquran) dan Sunnah Rasul-Nya.”H.R.Malik.

Pengertian qurban: ibadah Qurban atau udhiyah ialah ibadah memotong hewan ternak (Unta/Lembu/Kambing) di hari Qurban (nahar) dan hari-hari tasyriq (tanggal : 10 s/d 13 Zulhijjah) bertujuan mendekatkan diri (taqar rub) kepada Allah swt untuk mengharap rida-Nya.

Perintah Berqurban, Q.S.al-Kausar/108:1-3:

إِنَّاأَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ(3)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Ancaman Orang Mampu tapi tidak berqurban

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syai bah telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al-Hubbab telah menceritakan kepada kami Abdullah bin ‘Ayyasy dari Abdurrahman Al-A’raj dari Abu Hurairah, bahwa Ras ul saw. bersabda: “Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berqurban) namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.”. H.R.Ibn Majah. No. 3114.

Keistimewaan Qurban

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ar’arah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Su laiman dari Muslim Al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ib nu ‘Abbas dari Nabi saw., beliau bersabda:”Tidak ada amal yang lebih utama pada hari-hari ini (hari tasyriq).”Para sahabat berkata,”Tidak juga jihad?”Beliau menjawab: “Ti dak juga jihad. Kecuali seseorang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi.”H.R.Bukhari. No. 916.

Kriteria Hewan Qurban tidak boleh cacat

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ فَيْرُوزَ قَالَ سَأَلْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ مَا لا يَجُوزُ فِي الأَضَاحِيِّ فَقَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَابِعِي أَقْصَرُ مِنْ أَصَابِعِهِ وَأَنَامِلِي أَقْصَرُ مِنْ أَنَامِلِهِ فَقَالَ أَرْبَعٌ لا تَجُوزُ فِي الأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لا تَنْقَى

Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An-Na mari, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Su laiman bin Abdurrahman, dari ‘Ubaid bin Fairuz, ia ber kata; aku pernah bertanya kepada Al-Bara` bin ‘Azib; se suatu apakah yang tidak di perbolehkan dalam hewan qur ban? Kemudian ia berkata; Rasul saw. pernah berdiri dian tara kami, jari-jariku lebih pendek daripada jari-jarinya dan ruas-ruas jariku lebih pendek dari ruas-ruas jarinya, ke mudian beliau berkata: “Empat perkara yang tidak boleh ada di dalam hewan-hewan kurban.” Kemudian belaiu ber kata; yaitu; buta sebelah matanya yang jelas kebutaannya, pincang yang jelas pincangnya, sakit yang jelas sakitnya, dan pecah kakinya yang tidak memiliki sumsum.H.R.Abu Da wud. No. 2420.

Kriteria umur hewan qurban

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا تَذْبَحُوا إِلا مُسِنَّةً إِلا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنْ الضَّأْنِ.

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Syu ‘aib Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Zu hair bin Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Abu Az-Zu bair dari Jabir, ia berkata; Rasul saw. bersabda: “Janganlah kalian menyembelih (hewan qurban) kecuali hewan qur ban musinnah (yang berumur), kecuali kalian kesulitan mendapat kannya maka sembelihlah jenis domba yang ja z’ah (yang berumur kurang satu tahun/anak kambing).” H.R.Abu Dawud. No. 2415.

Menurut Imam an-Nawawiy, tidak sah berqurban dengan unta yang kurang dari lima tahun, sapi atau lembu yang kurang dua tahun, serta kambing yang kurang seta hun. Kecuali, terpaksa atau tidak ada lagi hewan qurban yang berumur sesuai dengan kriteria hewan qurban (musin nah), maka boleh dengan anak kambing (jaza’ah).

Kriteria Jumlah Hewan untuk Berkurban

Jumlah hewan qurban yang disembelih sesuai dengan sunnah Rasul adalah: 1 ekor kambing atau kibasy adalah untuk satu qurban (bisa 1 keluarga/1 orang), dan 1 unta/sapi:untuk 7 qurban (7 keluarga/7 orang).Pehatikan sunnah Rasul saw di bawah ini.

