YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Salah satu tokoh pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Syamsu Udaya Nurdin meninggal dunia pada 5 Juli 2021. Kepergian sosok sederhana dan penuh idealisme ini membawa duka bagi keluarga besar IMM. Dalam rangka mengenang jasa-jasa almarhum, Fokal Korwil IMM DIY mengadakan Takziyah Virtual melalui Zoom yang diikuti oleh lebih dari 300 peserta dari lintas generasi se-Indonesia (6/7/2021).
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, “Pak Syamsu itu orang yang sangat langka, tidak hedonistik. Sementara kader-kader kita hari ini sangat hedonistik.” Anwar berharap jasa almarhum Syamsu Udaya Nurdin di IMM dapat menjadi amal jariyah beliau dalam mengarungi perjalanan selanjutnya di alam berbeda.
Mantan Menteri Pariwisata, Marzuki Usman yang juga sahabat almarhum di periode awal IMM mengatakan bahwa almarhum Syamsu Udaya Nurdin telah mewariskan semangat pantang menyerah hingga menjelang akhir usianya. Syamsu dikenal selalu mengobarkan amar makruf nahi munkar. “Banyak yang bisa dipelajari dari almarhum. Amar makruf nahi munkar sebagai wujud syukur. Jika kamu bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya.” Menurut Marzuki, Syamsu merupakan orang baik. Di antara tanda orang baik, katanya, jika ketika kita lahir, orang tertawa bahagia, sementara ketika kita wafat, orang lain menangis.
Sudibyo Markus, Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri PP Muhammadiyah, menyatakan bahwa Syamsu Udaya Nurdin mulanya muncul sebagai wakil dari IMM Pakualaman dan segera bergabung dengan IMM yang berkantor di gedung PP Ahmad Dahlan. “Agenda saat itu adalah untuk menasionalkan IMM. Mas Syamsu terlibat di banyak agenda penting, mulai dari muktamar IMM di Solo yang merumuskan garis perjuangan IMM.”
Sudibyo Markus yang juga tokoh IMM generasi awal menyebut Syamsu sebagai the lone ranger, ranger yang berjuang sendiri. Menurutnya, generasi awal IMM punya karakter masing-masing: Pak Djazman Alkindi sebagai ideolog, Pak Rosyad Soleh itu ideolog dan organisator, Pak Amien Rais itu pemikir, Pak Marzuki Usman itu ekonom, Pak Syamsu Udaya Nurdin itu pemikir yang kritis dan konsisten.
“Mas Syamsu ini sejak awal mengobarkan jiwa kemandirian,” kata Sudibyo. Tercermin dari beberapa agenda pemberdayaan IMM di Gunung Kidul, dan dia kemudian menikah di sana. Pak Djazman pernah menawarkan Pak Syamsu untuk berkiprah di UMS, tetapi Pak Syamsu menolak. “Semangat kemandirian di bidang ekonomi dan jiwa kemandirian itu telah melekat pada diri beliau,” ujarnya. Sudibyo berharap nilai ini diwariskan ke generasi selanjutnya. “Tidak banyak yang konsisten memegang jati diri identitas sebagai kader persyarikatan yang mandiri dan berpikir kritis-inovatif seperti Pak Syamsu.”
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Anhar Anshori, mengatakan bahwa Syamsu Udaya Nurdin sebagai sosok yang selalu tulus dalam berjuang. “Di raut muka beliau, ada ketulusan atau keikhlasan dalam berjuang,” ujarnya. Tidak terpikir oleh beliau untuk mendapat keuntungan materi. “Kata beliau, IMM berjuang dengan berangkat dari kepribadian Muhammadiyah.”
Mantan Wakil Bupati Gunung Kidul, Immawan Wahyudi mengatakan bahwa Syamsu Udaya Nurdin merupakan pribadi yang unik dan tidak mudah goyah. “Dia selalu punya sudut pandang berbeda dan masuk akal, argumentatif,” katanya. Ia mengaku banyak belajar dari para senior ini. “Yang membina saya di Muhammadiyah itu Pak Djazman Al-kindi, yang membina di politik itu Pak Amien Rais, yang membina jadi aktivis yang mengenal lapangan itu Pak Syamsu.”
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Sudarnoto Abdul Hakim menyebut dirinya tidak terlalu dekat dengan almarhum. “Saya kenal beliau sedikit sekali,” tetapi beliau orang yang ulet, sederhana, kritis. Menurutnya, ada banyak tokoh Muhammadiyah yang tidak banyak diketahui, apalagi oleh generasi di bawahnya. “Khazanah ketokohan kita masih kurang.” Sisi lain, para kader harus mencontoh generasi awal IMM yang telah membuat sejarah. Oleh karena itu, ia mengusulkan tradisi riset yang kuat untuk membuat buku sejarah baru.
Wakil Ketua Majelis Pembinaan Kader PP Muhammadiyah, Asep Purnama Bahtiar sepakat bahwa beliau itu orang yang tidak terlalu muncul ke publik. “Beliau seperti judul topik takziyah virtual, the lone ranger. Saya menyebutnya sebagai ronin dalam tradisi Jepang. Ketika samurai sudah tidak punya lawan dan terpisah dari tuannya, ia menjadi ronin, teguh memegang ideologi.” Tidak banyak generasi sekarang yang tetap idealis dan cenderung menyendiri, tidak tampil ke panggung. Dia berharap generasi muda IMM mewarisi karakter baik dari pada senior.
Saleh Tjan, Ketua Korwil FOKAL IMM DIY menyatakan bahwa beliau senantiasa memberi semangat kepada juniornya untuk amar makruf nahi munkar. Dia berharap spirit dari almarhum ini dapat diwariskan bagi generasi selanjutnya untuk memajukan persyarikatan
Armyn Gultom, Ketua Kornas FOKAL IMM, mengatakan bahwa Syamsu Udaya Nurdin telah banyak mengukir sejarah IMM di periode awal. “Beliau sosok yang sangat berpengaruh di IMM. Di masa darurat dan penuh perjuangan, beliau menjadi Sekjen DPP IMM, lalu menjadi salah satu ketua DPP IMM di periode kedua.”
Mewakili keluarga, Sri Widuri Indayani sebagai anak pertama dari Syamsu Hudaya Nurdin mengapresiasi kegiatan yang diperuntukkan untuk ayahnya. Widuri menyebut bahwa keluarga sangat berterima kasih kepada para sahabat ayahnya atas diselenggarakannya takziyah virtual ini. (ribas)