Satu ekor kambing/kibasy satu qurban

حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ضَحَّى اشْتَرَى كَبْشَيْنِ سَمِينَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ فَإِذَا صَلَّى وَخَطَبَ النَّاسَ أَتَى بِأَحَدِهِمَا وَهُوَ قَائِمٌ فِي مُصَلاَّهُ فَذَبَحَهُ بِنَفْسِهِ بِالْمُدْيَةِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا عَنْ أُمَّتِي جَمِيعًا مِمَّنْ شَهِدَ لَكَ بِالتَّوْحِيدِ وَشَهِدَ لِي بِالْبَلَاغِ ثُمَّ يُؤْتَى بِالآخَرِ فَيَذْبَحُهُ بِنَفْسِهِ وَيَقُولُ هَذَا عَنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ فَيُطْعِمُهُمَا جَمِيعًا الْمَسَاكِينَ وَيَأْكُلُ هُوَ وَأَهْلُهُ مِنْهُمَا.

Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amir, berkata dia, telah menceritakan kepada kami Zuhair dari Abdillah bin Muham mad dari ‘Ali bin Husayn, dari Abi Rafi’, maula Rasul saw: bahwasannya Rasul saw apabila berqurban, beliau membeli dua kibasy (kambing) yang gemuk, yang bertanduk dan bagus rupanya. Maka, manakala beliau te lah salat (Idul Adha) dan ber khutbah di hadapan orang ba nyak, beliau datangkan salah seekor kibasy tersebut, se dangkan beliau masih berdiri di tempat solatnya, lalu me nyembelihnya sendiri dengan pisau, beliau mengucapkan:

”Ya Allah, ini ada lah qurban dari ummatku semua dari orang-orang yang mengaku bertauhid kepada-Mu dan me ngaku bahwa aku telah menyampaikan risalah.” Kemudian datangkan kibasy yang seekor lagi, lalu disembelihnya sen diri dan menyatakan: “ini qurban Muhammad dan keluar ga Muhammad. H.R. Ahmad.No. 25937.

Rasul Berqurban 2 ekor Domba (Kibasy)

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ وَأَنَا أُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ.

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyyas te lah menceritakan kepada kami Syu’bah telah mencerita kan kepada kami Abdul Aziz bin Shuhaib dia berkata; sa ya mendengar Anas bin Malik ra. berkata; Nabi saw. ber qurban dua ekor domba, sementara aku juga berqurban dengan dua ekor domba.”H.R.al-Bukhari. No. 5127.

Rasul berkurban untuk diri dan keluarganya

حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ قَال سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ يَقُولُ سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوبَ الأَنْصَارِيَّ كَيْفَ كَانَتْ الضَّحَايَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ فَصَارَتْ كَمَا تَرَى.

Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Musa, telah men ceritakan kepada kami Abu Bakr al-Nafiy, telah mence ritakan kepada kami ad-Dahak bin Usman, telah men ceritakan kepadaku Umarah bin Abdillah, berkata dia Aku mendengar Ata’ bin Yasar berkata dia: aku bertanya kepa da Abu Ayyub al-Ansari: Bagaimana Qurban di masa Rasul saw, maka beliau menjawab: Seorang laki-laki di zaman Rasul saw berqurban dengan seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya (ahlu bait), maka mereka makan (daging qurban itu) dan mereka memberi makan hingga manu sia (mulai) bermegah-megahan, maka jadilah seperti yang engkau lihat sekarang ini. H.R.at-Tirmizi. No. 1425.

Jadi, berqurban boleh dengan 1 ekor kambing untuk satu keluarga, dan boleh juga satu keluarga dengan 2 ekor kambing, atau lembu. Sebab, Rasul saw, sebagaimana telah disebutkan hadis riwayat al-Bukhari, berqurban sebanyak 2 ekor kambing.

Satu ekor unta atau sapi untuk 7 qurban

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُبْنُ سَعِيدٍحَدَّثَنَا مَالِكٌ ح وحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ.

Telah menceritakan kepada kami Qutai bah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Malik, (jalur lain), telah menceritakan kepada kami Yahya dan lafal miliknya ber kata dia: Aku membaca milik Malik dari Abu Zubair dari Jabir bin Abdullah ia berkata; “Kami pernah menyembelih kurban bersama Rasul saw. di tahun perjanjian Hudaibi yah, untuk kurban seekor unta atau seekor sapi, kami ber sekutu tujuh (qurban).” H.R.Muslim. No. 2322.

Boleh menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ وَابْنِ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ وَهُوَ ضِرَارُ بْنُ مُرَّةَ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلاثٍ فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Abdulalh bin Numair dan Muhammad bin Al-Musanna–sedangkan lafalnya milik Abu Bakar dan Ibnu Numair- mereka berkata, telah men ceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Abu Sinan -ia adalah Dlirar bin Murrah-dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Buraidah dari bapaknya ia berkata; Rasul saw. bersabda:

“Dahulu aku melarang kalian untuk ziarah ku bur, maka sekarang ziarahilah. Dahulu aku melarang ka lian untuk menyimpan daging hewan kurban lebih dari tiga hari, maka sekarang simpanlah selama jelas bagimu manfa atnya. Dahulu aku melarang kalian membuat anggur selain dalam qirbah, maka sekarang minumlah dari segala tempat air, asal jangan kamu minum yang memabukkan.H.R. Mus lim. No. 1623.

Larangan menjual kulit Qurban dan memberi upah tukang jagal/potong dengan daging qurban

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لاَ أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا.

Telah menceritaakan kepada kami Yah ya bin Yahya, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Khaisamah dari ‘Abdul Karim dari Mujahid dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ali r.a. ia berkata; “Aku disuruh Rasul saw. mengurus penyembelihan hewan kurban, menyedekahkan daging dan kulitnya, serta mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kesempurna an kurban. Tetapi aku dilarang oleh beliau mengam bil upah untuk tukang potong dari hewan kurban itu. Maka untuk upahnya kami ambilkan dari uang kami sendiri.” (H.R.Muslim). No. 2320.

Kaifiyat Memotong Hewan Qurban

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا.

Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban de ngan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyem belih).H.R.al-Bukhari.No. 5139.

Doa menyembelih qurban dan menghadap qiblat

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عِيسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي عَيَّاشٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًاوَمَا أَنَامِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ثُمَّ ذَبَحَ.

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa ar-Ra ziy, telah menceritakan kepada kami ‘Isa, telah mencerita kan kami Muhammad bin Ishaq dari Yazid bin Abi Habib dari Abi ‘Ayyasy dari Jabir bin ‘Abdillah berkata dia: Na bi saw menyembelih qurban pada hari Penyembelihan (I dul Adha) dua ekor Kibasy yang bertanduk, yang bagus rupanya dan gemuk. Maka tatkala menghadapkan kedua qurban itu ke arah qiblat, seraya membaca doa:

)إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ(

(Sesungguhnya aku menghadapkan wajaku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan con dong kepada Islam, dan tidaklah aku tergolong musyrik. Sesungguhnya solatku dan matiku adalah bagi Allah, Pe ngatur Alam semesta, tidak ada Syarikat padaNya, dan be gitulah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang per tama menyerahkan diri. Ya Allah, daripadaMu dan untuk Mu dari Muhammad dan ummatnya, Dengan nama Allah Yang Maha Besar). Kemudian beliu menyembelih (hewan qurban tersebut. H.R.Abu Dawud. No. 2413.

Tajamkan pisau ketika menyembelih hewan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلابَةَ عَنْ أَبِي الأَشْعَثِ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ ثِنْتَانِ حَفِظْتُهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syai bah telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulayyah dari Khalid Al-Khaddza` dari Abu Qilabah dari Abu Al-Asy’as dari Syaddad bin Aus dia berkata, “Dua perkara yang selalu saya ingat dari Rasul saw.,beliau bersabda: “Se sungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu bersi kap baik terhadap setiap sesuatu, jika kamu membunuh ma ka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kamu menyembe lih maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkan pi saumu dan senangkanlah hewan sembelihanmu.”H.R. Mus lim.No. 3615.

Larangan memotong kuku, rambut dan bulu bagi pequrban, sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا.

Telah menceritakan kepaada kami Ibnu Abi ‘Umar al-Mak kiy, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Abdir rahman bin Humaid bin ‘Abdirahman bin ‘Auf dia telah mendengar Sa’id bin al-Musayyab diceritakan dari Ummu Salamah bahwa sannya Nabi saw bersabda : Jika telah ma suk 10 hari (awal Zulhijjah) dan seseorang bermaksud akan berqurban, maka janganlah lagi menyentuh (mengam bil) rambut dan bulunya sedikitpun.H.R.Muslim.No. 3653.

وحَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو اللَّيْثِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلالُ ذِي الْحِجَّةِ فَلا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ.

Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidul lah bin Mu’ad al-‘Anbariy, telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah mencritakan kepada kami Muhammad bin ‘Amar al-Laisiy dari ‘Umar bin Muslim bin ‘Ammar bin Ukaimah al-Laisiy berkata dia: Aku mendengar Sa’id bin al-Musayyab berkata: Aku mendengar Ummu Sala mah istri Rasul berkata: bersabda Rasul saw: Barang siapa yang memiliki hewan qurban, maka jika telah masuk bulan Zulhijjah, janganlah lagi ia memotong rambut dan kuku-kukunya sehingga berqurban. H.R. Muslim. No. 3656.

Tata Cara Membagi Daging Qurban

Adanya Panitia Qurban

Daging qurban hak sepenuhnya adalah bagi yang berqurban (sahib al-Qurban), namun dalam pelak sanaan pembagian daging quran, yang berqurban boleh mengangkat atau menunjuk panitia untuk membantu yang berqurban. Dalam hal itu, maka diperlukan musyawarah antara panitia dan yang berqurban, baik berkenaan dengan dana untuk membeli daging qurban mupun dana operasio nalnya. Daging qurban tidak boleh dijadikan untuk upah memotong qurban. Maka segala hal berkenaan dengan ini adalah dipisahkan dengan dana operasionalnya. Dengan da na operasionalnya maka baik yang bertugas sebagai pemo tong hewan qurban dan lainnya harusnya dilakukan secara profesional. Artinya,boleh saja diberi upah secara profesio nal dengan dana operasional.

وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَرْزُوقٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا و قَالَ اْلآخَرَانِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ أَنَّ مُجَاهِدًا أَخْبَرَهُ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى أَخْبَرَهُ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَمَرَهُ أَنْ يَقْسِمَ بُدْنَهُ كُلَّهَا لُحُومَهَا وَجُلُودَهَا وَجِلاَلَهَا فِي الْمَسَاكِينِ وَلاَ يُعْطِيَ فِي جِزَارَتِهَا مِنْهَا شَيْئًا.

Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ha tim bin Maimun dan Muhammad bin Marzuq dan Abdu bin Humaid -Abdu berkata-telah mengabarkan kepada kami-sementara dua orang yang lain berkata-Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr telah mengabarkan ke pada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Al-Hasan bin Muslim bahwa Mujahid telah mengabarkan ke padanya bahwa Abdurrah man bin Abu Laila telah menga barkan kepadanya bahwa Ali bin Abu Talib telah menga barkan kepadanya bahwasannya; Nabi saw. menyuruhnya untuk mengurusi penyembelihan hewan qurban, menyede kahkan daging dan kulitnya serta segala sesuatu yang ber kaitan dengan kesempurnaan kurban kepada orang-orang mis kin.Dagingnya tidak boleh diberikan pada tukang po tong sedikitpun sebagai upah.H.R.Muslim. No. 2321.

Membagi daging Qurban. Q.S.al-Hajj/22:36:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36)

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagi an dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang ba nyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat).Kemudian apabila telah roboh (mati),maka makan lah sebagiannya (daging qurban)dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak me minta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.

Ayat tersebut memberikan pelajaran agar orang yang berqurban membagi daging pada 3 bagian: (1) mema kan daging qurban untuk si Qurban, (2) diberikan kepada al-Qani’ orang yang tak mau meminta-minta (termasuk orang yang dihormati), dan (3) al-Mu’tar, orang yang meminta-minta. Artinya berikan kepada lingkungan kita, terutama fakir miskin, baik diminta maupun tidak diminta. Boleh juga pada orang yang kita kehendaki, kaya atau miskin, tokoh agama, masyarakat atau rakyat biasa.

 

Rasul tidak makan sampai salat Idul Adha selesai

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا ثَوَابُ بْنُ عُتْبَةَ الْمَهْرِيُّ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَكَانَ لا يَأْكُلُ يَوْمَ النَّحْرِ حَتَّى يَرْجِعَ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Asim berka ta, telah menceritakan kepada kami Sawab bin Utbah Al-Mahri dari Ibnu Buraidah dari Bapaknya berkata, “Pada hari Idul Fitri Rasul saw. tidak keluar untuk salat hingga beliau makan terlebih dahulu. Sementara pada hari raya qurban (Nahr) beliau tidak makan hingga kembali (dari salat).”H.R.Ibn Majah. No. 1746.

Anjuran puasa tanggal 1 s/d 9 Zulhijjah

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah mence ritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Al-Hurr bin As-Shabbah, dari Hunaidah bin Khalid dari Seorang wanita bagian isteri Na bi saw. ia berkata; Rasul saw. berpuasa pa da sembilan hari (awal) Bulan ZulHijjah, serta pada Hari ‘Asyura` serta tiga hari dari setiap bulan, dan hari Senin serta Kamis pada setiap bulan.H.R.Abu Dawud. No. 2081.

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَمُجَاهِدٍ وَمُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الَهِ قَالَ وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ. تحقيق الألباني :صحيح

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syai bah, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah mence ritakan kepada kami Al-A’masy dari Abu Salih, dan Muja hid, serta Muslim Al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasul saw. bersabda: “Tidak ada hari, amal salih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (Zul-Hijjah).”Mereka berkata;wahai Rasu lullah, tidak pula berjihad di jalan Allah? Beliau berka ta:”Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemu dian tidak kembali membawa sesuatupun.”H.R.Abu Da wud.No. 2082. Ditahqiq oleh M. Nashiruddin al-Albani de ngan derajat hadisnya sahih.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِي الْعَشْرَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad ber kata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awi yah da ri Al-A’masy dari Muslim Al-Bathin dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasul saw.bersabda:”Tidak ada hari-hari yang amal salih di dalamnya lebih disukai oleh Allah kecuali hari-hari ini, yakni sepuluh hari (di bulan Zulhij jah),”para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, ti dak juga dengan jihad di jalan Allah!”beliau menjawab:” Tidak juga dengan jihad di jalan Allah, kecuali seorang la ki-laki yang keluar dengan harta dan jiwanya, lalu tidak ada yang kembali lagi.”H.R.at-Tirmizi.No. 1717.

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَامِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ قَالَ وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ إِلا رَجُلا خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan pada kami al-A’masy dari Muslim Al-Bathin dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas ber kata; Rasul saw. bersabda: “Tidak ada satu haripun yang amalan salih di dalamnya lebih disukai Allah Azza Wa Jalla daripada hari-hari ini.” yaitu sepuluh hari pertama dari bulan ZulHijjah. Ibnu Abbas berkata; Para sahabat bertanya: “Wahai Rasu lullah, begitu juga dengan Jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab: “Termasuk jihad fi Sabilillah, kecuali seseo rang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tidak kem bali lagi setelah itu.” (H.R.Ahmad). No. 1867.

Ada hadis yang bertentangan dengan hadis di atas, yang berasal dari riwayat ‘Aisyah:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syai bah dan Abu Kuraib dan Ishaq-Ishaq berkata-telah menga barkan kepada kami-sementara dua orang yang lain berka ta- Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al-A’masy dari Ibrahim dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah, ia berkata;”Aku sama sekali belum pernah melihat Rasul saw. berpuasa pada sepuluh hari (di awal Dzulhijjah) .”H.R.Muslim. No. 2010.

An-Nawawiy menyatakan dalam Syarh Muslim (3/ 251), ”Yang dimaksud sepuluh hari di sini adalah sembi lan hari pertama bulan Zulhijjah.” Catatan:

Ada hadis yang bertentangan dengan hadis yang berasal dari ‘Aisyah bahwa beliau tidak pernah melihat Rasul saw berpuasa sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah. Maka, Ibn Qayyim menegaskan bahwa riwayat yang mene tapkan didahulukan dari riwayat yang menafikan selama riwayat tersebut sahih. Riwayat yang menetapkan puasa sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah cukup banyak dan sahih.      An-Nawawiy menegaskan bahwa “Rasul saw tidak melakukan puasa sepuluh hari awal Zulhijjah”, sebagaima na dikemukakan oleh ‘Aisyah, adalah Rasul saw memiliki halangan, seperti sakit atau dalam perjalanan atau lainnya. Rasul di rumah Aisyah hanya 3 hari per-bulan. Jadi, boleh jadi ‘Aisyah tidak melihatnya, tapi istrinya atau sahabat nya yang lain melihatnya. Dengan demikian ‘Aisyah tidak melihatnya bukan berarti Rasul tidak melakukan puasa (di awal sepuluh Zulhijjah) di luar penglihatan ‘Aisyah.

 

Dianjurkan Puasa ‘Arafah bagi kaum Muslimin yang tidak sedang wukuf di ‘Arafah

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ الصِّيَامُ لِمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ إِلَى يَوْمِ عَرَفَةَ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا وَلَمْ يَصُمْ صَامَ أَيَّامَ مِنًى وَعَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ مِثْلَهُ تَابَعَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ.

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf te lah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar dari Ibnu ‘Umar ra. berkata: “Diperbolehkan berpuasa bagi orang yang melaksanakan haji tamattu’ (bersenang-senang setelah mengerjakan ‘um rah sebelum melaksanakan manasik haji) hingga hari ‘Ara fah bila tidak membawa hewan qurban (Al-Hadyu) dan ti dak boleh berpuasa pada hari-hari Mina (Tasyriq) “. Dan dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari ‘Aisyah seperti hadis ini juga dan dikuatkan oleh Ibrahim bin Sa’ad dari Ibnu Syi hab.H.R.al-Bukhari. No. 1860.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَجُلٌ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ غَضَبَهُ قَالَ رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ غَضَبِ اللهِ وَغَضَبِ رَسُولِهِ فَجَعَلَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُرَدِّدُ هَذَا الْكَلامَ حَتَّى سَكَنَ غَضَبُهُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لا صَامَ وَلا أَفْطَرَ أَوْ قَالَ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ وَيُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَاكَ صَوْمُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلام قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. رواه مسلم.

Dan Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yah ya At-Tamimi dan Qutaibah bin Sa’id semuanya dari Ham mad-Yahya berkata-telah mengabarkan kepada kami Ham mad bin Zaid dari Ghailan dari Abdullah bin Ma’bad Az-Zimani dari Abu Qatadah bahwa seo rang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan bertanya, “Bagaimanakah Anda ber puasa?” Mendengar pertanyaan itu, Rasul saw. marah. Ke tika Umar menyaksikan Rasul saw. marah, ia berkata, “Ka mi rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Mu hammad sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah, dari murka Allah dan Rasul-Nya.”

Umar mengulang uca pan tersebut hingga kemarahan Rasul saw. reda. Kemudi an ia bertanya,”Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang berpuasa sepanjang tahun?” Beliau menjawab: “Dia tidak berpuasa dan tidak juga berbuka.” -atau beliau katakan dengan redaksi ‘Selamanya ia tak dianggap berpua sa dan tidak pula dianggap berbuka- Umar bertanya lagi, “Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan ber buka sehari?” beliau menjawab: “Itu adalah puasa Dawud as.”

Umar bertanya lagi, “Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka dua hari?” beliau menjawab: “Aku senang, jika diberi kekuatan untuk itu.” Kemudian Rasul saw, bersabda: “Puasa tiga hari setiap bulan, puasa dari Ramadan ke Ramadan sama dengan puasa setahun penuh. Sedang kan puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa meng hapus dosa (kecil) setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudah nya. Adapun puasa pada hari ‘Asyura`, aku memohon ke pada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa (ke cil) setahun sebelumnya.”H.R.Muslim. No. 1976.

Pada Idul Adha atau Idul Fitri, Rasul saw menganjurkan para wanita untuk bersedekah:

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا.

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Mar yam berkata, telah mengabarkan kepada kami Muham mad bin Ja’far berkata, telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari ‘Iyad bin ‘Abdullah dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata, “Rasul saw. pada hari raya ‘Idul Adha atau Fitri keluar menuju tempat salat, beliau melewati para wanita seraya bersabda:

“Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka.” Kami bertanya, “Apa sebabnya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kalian banyak melaknat dan banyak menging kari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari tulang la ki-laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah aga manya selain kalian.”

Kami bertanya lagi,”Wahai Rasu lullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya aga ma?” Beliau menjawab: “Bukankah persaksian seorang wa nita setengah dari persaksian laki-laki?” Kami jawab, “Be nar.” Beliau berkata lagi: “Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak sa lat dan puasa?” Kami jawab, “Benar.” Beliau berkata: “Itu lah kekurangan agamanya.” H.R.al-Bukhari. No. 293.

Rasul saw memakai pakaian istimewa.

من حديث ابن عباس مرفوعا بلفظ : ” كاَنَ يَلْبَسُ يَومَ الْعيدِ بُرْدَةً حَمْرَاءً ” وهو مخرج في ” الصحيحة ” ( 1279 )

Hadis lafalnya dari Ibn ‘Abbas secara marfu’: Adalah Rasul pada hari ‘Id, beliau memakai burdah merah. Hadis marfu’ ini ditakhrij dalam Silsilah as-Sahi hah (1279).

Bertakbir sesuai tuntunan Rasul saw:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُوِللهِ الْحَمْدُ

Berdasarkan asar sahabat:

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، قَالَ : حدَّثَنَا شَرِيكٌ ، قَالَ : قُلْتُ لأَبِي إِسْحَاقَ : كَيْفَ كَانَ تَكْبِيرُ عَلِيٍّ ، وَعَبْدِ اللهِ ؟ فَقَالَ : كَانَا يَقُولاَنِ : اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. مصنف ابن أبي شيبة – (2 / 168)no. hadis 5696.

Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, berkata dia: Telah menceritakan kepada kami Syarik, berkata dia: aku berkata pada Abu Ishaq bagaimana ‘Ali dan Abdillah bertakbir (pada hari raya)? Maka dia berkata: Adalah mereka berdua mengucapkan:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Amal-amal Sekitar Qurban dan Bulan Zulhijjah

  1. Puasa sepuluh hari bulan Zulhijjah. Hukumnya Sunnah. Pelaksanaannya puasa dari tanggal 1-9 Zulhijjah. Dibenar kan puasa satu hari pada hari ‘Arafah, tanggal 9 Zulhijjah.
  2. Menjual Kulit Qurban apakah dibolehkan.Dalam hadis Na bi memang menjual kulit qurban dilarang. Hanya saja, lara ngan menjual kulit hewan qurban tersebut ditujukan kepada Sohibul Qurban, karena dikhawatirkan akan adanya kei nginan memiliki uang dari hasil penjualan kulit tersebut un tuk kepentingan pribadi. Berkaitan dengan pengelolaan he wan qurban berikut penyembelihan dan pendistribusian da gingnya ditangani secara kepanitiaan, sehingga akan terkum pul kulit hewan qurban dalam jumlah yang banyak. Dalam kon disi seperti ini, maka kulit hewan qurban dapat dijual dan uangnya bisa dibelikan daging lalu dibagikan lagi kepa da fakir miskin atau bisa digunakan untuk kemaslahatan aga ma (Islam).
  3. Tidak ada dalil baik Alquran maupun al-Hadis qurban atas nama orang yang meninggal.
  4. Hadis-hadis Nabi tentang hal ini, setelah dipahami, maka bagi orang yang berqurban (Shahhibul Qurban) dilarang mencukur rambut, bulu dan memotong kuku, sejak tanggal 1 Zulhijjah sampai waktu penyembeli han Qurban.
  5. Orang yang qurban melebihi dari ketentuan jumlahnya se bagaimana dalam hadis Rasul. Tidak ada dalil baik Alquran maupun al-Hadis.
  6. Menggilirkan nama qurban dalam keluarga.Qurban adalah atas nama Kepala Keluarga yang berqurban, karena suami atau kepala keluarga memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya.Jika berqurban lebih dari satu,dibolehkan, un tuk pendidikan (littarbiyah) atas nama istri atau anaknya.
  7. Memulai Takbir Idul Adha pada Subuh hari ‘Arafah (9 Zul hijjah),dan terakhir pada waktu setelah Asar pada 13 Zulhij jah.

Penutup

Umat Islam memiliki konsep yang jitu dalam menghadapi segala situasi dan kondisi kehidupan yang tidak menentu, sebab umat Islam yakin semua yang terjadi di dunia ini, pasti atas izin Allah swt, dengan demikian maka Allah swt, tidak akan memberikan kepada hamba-Nya sesuatu yang tidak mampu dipikulnya. Segala ujian akan diberikan kepada umat Islam untuk menyeleksi siapa yang iman dan amal salihnya yang terbaik, tentu diberikan sesuatu yang terbaik juga kepada hamba-Nya itu.

Wallahu a’lam bissawab.

Dr. Sulidar, M.Ag, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Periode 2015-2020

Exit mobile version